Keadaan sudah kacau ketika Canada dan Russia datang. Beberapa orang tak dikenal tertangkap mata. Masing-masing mereka memegang senjata, dengan garis wajah penduduk lokal; manusia biasa.
"Argh! Hentikan, brengsxk!"
America berteriak ketika salah satu dari mereka menekan tangannya ke punggung. Posisinya sudah tertelungkup dan tak bisa bergerak.
"Hei! Apa-apaan ini?!"
Ketika Russia mendekat salah satu dari mereka menodongkan pistol ke arahnya, sontak ia berhenti. Berbeda, Canada dengan nekat berlari menerjang orang yang mengunci pergerakan America.
"Lepaskan Aku! Dia telah tergigit! Kau-" ucapannya tertahan saat netra coklat Canada mengunci padanya. Bahkan Canada hilang kata-kata begitu saja, seketika membisu.
"Mexico?"
Russia yang masih tak bergerak ikut terkejut, "apa aku tidak salah dengar?"
Mexico mengangkat wajahnya, membuat pupil Russia mengecil seketika. Wajahnya menunjukkan keterkejutan luar biasa. Mexico tersenyum miring, lalu dengan cepat ekspresinya berganti.
"Aku tidak percaya kalian bersekongkol," ujar Mexico menepis tangan Canada dari kerah bajunya.
"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."
"Alasan klasik. Kau pikir aku akan tertipu setelah melihat pemimpin satu ini kembali setelah menghilang satu tahun, dan jelasnya dia bersama kalian," Mexico mengarahkan pistolnya ke America yang masih tertelungkup, tak bisa bergerak karena salah satu dari kawanan Mexico mengarahkan senapannya tepat ke kepala America.
"Kita baru bertemu dan kau sudah bicara seolah aku penjahat besar," sahut America, "juga kau hampir mematahkan tanganku sebagai ucapan terimakasih. Seriously, dude?"
Dor!
"Omong kosong," Mexico melesetkan tembakannya dari kepala America; sebuah peringatan, "kau pasti bertindak di balik layar. Lalu memerintahkan Washington menyerang negaraku. Menurutmu aku bodoh, huh?"
"Yah, jika dilihat dari kau yang kalah, kau memang bodoh." Mexico melototi Russia.
"Satu-satunya yang bicara omong kosong adalah Kau," geram Canada. Mexico tertawa pahit, "oh, ayolah. Tidakkah lihat apa yang terjadi sebelumnya. Washington mengundang kalian semua, lalu virus sialan ini tiba-tiba menyebar begitu saja dan sekarang kita semua terjebak,"
Mexico mengetuk kepala America dengan ujung pistolnya, "dan bajingan ini, semuanya pasti perbuatannya."
"Jauhkan."
Mexico menarik pistolnya kemudian melempar pandang ke Russia yang nenatapnya tak suka. Tangannya terkepal erat. Mexico tertawa. "Coba lihat reaksimu, semuanya sudah jelas."
"Jim,"
Si pemuda yang menahan America mengangkat kepala, "ya?"
"Tembak dia."
Jim menenggak ludah. Tangannya gemetaran. Ia tak berani menembak countryhuman di depannya. Pemimpinnya sendiri. Nyalinya tak cukup kuat untuk hal ini.
"Apa yang kau tunggu, dia juga sudah tergigit. Dia pasti akan berubah dan menghabisi kita semua."
Ucapan Mexico malah membuat nyalinya semakin ciut. Yaampun, Jim nampaknya lebih memilih America bertranformasi menjadi mayat hidup terlebih dulu-dimana hal itu tak akan terjadi, tidak akan. Sedang America tak bergerak, menyembunyikan wajahnya ke lantai.
"Hentikan!" Teriak Canada ketika Jim mulai menarik pelatuk namun tak didengarkan, "hentikan, bodoh!"
"Dan bagaimana jika tidak?" Mexico berpaling ke Canada, nampak tertarik untuk mempermainkan. Canada menatapnya lamat, kemudian membuka mulut.
"Atau kita akan kehilangan kunci dari semua ini."
Mexico nampak tak menggubris ucapan Canada. Negara itu mengalihkan ujung pistolnya ke Canada, ia mendecih, "kau mempermainku, ya."
