Lisa melepas pelukan Jessica begitu saja dengan kasar. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksud oleh wanita paruh baya yang berada didepannya ini.
"Tunggu dulu! Maksud Bibi apa? Eomma?" Jessica meruntuki dirinya yang sampai bisa keceplosan. Seharusnya dia bisa menahan dirinya walaupun rasa rindu pada putri bungsunya ini sangat besar.
"A-ah itu kau kan teman Rose jadi gak salah dong kalau kau panggil Bibi Eomma."
"Sebelumnya aku minta maaf Bi karena aku gak bisa panggil orang asing dengan sebutan itu." Jessica menatap Lisa sendu. Dia ingin berteriak didepan Putri bungsunya ini dan mengatakan kalau dia adalah Ibunya.
"Tapi kalau gak salah tadi Bibi bilang 'Eomma merindukanmu nak'. Bibi lagi rindu sama seseorang?" Tanya Lisa dengan polosnya. Dia tak tahu saja kalau seseorang itu adalah dirinya.
Jessica mengangguk dengan air mata yang mulai turun, dia ingin kembali memeluk Putri bungsunya untuk mengurangi rasa rindu yang telah lama bersamayam di dadanya.
Karena Jessica tak kunjung menjawab gadis berponi itu lebih memilih berpamitan untuk segera pulang. Dia paling tak betah berlama-lama dirumah orang.
"Bibi aku pulang dulu. Nanti bilang saja sama Rose dan Jennie sunbae."
Jessica hanya bisa menatap lirih punggung gadis berponi yang menghilang dibalik pintu. Dia masih ingin menatap lama wajah gadis yang dia tinggalkan saat kecil.
Setelah punggung Lisa menghilang dari pandangannya tampak Jennie dan Rose yang menuruni tangga secara bersamaan. Jessica menghapus sisa-sisa air mata yang masih berada di wajah cantiknya. Dia tak ingin kedua putrinya merasa bingung karena dirinya yang tiba-tiba menangis terutama Rose yang tak mengetahui apa-apa.
"Eomma dimana Lisa?" Tanya Rose memperhatikan sekitar untuk mencari keberadaan gadis berponi yang diangguki Jennie. Tapi sampai saat ini matanya sama sekali tak menangkap keberadaan gadis itu sehingga dia mengalihkan pandangannya menatap Jessica untuk meminta penjelasan.
"Tadi Lisa minta izin pulang. Mungkin dia bosan karena kalian yang terlalu lama menukar baju." Jelas Jessica yang diangguki oleh kedua putrinya.
Rose menatap sebentar ponsel yang berada di genggamannya lalu melirik pada Jessica." Eomma aku izin keluar ya. Janji cuman sebentar."
Sebenarnya Jessica tak pernah melarang kedua anaknya untuk keluar atau pergi bersama siapapun. Tapi karena mereka sudah memiliki rencana dan janji sama Mino makanya wanita itu menimbang sedikit permintaan izin anaknya.
"Baiklah. Tapi ingat kau harus pulang sebelum matahari terbenam." Ucap Jessica mengingatkan. Dia tahu betul sifat anaknya yang satu ini akan lupa waktu kalau sudah berada diluar.
"Ne Eomma aku akan pulang sebelum matahari terbenam dan kau bisa pegang kata-kataku." Jennie mencebik mendengar jawaban adiknya. Dapat dia pastikan kalau adiknya itu akan lupa waktu nanti.
"Pangeran tampan aku datang." Ucap Rose berteriak membuat Jessica menggeleng dan Jennie yang menatap malas.
Saat Rose sudah keluar dari mansion mewahnya gadis blonde itu langsung saja menghampiri pria yang selama dua tahun ini sudah menemaninya. Pemuda itu tampak sempurna Dimata Rose dengan memakai jaket denim abu-abunya. Melihat kedatangan kekasih langsung saja pemuda bersuara emas itu turun dari motornya. Memberikan senyuman terbaiknya kepada gadis yang sudah berada didepannya.
"Maaf sudah membuatmu menunggu Oppa."
"Tidak masalah selama orang yang aku tunggu itu kau." Pipi Rose bersemu merah. Pemuda tampan yang berada didepannya ini selalu membuatnya tersenyum malu hanya dengan kata-kata sederhananya walau mereka sudah menjalin kasih selama dua tahun lamanya.
Rose menatap manik mata pemuda itu dengan lekat saat Baekhyun memakaikannya helm dengan penuh kelembutan dan hati-hati. Setiap kali dia bersama pemuda tampan itu Rose selalu merasa menjadi wanita yang paling beruntung di dunia karena sudah mendapatkan pangeran berkuda putih yang selalu berada di sisinya saat suka maupun duka.
"Ayo berangkat." Rose tersentak kaget saat suara indah pemuda itu menyapa gendang telinganya. Ternyata dia sudah melamun sehingga tak menyadari kalau pangeran tampannya sudah berada diatas motornya.
Selama perjalanan mereka hanya diam menikmati angin sore yang menerpa. Apalagi Rose yang duduk nyaman dengan kedua tangan yang melingkar di pinggang sang kekasih dan kepala yang menyender di bahu Baekhyun.
Sebenarnya saat ini mereka sama sekali tak memiliki tujuan selain hanya mengelilingi kota Seoul. Setelah dua puluh menit mengelilingi kota Seoul tanpa arah akhirnya Baekhyun menghentikan motornya didepan toko yang menjual berbagai macam jenis gitar. Itu semua dapat dilihat karena kacanya yang transparan.
Walaupun bingung Rose tetap mengikuti sang kekasih yang berjalan masuk. Mereka dapat melihat berbagai jenis gitar didalamnya. Alih-alih memutari toko untuk melihat berbagai macam gitar Baekhyun malah berjalan menuju tempat kasir.
Rose tak tahu apa yang dibicarakan oleh Baekhyun bersama penjaga kasir karena matanya sibuk memandangi salah satu alat musik yang dia sukai. Saat mereka keluar dari toko Rose baru menyadari kalau sudah ada sebuah gitar yang menyampir dipundak sang kekasih. Dan dapat Rose simpulkan bahwa pemuda tampan itu mengambil gitar pesanannya.
"Kau mau beli Ice Cream itu?" Tunjuk Baekhyun pada salah satu pedagang Ice Cream yang berada ditaman.
Setelah dari toko gitar itu memang Baekhyun mengajak kekasihnya ke taman yang tak terlalu jauh guna untuk mengisi waktu sore mereka.
Pemuda tampan itu mengangguk mengerti saat kekasihnya menggeleng dan memilih tempat duduk yang tak terlalu jauh dari lokasi mereka berdiri. Saat gadis blonde itu sibuk memperhatikan sekitar tiba-tiba saja Baekhyun menyodorkan gitar membuat gadis itu mengernyit bingung.
"Ambillah. Untukmu." Ucap Baekhyun saat kekasihnya itu tak bergeming. Dia tahu pasti gadis blonde itu sekarang terkejut karena pemberiannya yang tiba-tiba.
"Untukku? Tapi dalam rangka apa?." Baekhyun hanya tersenyum manis menikmati wajah cantik Rose yang kebingungan." Ulang tahunku sudah lewat dan kau juga sudah memberikan hadiahnya. Anniversary kita masih lama juga---."
Rose bungkam saat jari sang kekasih menempel di bibirnya." Kau cerewet sekali." Cibir Baekhyun dan menjauhkan jarinya dari Rose.
"Tentu saja aku----." Sekali lagi jari pemuda tampan itu menempel dibibir sang kekasih yang sibuk melontarkan pertanyaan alih-alih menerima pemberiannya.
"Tidak ada hal yang spesial. Aku memesannya karena tertarik." Baekhyun menatap manik indah mata gadis blonde yang juga sedang menatapnya." Dan aku ingin kau menyimpannya baik-baik."
"Tanpa kau minta aku akan melakukannya. Ini adalah hadiah terbaik yang pernah aku miliki."
"Gomawo Oppa. Aku menyayangimu." Alih-alih memeluk Baekhyun Rose malah memeluk gitar yang akan menjadi benda kesayangannya.
Diamondfrsh, 4 November 2020
Maafkan daku yang sering lama update. Tapi percayalah kalau daku lagi sibuk maraton Drakor🤪
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawel VS Dingin ✓
FanfictionKalian salah besar kalau berpikir ini kisah tentang Cewek periang dan Cowok Cool yang jatuh cinta karena nyatanya sama sekali tidak