Lisa menatap kesal pada dua orang yang berjalan dibelakangnya. Dia paling tidak suka dipaksa tapi dua orang itu malah memaksa ikut pulang bersamanya. Meskipun Lisa sudah menolak langsung dengan mulut pedas plus dinginnya tetap saja mereka Keukeh dengan pendiriannya apalagi Jennie yang setahu Lisa tak sebawel Rose."Hey, Jisoo Unnie!" Sapa Rose pada Jisoo yang berdiri disamping mobilnya. Dapat Jennie lihat wajah gadis itu berubah kaku setelah melihat kehadirannya dan Rose.
"Eh, Hey Rose. Mobilnya rusak lagi?"
"Nggak Unnie mobilnya aman terkendali." Bukan Rose atau Jennie yang menjawab melainkan Lisa dengan tatapan sinisnya." Tapi mereka mau pulang sama kita. Apalagi kakaknya Rose yang katanya ada sesuatu yang mau dibicarain sama Unnie."
"Oh ya? Memangnya apa?" Tanya Jisoo dengan gugup membuat Jennie tambah yakin kalau gadis itu memang mengetahuinya.
"Nanti aja Unnie." Jisoo mengangguk ragu dia hanya takut gadis bermata kucing itu membicarakan hal yang sekarang ada dipikirannya.
Didalam mobil hanya ada keheningan, biasanya Jisoo dan Rose yang mencairkan tapi sekarang gadis pecinta ayam itu hanya diam karena masih merasa canggung setelah mengetahui faktanya. Tentu saja Rose merasa heran tapi dia tak terlalu memikirkannya mungkin saja Jisoo lagi ada masalah, jadi dia juga harus ikut diam seperti yang lainnya.
"Lisa kamu pergi sama Rose ya beli Ice Cream." Lisa menggeleng tapi tangannya ditarik begitu saja oleh gadis blonde itu.
"Suka banget sih main tarik tangan orang." Gerutu Lisa kesal. Ini bukan pertama kalinya Rose menarik tangannya tanpa izin tapi sudah berkali-kali. Meskipun begitu tetap saja dia pasrah dan malah mengikuti langkah lebar gadis blonde itu.
Jisoo dan Jennie memilih duduk dibangku kosong yang ada ditaman setelah kedua gadis itu hilang dari pandangan mereka. Entah kenapa Jisoo menjadi waspada saat mata kucing milik Jennie menatapnya begitu insten.
"Se-sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan."
"Unnie kau pasti tahu sesuatu kan?" Jennie mengatakannya tanpa basa-basi dahulu karena dia tak suka berbelit-belit.
"Maksudmu? Aku benar-benar tak mengerti apa yang kau bicarakan." Sebelum menjawab Jennie memperhatikan sekitar, dia takut kalau kedua gadis tadi tiba-tiba datang dan mendengar pembicaraan mereka.
"Kau mengenal Jessica Eomma kan?"
"N-nde, bukankah dia Eomma mu?"
"Yaps, dan Eomma Unnie juga!" Jennie menyunggingkan senyumnya. Ekspresi yang Jisoo tunjukan sangat tepat dengan pemikirannya.
Gadis pecinta ayam itu diam seribu bahasa, mulutnya terkunci dengan rapat. Dia tak tahu harus menanggapinya seperti apa? Karena dia memang mengetahui bahwa Jessica Ibu kandungnya. Bahkan dia tetap diam saat Jennie yang notabenenya juga adiknya membawanya kedalam dekapan hangatnya.
Jisoo tak akan mungkin bisa lupa dengan wajah Ibu kandungnya, diantara empat bersaudara hanya Jisoo lah yang mengingat masa kecilnya dengan jelas karena pada waktu itu dia memang sudah cukup mengerti. Bahkan sampai sekarang dia masih menyimpan foto lusuh Suho bersama Jessica yang ia temui di tempat sampah.
Pada saat itu untuk pertama kalinya Jisoo melihat sosok Suho yang rapuh, bahkan Ayahnya membakar semua barang yang berhubungan dengan Jessica. Termasuk foto itu yang Jisoo ambil dalam keadaan setengah terbakar.
Waktu itu umurnya masih kecil tapi sampai sekarang gadis pecinta Ayam itu masih mengingat dengan jelas tekad Ayahnya yang ingin menjadi orang sukses hingga akhirnya mereka pindah ke Canada. Bukan pindah negara saja tapi sikap Suho yang awalnya hangat pindah menjadi dingin, Pria itu semakin sibuk dan selalu bergelut dengan pekerjaannya.
.........
Senyuman manis terpampang diwajah cantik Jessica, sudah sangat lama dia tak berkunjung ke kantor sang suami. Akhirnya dia bisa kembali menginjakkan kakinya disini, tempat dia dan Mino bertemu untuk pertama kalinya.
Rencananya hari ini dia ingin mengajak Mino untuk makan siang bersama, selain itu dia juga ingin memperbaiki hubungan mereka. Tapi senyuman itu luntur begitu saja saat dengan mata kepalanya sendiri melihat sang Suami berpelukan dengan wanita lain. Wanita yang Jessica tahu menjadi penghancur Rumah Tangganya.
"Jessica!"
"Maaf karena udah menganggu kalian." Jessica menghapus air matanya kasar, dia tak ingin terlihat lemah didepan dua orang yang telah menghancurkannya hatinya meskipun sekarang suaranya sekarang mulai terdengar serak.
"Maaf sepertinya aku datang diwaktu yang tidak tepat." Mino berlari mengejar Jessica yang pergi keluar kantor, meninggalkan tatapan bingung para karyawannya.
"Jessica tunggu dulu! Aku bisa menjelaskan semuanya." Jessica berusaha melepas cekalan tangan Mino, tidak mempedulikan tatapan para karyawan karena mereka masih berada di area kantor.
"Apalagi? Semuanya sudah jelas. Tak ada lagi yang perlu dijelaskan Mino!" Jessica tahu selama ini dia adalah wanita yang paling bodoh di dunia, tapi dia hanya tak ingin Rumah Tangganya hancur untuk kedua kalinya.
"Tapi aku dan dia----"
"Kalian berdua saling mencintai! Dan aku tak mau egois, makanya biarkan aku yang mengalah." Suara Jessica semakin lama semakin lirih, air matanya turun begitu deras saat Mino mulai berlutut padanya dan menggenggam tangannya begitu erat.
Jessica tahu sebenarnya Mino adalah orang yang baik, buktinya Pria ini bisa menyanyangi kedua anaknya seperti Putri kandungnya sendiri. Tapi wanita mana yang mau di dua kan? Jessica tak sekuat itu untuk bisa menerima sang suami mempunyai belahan jiwa selainnya.
.........
"Eomma aku boleh masuk?" Setelah mendengar jawaban dari dalam barulah Jennie masuk dan mendapati Jessica yang duduk dipinggir ranjang.
Sebenarnya Jennie khawatir saat melihat mata sang Ibu yang sembab tapi karena ada sesuatu yang lebih penting yang akan dia sampaikan maka gadis bermata kucing mengurungkan niatnya untuk bertanya apa yang terjadi pada Jessica.
"Wae? Apa yang ingin kau bicarakan Jennie-ya."
"Eomma tadi aku sudah menuntaskan kecurigaan kita dan benar Jisoo Unnie masih mengingat Eomma." Jennie meringis saat melihat wajah Jessica yang berubah antusias mendengar ceritanya.
Seharusnya dia ikut senang melihat Ibunya senang tapi ketika pembicaraannya dan Jisoo kembali terngiang dia tak tau apakah Jessica akan tetap sesenang ini setelah dia mengatakannya.
"Jennie-ya apa yang kakakmu katakan? Dia mau kan ketemu Eomma?" Jennie tak langsung menjawab dia malah memalingkan wajahnya. Gadis bermata kucing itu hanya takut membuat Ibunya kembali bersedih.
"Itu masalahnya Eomma."
Diamondfrsh, 6 Oktober 2020
Gila parah semua lagunya bagus-bagus banget, apalagi MVnya gak pernah bosan walaupun diputar beberapa kalipun.
Semangat Streamingnya blink🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawel VS Dingin ✓
Fiksi PenggemarKalian salah besar kalau berpikir ini kisah tentang Cewek periang dan Cowok Cool yang jatuh cinta karena nyatanya sama sekali tidak