"America sudah tergigit dan masih belum berubah, bukankah kau merasa aneh," tangan Canada mencegat Mexico yang kembali mengarahkan pistolnya ke America. "Belum berubah? Bahkan mayat ini sudah tidak bergerak, tinggal menunggu waktu saja sampai dia mengamuk," Mexico mengumpat seraya menunjuk America yang masih juga tak berkutik dari posisinya.
Mata Russia membola namun tetap tak ingin percaya-setelah apa yang terjadi sebelumnya. "Hei, bodoh," panggilnya.
Yang terjadi selanjutnya mengejutkan mereka semua. America bangun dan langsung mendorong Mexico--yang masih bertengkar dengan Canada--ke dinding. Tangannya menggenggam erat kerah baju Mexico. "Apa maksudmu,"
Pupil Mexico mengecil dengan jarak America yang begitu dekat. Air mukanya berubah panik seketika, ia mengangkat pistol berniat menembak America namun langsung ditepis oleh negara dengan sunglasses itu.
Tiga orang survivor di sana ikut terkejut. Mereka membantu tak tau harus apa hingga menjadi kesempatan Russia menyerang pria yang mengancamnya tadi. Mengunci tangannya kebelakang dan merebut senjatanya, Canada melakukan hal yang sama. Tersisa pemuda-Jim yang langsung gelagapan panik.
"Beritahu aku! Apa yang dilakukan Washington! Bicara, sial-Akh!"
America terjatuh berlutut. Kepalanya terasa berdenyut. Sekelebat memori melintas cepat di kepalanya, seolah otaknya tak sanggup mengontrol kilatan ingatan yang membakar kepalanya.
Orang-orang berjas putih.
Jarum, suntik.
Ruang operasi, dan ...
seorang perempuan.
Tunggu, apa?
Bugh!
Kepalanya terasa dihantam sebuah batu. Mexico mengambil kesempatan menendang kepalanya hingga America terjatuh. Kilasan itu berhenti, dan menyisakan rasa sakit yang menenggelamkan kesadarannya. Hal yang terakhir yang ia lihat adalah Russia dan Canada yang berteriak memanggilnya.
"Lapor, Sir! Pasien 30076 tidak ditemukan di tempat!"Kalimat itu menggema, lebih dari sedetik menghampiri telinga orang yang dipanggil dengan embel-embel lebih tinggi itu. Mata yang semula memberi atensi penuh pada buku yang terpegang seketika membulat, dengan cepat beralih ke penjaga yang melapor. "Apa maksudmu?" Tanyanya lagi, memastikan apa yang didengar barusan bukan hanya kesalahan pendengarannya.
"Kami sudah mengirimkan beberapa orang untuk memindahkan Pasien 30076. Tapi pasien tidak ditemukan di tempat,
kemungkin pasien sudah sadar dan melarikan diri."
"Apa?!" Ia mengadu kepalan tangan ke meja. Membuat si suruhan tak bersalah menjadi takut sendiri. Ia menghela napas. "Dimana lokasi Pasien 30076 sekarang?"
Pria itu meneguk ludah, "alat peminda lokasinya sudah tidak aktif, tapi kami memiliki lokasi terakhirnya."
Mendengar itu ia lalu menghela napas, lagi. Air mukanya nampak lebih tenang. "Segera kirim beberapa orang untuk membawanya kesini. Dan ingat, jangan melukainya, meski hanya segores. Ingat posisi kalian."
Pria untuk mengangguk cepat dan segera meminta izin pergi.
Setelahnya ia sendiri, disandarkan punggungnya di kursi kerja nyaman satu-satunya di ruangan itu. Mata birunya menatap langit-langit ruangan.
"Aku harap Kau tidak membuat ini menjadi lebih rumit, Sir Ame."
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴇɴᴏᴘsɪᴀ | countryhumans
Fanfic[𝐀merica fanfiction, ft. 𝑺tateHumans] Amerika terbangun dan menemukan dirinya berada di sebuah kamar tak berwarna. Ketika dirinya keluar, ia langsung dikejutkan dengan kenyataan bahwa dunia tengah dimangsa oleh para mayat hidup yang terinfeksi vir...