America mempercepat langkah kakinya, di sisi lain berusaha meminimalkan setiap suara dari sentuhan ke daun-daun liar, mengekori Canada.
Semenyara ia memberi gestur meminta America untuk berjalan di sampingnya. Terlalu berbahaya di belakang. Russia memimpin di depan, memegang shotgun sebagai pertahanan.
Waktu masih berjalan. Ketika semakin masuk ke dalam hutan, mereka berhasil menemukan Jalan Tol. Namun harapan seketika hancur tak kala melihat jajaran kendaraan yang telah meledak, diikuti beberapa Zombie yang mengelilingi.
"Bajingan-bajingan itu," Russia menggeram.
"Apa kita bunuh saja mereka?" Saran Canada. Russia menggeleng, "Kita hanya akan menyia-nyiakan peluru."
Canada mengendikkan bahu, "milikku Kapak."
America mengangguk setuju dengan Russia, "terlalu banyak. Coba lihat itu, mereka bahkan masih bisa berjalan dengan kaki yang patah." Canada dan Russia melihat Zombie yang ditunjuk America.
Russia berbicara kemudian, "sepertinya masih ada beberapa mobil yang bisa dipakai," ia memandang Ame dan Nada disampingnya. "Bagaimana?"
Ia lalu menunjuk sebuah mobil karavan putih berlumuran darah, terlihat beberapa sisinya yang sudah penyok serta plat yang telah hilang. Mobil itu terlihat sendiri, dan karena itu tak ikut meledak.
America protes duluan, "Aku dengan senang hati ikut rencanamu, TAPI--"
"Ada beberapa zombie disana, Kau gila?" Canada melanjutkan kalimat America. Lalu keduanya memandang gila Russia.
"Resikonya memang besar, tapi itu lebih baik dari pada berjalan seperti cemilan berkaki." Mereka menghela napas. "Sepertinya Kita tak punya pilihan lain."
Russia berdehem kecil sebelum menjelaskan rencananya. "Kemungkinan ada lebih dari delapan zombie di sana, tapi mungkin masih ada lagi di balik tumpukan mobil itu," ia menunjuk ke arah kumpulan mobil yang terbakar. "Lalu tiga zombie yang berada di dekat target."
"Jumlahnya cukup banyak. Akan menjadi masalah jika Kita diserbu serentak," Amerika menggaruk kepalanya.
Si negara Maple mengangguk setuju, "setidaknya Kita membutuhkan pengalih perhatian."
"Aku tau dan itulah gunamu, America."
America menganga.
"Kau gila?! Membuat adikku sebagai umpan!" Canada berteriak menarik kerah baju Russia. America tersentak begitu juga Russia mendengar nada suara Canada yang cukup keras.
WAAAAAAARGGH!!!
"Bangsxt! LARI!" Russia menepis tangan Canada dan seketika melompat serempak dari semak-semak itu. Shot gun di tanganpun berbunyi, menembak beberapa yang mendekat. Alhasil memancing perhatian seluruh mayat hidup di sana.
"Tidak perlu dibunuh! Tembak kakinya saja!" Teriak Canada.
"Diam! Aku benci Kau!" balas Russia ketus tapi tetap mengikuti arahan Canada.
Americapun ikut andil, menembak kaki mereka agar memperlambat pergerakan mereka. Tetap saja, jumlah zombie itu bertambah dari perhitungan pertama. Bahkan.beberapa tetap berlari dengan kaki yang pincang.
"Langsung ke mobilnya!!"
Ketiganya langsung mendekati mobil, Canada memegang gagang pintu dan menariknya. "Terkunci!"
"Pecahkan saja!" America berteriak.
Canada mengenggam kapaknya dan langsung menghatam kaca mobil itu. Kepingannya berjatuhan, dengan sedikit sisa yang tajam masih melekat di tempat. Ia langsung memegang sisi jendelanya dan masuk kedalam.
Ia menahan sakit ketika serpihan kaca itu menusuk lengannya. "Cepat!"
Russia segara melompat masuk, diikuti America.
"Apa yang Kau tunggu?!" Teriak America sedikit memecah fokusnya sendiri menembak zombie yang menyerbu.
Canada menggeram. Kunci mobil itu tak ada dimanapun. Ketika ia mengangkat kepalanya, kejutan ia dapatkan. Sebuah zombie menaiki dan memukul kaca depan.
"Cepatlah!"
Canada tak membalas. Tangannya sibuk merogoh ke bawah, hingga ia mendapatkan apa yang dicari. "Dapat,
Bertahanlah sebentar lagi." ia mendekatkan kedua kabel itu menghasilkan sebuah listrik. Berkali-kali hingga mesin mobil tersebut menyala. Langsung saja dipegangnya stir kemudi lalu diinjaknya pegas.
Mobil itu melaju, menabrak dan melindas zombie yang berkumpul di depan. Terdengar tulang mereka yang patah dilumat ban mobil itu. Canada meringis pelan.
Ketiganya menghela napas kasar bahkan America terdiam sejenak.
Russia menggebrak dinding mobil, "Brengsxk, semua ini salahmu."
Canada memutuskan diam. Pada dasarmya irinya bukan seorang yang menyukai perdebatan. Mungkin sebelumnya hanya terkejut, hingga ia berteriak dan menaikkan intonasi suaranya. Ia Mendesah pelan, "ya, salahku. Maaf."
Tak dibalas.
America yang sedari tadi memperhatikan bersuara, "kalian seperti anak kecil saja," ejeknya. Alhasil ia mendapatkan tatapan sinis dari Russia, sedang Canada hanya mendengus.
"Aku lelah. Aku akan kebelakang," ucap Russia pada akhirnya. Ketika pintu belakang dibuka semerbak bau busuk menyeruak. America menatap Russia lemas, "no, not again."
Tatapan itu tak dihiraukan. Russia membuka lebih lebar, mengintip. Terlihat sebuah potongan kaki tergeletak di tengah ruang itu. "Tidak ada zombie," ia mencoba menenangkan.
Setelah Russia pergi, tertinggal mereka berdua. America menggaruk tengkuknya canggung. "Eum, Aku akan kebelakang juga."
Canada mengangguk, "pintunya jangan ditutup dan, oh, nanti gantian mengemudi."
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴇɴᴏᴘsɪᴀ | countryhumans
Fanfic[𝐀merica fanfiction, ft. 𝑺tateHumans] Amerika terbangun dan menemukan dirinya berada di sebuah kamar tak berwarna. Ketika dirinya keluar, ia langsung dikejutkan dengan kenyataan bahwa dunia tengah dimangsa oleh para mayat hidup yang terinfeksi vir...