Chapter Three

4.5K 500 12
                                    

Suara berisik benar-benar membuat gendang telinga Lisa pecah dan gadis berponi itu meruntuki kecerobohannya yang lupa membawa headset. Sekarang kelasnya sangat mirip sekali dengan pasar, pasalnya guru yang mengajar dikelas itu sedang berhalangan hadir.

Pesawat mainan tiba-tiba saja mendarat dengan sempurna didepan wajah Lisa yang membuat gadis itu mendengus. Gadis berponi itu mengedarkan pandangannya mencari si pelaku, dia sangat yakin kalau pesawat itu memang sengaja ditujukan kepadanya.

Dan sekarang matanya tertuju pada Rose yang menyengir dibelakang yang sedang berkumpul bersama teman-temannya. Ingin sekali memaki tapi suaranya sangat berharga dan lebih memilih melayangkan tatapan membunuhnya.

"Lisa kemarilah! Bergabung bersama kami." Lisa tak mengindahkan, dia kembali fokus dengan ponselnya. Gadis berponi itu lebih suka sendiri daripada ikut bergosip bersama teman-teman sebayanya.

Wajahnya sama sekali tak menunjukkan ekspresi apapun, tapi ketahuilah sekarang dia sangat senang karena bisa memenangkan game dan mengalahkan Jisoo. Membayangkan Jisoo yang sedang menggurutu membuat Lisa menyunggingkan senyumnya.

Lagi-lagi pesawat mainan mendarat dengan tepat didepan wajahnya membuat Lisa kembali mendengus. Kali ini tidak sekali tapi berkali-kali dan pelakunya masih tetap sama.

"Rose sudahlah dia tak akan mau bergabung dengan kita."

Gadis blonde itu tak menyerah bahkan sekarang dia melempar pesawat mainan bertubi-tubi pada Lisa. Tzuyu menyingkut lengan Rose memberi kode agar temannya itu berhenti. Suasana kelas mendadak hening karena guru yang terkenal killer sedang berdiri diambang pintu kelas mereka dan Rose sama sekali tak menyadarinya begitupun Lisa.

"Rose berhentilah." Cicit Tzuyu menelan Saliva kasar melihat guru killer yang berjalan kebelakang mendekati mereka.

"Tzuyu mana pesawat mainannya? Cepatlah!" Rose menatap Lisa kesal, gadis berponi itu tampak meremehkannya. Lisa yang sudah menyadari kedatangan guru killer itu malah semakin menantang Rose.

"Tzuyu pesawat mainannya ma...." Ketika Rose melihat kesamping dia malah terkejut, memandang orang yang berdiri disampingnya dari atas sampai bawah. mengucek-ngucek matanya untuk memastikan bahwa dia tak salah liat. Kenapa Tzuyu berubah menjadi besar?

Mata Rose beralih menatap Tzuyu dan teman-teman perkumpulannya yang berdiri agak jauh darinya, mereka memandang Rose prihatin. Lalu matanya memandang Lisa yang bersikap acuh, sepertinya gadis berponi itu sengaja mengerjainya?

Rose tersenyum kikuk dan kembali menatap guru killer yang wajahnya tak pernah bersahabat." Eh Buk Jasmine yang baik hati."

"Ibuk sehat?" Sebelum guru killer membuka suara bel pertanda jam istirahat berbunyi membuat murid yang berada dikelas itu bersorak didalam hati.

"Kalian semua boleh keluar kecuali KAU dan KAU." Jantung Rose berdegup kencang saat guru killer itu menunjuk dirinya, jangan lupakan tatapannya yang tajam.

Setelah semua murid keluar dari kelas. Mata Rose langsung bergulir kepada gadis berponi yang masih duduk dengan santainya, Padahal dia pun juga ditunjuk seperti dirinya.

"Sekarang kalian berdua berdiri!"

"Kalian lihat semua sampah yang ada dikelas?" Rose mengangguk, matanya bergulir mengikuti apa yang dilihat Buk Jasmine sedangkan Lisa hanya berdehem.

"Saat saya kembali semuanya harus bersih." Rose kembali mengangguk, matanya menatap lantai kelas.

"Kalian mengerti?" Rose tersentak, hentakan Buk Jasmine membuatnya terkejut tapi sepertinya tidak untuk Lisa.

Bawel VS Dingin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang