"Aku punya berita buruk."
Perkataan Canada sukses mendapatkan atensi penuh dari keduanya. Mendapat tatapan tajam serta lelah akibat terlalu lelah untuk berurusan dengan kawanan mayat hidup. Terutama Russia yang mengacak rambutnya sendiri karena pusing ia harus apa dengan kakinya itu.
"Ada zombie diatas?" Russia membetulkan posisinya agar lebih nyaman dengan mata yang tak lepas dari Canada. America mengangkat alisnya bingung ketika Canada menggeleng, "lalu?"
Canada berjalan mendekati mereka seraya mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya. "Aku menemukan beberapa peluru dan perapian yang masih hangat. Sepertinya ada orang lain yang sudah sampai disini sebelumnya."
Mendengar itu Ame merasa antara percaya tak percaya. Netra biru lautnya berkilat bingung, "Jadi, menurutmu itu berita buruk?"
Russia menggarus tengkuknya jengkel. Raut wajahnya nampak sebal. Di situasi dan keadaan mereka sekarang semuanya terasa ambigu. Susah sekali membedakan yang buruk dan baik, namun di sisi lain semuanya terasa jelas. "Bisa saja mereka para Survivor lainnya, Kita bisa saling membantu bukan?"
Ucapan America mendapat tepukan di dahi dari Russia. "Mudah sekali Kau bicara. Memangnya orang-orang itu mau percaya begitu saja dengan Kita."
Canda menyahut setuju, "apalagi dengan Kau yang sebelumnya menghilang setelah satu tahun lebih, lalu muncul tiba-tiba, tau apa yang akan mereka pikirkan?"
Benar saja, dengan virus yang menyebar di Amerika dan pemimpin yang menghilang selama lebih dari dua belas bulan tentu orang-orang akan menyalahkannya. Bisa saja beberapa akan melayangkan balas dendam padanya. Tapi tetap saja, sebagai yang sebelumnya adalah pemimpin, America tak bisa begitu saja mengabaikan para rakyat sipil.
"Itu saja yang kau temukan?" tanya Russia.
Canada berdecak, "sepertinya tempat ini adalah bekas pom bensin dan minimarket. Sayangnya ada yang lebih dulu memborong semua barang disini."
Mendengar itu membuat keduanya kecewa. Lantaran terlambat mendapat persediaan penting. Namun Canada berulas ia menemukan beberapa pakaian dan makanan ringan-sedikit. Dan minimarketnya juga tak benar-benar habis. Terdapat pintu lain yang menyimpan persedian barang, sayangnya pintu itu terkunci. Dan Canada curiga ada mayat hidup didalamnya ketika mendengar gemeresik gerak dari dalam.
America membantu Russia berdiri dan menaiki tangga. Setelah Canada memastikan kondisi diputuskan untuk berdiam di tempat itu sementara. Lantai atas merupakan lantai pertama diatas tanah yang lebih tinggi-karena tempat sebelumnya berada di dataran yang lebih renah.
Rak plastik bertingkat dipenuhi debu. Barang dan makanan berserakan. Hampir tak tersisa sesuatu yang layak, hanya kaleng dan botol Berserakan. Lampu di langit-langit tergantung berkedip, menghasil percikan listrik kecil.
"Lebih mengerikan dari yang kubayangkan," desis America mengambil botol cola kosong. Kemudian beralih melihat jendela retak, nampak di luar beberapa mobil rusak saling berhimpitan, penyok dan terbakar. "Kau tidak bilang ada kendaraan disini."
"Mau bagaimana lagi. Toh tidak berguna juga jika sudah rusak begitu," jawab Canada membuka laci di kasir berisi uang kertas. Ia menatap tak berminat lalu menutupnya lagi.
"Bagaimana keadaanmu?" dalihnya ke Russia yang tengah mengubrak-abrik alat-alat dapur. Russia merotasikan bola mata, "telat," celetuknya, "hanya terkilir, jangan khawatir, aku pernah lebih buruk dari ini."
Canada berdehem kecil, agak ragu. "Kau yakin?" Russia mengangguk sekilas.
America datang bergabung. Membawa beberapa botol air segar dan makanan kaleng yang berhasil didapatkannya. "Sedikit sekali yang masih bisa dipakai," gerutunya sebal.
"Oh, darimana kau mendapatkan kacamata itu?" Canada menunjuk sunglasses yang bertengger di kepalanya. "Ini? Aku menemukannya di sana," Ame menunjuk tiang bercabang dengan kacamata yang masih bertengger rapi meski beberapa sudab tergeletak hancur dibawah. "Nampaknya mereka hanya membawa makanan dan properti berguna saja."
Canada mengangguk. Setelah puas mendapatkan yang diperlukan, Canada menuntun ke sebuah pintu. Berdampingan dengan ruangan sebelah yang bertuliskan 'khusus karyawan'. Pintu tersebut berwarna hijau gelap, gagangnya dikotori darah.
"Ini ruangan penyimpanan," tukas Canada, "pintunya terkunci dan--,"
Brak!
Sesuatu berusaha mendobrak dari dalm diikuti geraman halus yang membuat ketiganya merinding seketika. "--itu sepertinya membuat tak ada yang menyentuh persediaan di dalam. Jika kita bisa mengambil alih, kita bisa mendapatkan persediaan mungkin lebih dari dua minggu." lanjut Canada.
"Berapa kira-kira di dalam?" tanya Russia memastikan. Canada menjawab, "hanya satu, sepertinya."
"Bagaimana membunuhnya? Kita tak punya senjata lagi," America menggaruk kepala gusar.
"Aku bisa menggunakan kapakku," Canada menunjukkan kapanya yang sudah lebih bersih tanpa lumuran darah. Russia menceletuk, "kau mencucinya, huh." Canada terkekeh pelan dan mengangguk, "hanya dibilas dengan air."
America awalanya berinisiatif langsung membuka pintu dan membiarkan Canada mengapak Zombie itu. Tetapi mengingat akses tersebut masih terkunci-dari dalam. Kemungkinan Canada akan perlu menghancurkan kenopnya. Dari mereka bertiga, nampak Russia yang terlihat jengkel. Akibat kesusahan karena luka kakinya.
Canada mengayunkan kapak ke kenop berkali-kali hingga lepas. Sayangnya karena di dorong dari arah berlawanan pintu tersebut tak terbuka. Setelah bersiap ia berlari duluan menggebrak pintu tersebut. Sekali percobaan dan langsung terbuka, zombie itu terdorong hingga menabrak dinding.
Canada menghantamkan kapaknya ke Zombie itu, meredam suaranya agar tak sempat berteriak. Berkali-kali hingga wajah zombie itu hancur namun belum juga tumbang. "Sialan!" teriaknya.
Zombie itu akhirnya terjatuh namun masih menunjukkan tanda masih hidup. Dengan ayunan terakhir Canada mendaratkan kapaknya ke leher zombie yang sudah membusuk hingga lepas. Zombie itu mati.
"Wah, itu menyeramkan." America menjulurkan kepala melihat zombie yang terkapar, "dan juga busuk," lanjutnya menutup hidung.
Sesuai perkataan Canada. Beberapa dus makanan masih tersusun rapi, beberapa terbuka dan kaleng makanan terbuka berserakan. Kemungkinan bahwa zombie itu pemilik toko berusaha bertahan hidup dengan mengunci diri, tapi nampaknya ia sudah tergigit sebelumnya.
"Sepertinya kita benar-benar beruntung kali ini," Russia mengangkat beberapa dus dan menurunkannya. Masih banyak yang penuh meski tak semuanya makanan pokok.
America mengangguk, "apa perlu dipindahkan?" Russia dan Canada menengok serempak, "maksudku, apa aman? Jika datang survivor lain, bisa-bisa semua ini dibawa pergi."
Benar juga, Russia kali ini membenarkan kata America. "Boleh juga, ke lantai bawah lebih baik."
Pada akhirnya selama seharian hanya dihabiskan memindahkan kerdua makanan itu. Menghabiskan waktu panjang namun setidaknya tak ada hal buruk yang terjadi-setidaknya untuk hari ini, ketiganya masih bisa bernapas lega. Semoga saja keadaan masih sama besok.
Tapi nampaknya keinginan mereka tak akan terkabul semudah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴇɴᴏᴘsɪᴀ | countryhumans
Fanfiction[𝐀merica fanfiction, ft. 𝑺tateHumans] Amerika terbangun dan menemukan dirinya berada di sebuah kamar tak berwarna. Ketika dirinya keluar, ia langsung dikejutkan dengan kenyataan bahwa dunia tengah dimangsa oleh para mayat hidup yang terinfeksi vir...