ᴇᴍᴘᴀᴛ ʙᴇʟᴀs

274 49 24
                                    

  America meletakkan kotak terakhir dengan pelan. Hanya dua kardus makanan kaleng dan tiga kardus makanan ringan lalu untuk air bersih sementara mereka tak perlu khawatir, mengingat bangunan yang mereka tempati masih dapat mengaliri air dari sebuah sumur.

  Canada membanting pintu tiba-tiba, wajah berkeringat dingin dan pinggang yang hanya dililit handuk, tangannya menutup hidung. America dan Russia yang tengah bersantai langsung terlonjak melihat kedatangannya.

"Ada mayat di kamar mandi!" Teriaknya lalu menutup mulut menahan mual. Bau-bau bangkai mayat terbayang-bayang hingga kulitnya merinding. Canada berlari menuju jendela langsung mengeluarkan kepalanya dan muntah. America sendiri menghampirinya dan memijat pelan tengkuknya.

"Mayat? Maksudmu Zombie?" Tanya Russia sambil melipat koran lama yang ia temukan.

"Sepertinya bukan, mungkin hanya mayat biasa," Jawab America mengantikan Canada yang masih dalam keadaan linglung untuk menjawab.

Canada mengangkat kepalanya dengan lemas dan langsung terkulai di lantai. "Tunggu, aku ambilkan air." America pergi menuju dapur dan kembali dengan segelas air. Tapi Canada menggeleng ketika disodorkan padanya. Melihat segelas air itu mengingatkannya pada mayat busuk yang sudah membiru tergenang air dalam bak mandi sebelumnya.

"Ada berapa?" Canada memberi satu jari untuk pertanyaan Russia.

"Pakai kamar mandi atas saja, lebih bagus dan kujamin tidak ada penunggunya," saran America memberi jempol yang langsung ditepis Canada karena terlalu dekat dengan wajahnya; jengkel. Namun karena tak punya lain ia akhirnya hanya mengangguk dan segera menuju lantai paling atas tanpa niat.

Ketika hanya mereka berdua disana, America lalu beralih ke Russia. "Harus diapakan?"

"Apanya?"

"Ya mayatnya. Mau dibiarkan begitu saja?" Russia mengangkat bahu tak acuh, "kita cek dulu," sahutnya sebelum Ame sempat memaki reaksinya.

Mereka lanjut menuju kamar mandi yang digunakan Canada sebelumnya. Ketika dibuka penglihatan mereka langsung mendapati tubuh membiru yang terbujur kaku dalam bak air mandi penuh. Bau yang menyeruak seketika membuat mereka langsung menutup pintu begitu saja, America yang lebih dulu bereaksi akan muntah.

"Aku tidak tahan," America memegang perut. Sekarang mengerti perasaan Canada sebelumnya. Ame jadi kasihan pada saudaranya itu.

"Sayangnya kita harus tetap mengurusnya." Russia mengibaskan tangan menghilangkan bau-bau yang terasa masih bersarang di penciumannya. "Bisa kau cari sarung tangan dan kain? Aku akan mencari benda untuk membawa itu," pinta Russia namun di telinga America lebih terdengar seperti memerintah. Matanya berubah jengkel namun tetap mengangguk.

Selang lama mereka America dan Russia kembali bertemu di tempat yang sama. America mengulurkan dua kantung plastik dan sebuah kain ke Russia. Ia mengambilnya dengan raut wajah 'serius?'.

"Kenapa? Aku cuma menemukan itu." Jawab America tak bersalah menyadari ekspresi Russia. Sembari memasang masing-masing kantung plastik dan mengikatnya di tangan, lanjut dengan mengikat kain itu di wajahnya. Russia tak membalas dan mengikuti America.

"Selimut? Tak ada yang lebih bagus dari ini?" America memegang selimut bermotif kotak-kotak yang diberikan Russia.

"Itu sudah selimut yang paling bagus."

"Hei! Bukan itu maksudku!"

"Ya ya, aku tau. Memangnya kau punya yang lebih baik?" Russia menatap jengah America. Yang dibalas tak acuh oleh America.

"Sudahlah, kau besar mulut. Cepat bergerak agar cepat selesai," ujar Russia langsung membuka pintu kamar mandi.

Kali ini mereka bisa melihat dalamnya lebih jelas. Dindingnya kotor dipenuhi bercak darah, ubin lantai sudah berubah warna menjadi kecoklatan akibat darah yang mengering. Tak ingin berlama-lama, mereka segera bergerak cepat. Membentangkan selimut, meletakkan mayat itu diatasnya, kemudian dibungkus dan ikat.

ᴋᴇɴᴏᴘsɪᴀ | countryhumansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang