Seperti cokelat susu, terkadang seperti lumpur basah sehabis hujan. Iris cokelat itu terasa hangat, setiap melihatnya America serasa diterpa sinar mentari di pagi hari. Lembut, begitulah caranya mendeksripsikan netra saudaranya.
Berbeda.
Yang sekarang ia lihat hanya seorang yang memucat, bendera merah yang mulai kehilangan warnanya. Air liur yang tak kunjung selesai menetes dari ujung mulut. Dan mata cokelat itu yang sudah ditutupi kornea yang menebal.
"CANADA, KAU KENAPA?!" America menarik Canada yang menggeram, mencoba menerkam Russia yang terjatuh di lantai. Tangannya meraba kaki yang masih di gips tak sengaja menghantam besi ranjang, "Brengsek."
"C-Canada, apa yang terjadi padamu?!" America mengunci bahu Canada, suaranya bergetar mendengar Canada yang hanya menggeram seperti hewan kelaparan.
Tak berhenti disitu, ia juga mencoba mencakar America, menggeliat liar, tak terkendali. America meringis ketika kulitnya dicakar dalam-dalam,
"AMERICA, MENJAUH DARINYA!" France menarik pemuda itu saat America mulai melonggarkan lengannya.
"MINGGIR!" Germanny melompat ke dalam dengan sebuah Shotgun.
DAR!!
Berbagai keributan dan teriakan memenuhi gedung seketika. Bahu kiri Canada hancur seketika hingga tangannya terjatuh dan menggeliat di lantai seperti cacing. Ia kehilangan keseimbangan, langkahnya mundur tak terkendali.
"Tidak, tidak, TIDAK, BERHENTI!" America mencoba berontak dari France saat melihat kemana Canada melangkah.
Hingga jantung America terasa berhenti sesaat, mendingin bak es yang menyebar ke seluruh tubuhnya kala Canada tak sengaja menginjak sebuah botol obat, terpeleset dan seketika jatuh dari jendela yang terbuka lebar.
Waktu rasa terhenti, tirai berdarah yang terhembus angin. "CANADAA—" Germanny memukul pipi America dengan shotgunnya menghasilkan protes dari France. "Bisa-bisanya kau membawa orang yang sudah terinfeksi, dasar bajingan. Kau lihat kekacauan apa yang sudah terjadi disini!"
"Hentikan!" Russia yang sudah duduk, menyela, "ini bukan salahnya. Tidak satupun dari kami tahu—"
"Kau tahu aku tidak akan ragu menghancurkan kepalamu yang arogan itu." Potong Germanny, tanpa ragu menodongkan mulut senapan ke kepala Russia dengan mata tajam, "jadi tutup mulutmu. Jangan pikir pengaruh ayahmu itu masih berguna sekarang."
Mendengar ayahnya dibawa-bawa Russia menggeram marah. Menggumamkan sumpah serapah tanpa memecah Kontak mata dengan Germanny.
America mengambil kesempatan itu dan berlari ke jendela. Namun tentu yang ia temukan adalah Canada yang sudah terkapar, kakinya patah dan tampaknya tanah berhasil memecah strukturnya tubuhnya yang sudah tak karuan. Tubuhnya tergenang darah namun barangkali itu tak cukup untuk membunuh mayat hidup (America benci memanggil saudaranya seperti itu). Canada masih bergerak, merayap dengan siku tangan yang patah. Mencari makanannya.
"Dia masih hidup...."
"Minggir," Germanny menembak Canada tanpa ragu. "APA YANG KAU LAKUKAN SIALAN!" America mengangkat ujung shotgunnya membuat tembakannya meleset jauh. Terdengar Geraman lemah Canada dari bawah yang setengah kakinya sudah hancur.
"KAU YANG MINGGIR! Jika dia dibiarkan maka seseorang akan tergigit! Dan itu akan menjadi akhir kita semua!"
Germanny benar, America hanya terlalu sakit hati untuk menerima itu. Tapi dia tidak menyerah, "kita akan mendapat konsekuensi besar jika terjadi sesuatu pada salah satu personifikasi."
Germanny menurunkan shotgunnya sejenak, tak selang lama ia menggeleng. "Maaf, tapi aku tidak ingin bertaruh lagi."
America mencoba menghentikannya, mulut shotgun itu telah tepat mengarah namun ketika pelatuknya ditarik, tidak terjadi apapun.
Ia mencoba lagi tapi tak keluar apapun. Ketika Germanny mengecek, pelurunya telah habis. Ia menoleh ke America, "anggap saja kau beruntung."
DOR!
Mereka seketika berhenti dan langsung melihat ke jendela, Canada yang sudah tak bergerak dengan kepala yang hancur.
America terpaku tidak percaya apa yang dia lihat, "a-apa yang...."
"... Dasar bodoh, membereskan ini saja kau tidak bisa," Mata America membulat melihat sosok yang telah mengakhiri Canada. "Germanny."
Mexico tersenyum miring.
Hanya raut wajah dingin yang diberikan Germanny. Tanpa bicara lebih ia segera meninggalkan ruangan itu.
Sesaat mata Mexico bertemu pandang dengan America. Ada sebuah emosi yang tidak bisa dijelaskan oleh America dari Iris hijau itu. Mexico tak memberikan waktu lebih, memilih pergi meninggalkan mayat Canada yang hancur berai. "Akan kubunuh dia."
"SIAL, KUBUNUH KAU, MEXICO!" America mengambil Vas bunga dan melemparnya asal keluar.
"AME, TENANGLAH!" Sebuah tangan menahannya dari belakang, America memberontak. "Lepaskan aku, sialan! Akan kubunuh bajingan sombong itu!"
"Dia tidak membunuh siapapun, Ame." Tidak, America tidak mau mendengarkan kalimat itu. Meski seberapa lembutnya Russia mencoba bersuara. "Tidak ada yang dibunuh."
America menendang, kaki Russia yang memang tidak mampu menahan mereka berdua kehilangan keseimbangan hingga mereka terjatuh ke lantai bersampingan. Meski begitu Russia tidak juga melepas tangannya.
"Tolong...," America mulai terisak, mencoba meredam suaranya yang bergetar. "Jangan bicara lagi..., lepaskan...."
"Maaf." Russia menutup matanya. Tangannya melonggar, memberi ruang untuk America. Sedikit melembut, sebab bagaimanapun ia mengerti betapa terguncang temannya itu.
Russia tidak tahu harus bagaimana, ia mengenal America sebagai pria sombong dengan kepribadian narsistik yang kerap kali membuat ia tak berhenti membenci pemuda kacamata hitam itu. Tapi kini pemuda itu berbeda jauh, seolah bukan lagi orang yang kenal meski sifat narsis itu tak pernah hilang.
Ia hanya bersimpati, tak lebih. Begitulah yang dipikirkan Russia.
"...." Mexico menatap lamat darah yang mengotori pistol dan tangannya. Ia memandang langit jingga, Surya yang hampir tenggelam di barat.Sungguh perpisahan tak terduga dengan mentarinya.
——————————
Lama lama ini ff jadi agak sus hmಠ_ʖಠHello semuaaa, Aku rindu kalian semua. Semoga chap ini bisa membayar jeda hilangnya aku wkwk.
Kependekan, y?
Emang aku sempat jenuh buat lanjutin cerita ini, jadi mungkin dari sini ceritanya bakal agak Fruity agar lebih ngena emosinya soalnya aku haus angst awkwk. Toh cuma berapa chapter lagi hingga tamat. Yey
See ya in the next chap~ prepare for a bit angst moment of one of those friendship.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴇɴᴏᴘsɪᴀ | countryhumans
Hayran Kurgu[𝐀merica fanfiction, ft. 𝑺tateHumans] Amerika terbangun dan menemukan dirinya berada di sebuah kamar tak berwarna. Ketika dirinya keluar, ia langsung dikejutkan dengan kenyataan bahwa dunia tengah dimangsa oleh para mayat hidup yang terinfeksi vir...