"Bagaimana?"
Russia mengangkat tangan dengan pandangan masih terfokus ke depan, berbisik, "aman."
Sehari setelah terakhir percakapan serius mereka Canada menyadari persediaan makanannya yang menipis. Dari awal ia sendiri sudah tau makanan yang hanya terdiri dari buah-buahan itu tak akan bisa membuat mereka bertahan lama, entah itu stok yang memang sedikit ataupun membusuk dimakan waktu.
Canada memang sempat ingin berburu. Tapi semakin agresifnya hewan-hewan liar ketika manusia telah menelantarkan segalanya. Belum lagi zombie yang bisa muncul dari mana saja ditambah sekelompok manusia yang sudah kehilangan akal dan bertindak seperti binatang, memakan sesamanya.
Tidak, lebih buruk dari binatang sendiri.
Berburu bukanlah pilihan untuk Canada yang hanya berpegang pada sebilah kapak.
Canada dan Amerika menunggu di rumah kayu tua itu. Setelah berdebat panjang dengan Russia, Amerika berhasil memegang pistolnya kembali. Namun tentu tak mungkin Russia akan berkeliaran di luar sana tanpa pertahanan hingga Canada memutuskan untuk memberi Shotgun milik Finland sebelumnya.
Bukan tanpa alasan dirinya tak menggunakan itu. Shotgun tersebut rusak dan mungkin juga karena rasa bersalah yang masih dimiliki ia tak berani menggunakannya. Dan seperti yang Canada duga, benda itu lebih berguna ketika di tangan Russia.
Russia mendekati mereka berdua, "selanjutnya terserah padamu."
Canada mengangguk, kapak di tangan tergenggam erat hingga buku-buku jari memucat. Ketiganya mengangkat kaki memulai jalan mereka.
"Tak banyak informasi yang bisa kudapatkan dari penduduk yang sudah menggila disini. Iowa, itu tempat yang kita injak sekarang,"
Tak ada yang memulai percakapan. Semuanya tenggelam dalam waspada bahkan suara langkah sendiri sudah tak terdengar. Senjata yang telah dikokang dipegang erat, peluru diisi penuh tanpa menyisakan ruang kosong.
"Itu cukup dekat dengan wilayahmu. Kenapa Kau tak kembali?" Tanya Russia.
Canada mengangguk, "memang. Tapi untuk itu aku harus melewati Kota--, bagaimanapun akan berbahaya mendekati tempat yang ramai disaat invasi virus seperti sekarang."
"Serius? Tak ada jalan keluar?" sanggah America.
"Harusnya Kami yang bilang begitu. Kau pemilik wilayah ini, Ame."
America tergagap tak tau harus bilang apa, ia menatap ke samping karena kehabisan kata-kata.
"Bagaimana dengan Para Stateshuman? Apa Kau tidak bertemu dengan Iowa?" Alis Russia bertaut.
Canada meliriknya sekilas kemudian menunduk. Ia menggeleng sekilas tanda tak memiliki jawab yang Russia inginkan.
America menaikkan alis sebelah, "Tunggu, apa Mereka juga seperti Kita. Maksudku, StatesHuman itu?"
Keduanya mengangguk, "kurang lebih sama seperti Kita. Hanya saja jika Kita mengatur seluruh wilayah, maka Mereka yang mengurus setiap kota," Tutur Russia.
"Seperti perdana menteri dan Raja, begitu." Lanjut Canada.
America mengangguk-angguk paham.
"Jadi bagaimana sekarang?" Tanya Russia mengembalikan topik ke awal pembicaraan. Namun tak ada yang membuka mulut setelahnya.
"Aku tau." America bersuara, menjawab keheningan sebelumnya. Senyum kecil terukir di wajahnya.
Keduanya memandang dirinya bingung, "oh? Jadi Kau tau jika nasib kita akan berakhir disini," Russia memutar bola matanya.
"Tidak," negara berbintang lima puluh itu tersenyum, "aku tau Kita harus kemana."
Netra birunya memandang tajam ke seluruh arah menelisik setiap gerakan asing yang mungkin akan menjadi ancaman bagi mereka. Setiap langkah ia angkat hingga setinggi lutut menjauhi tumbuhan berdiri yang menusuk kulit yang tak tertutup kain.
Terik sinar matahari terhalang dedaunan lebat pepohonan. Pada akhirnya mereka lebih memilih siang hari sebagai waktu membawa nasib mereka. Toh, malam atau siang sama saja, zombie, binatang buas dan manusia kanibal tetap akan mengancam.
"Kenapa tenang sekali?" Canada mulai celingak-celinguk tak tenang. Dipandangnya setiap tempat yang bisa menjadi tempat persembunyian musuh.
America mengangguk, "setidaknya pasti ada dua atau tiga zombie."
"Aku sendiri tak yakin, tapi sepertinya ada survivor lain yang bertahan dan membunuh makhluk-makhluk itu." Canada yang mendengar penuturan dari Russia mengernyit. Ia sama sekali tak ingat melihat orang lain yang bertahan selain ia, mereka berdua, dan tentunya penduduk yang menggila.
Kemudian bau amis tercium, menusuk hidung mereka. Seketika mengeluh hingga Canada sendiri hampir memuntahkan isi perutnya yang sendiri hanya diisi buah-buah ringan.
"Akh! Rasanya Aku akan memotong hidungku setelah ini," Russia mendelik kesal.
"Aku akan pingsan," lirih Canada yang hampir jatuh ke tanah jika tak ditahan America. Sementara ia sendiri tak tahu harus apa, ingin tertawa tapi kasihan. Ame memilih menutup mulutnya sendiri.
Si Countryhuman tertinggi mendekati sumber bau yang bersembunyi di balik semak belukar. Ketika daun-dauj liar disingkirkan kumpulan lalat beterbangan menyisakan seonggok daging yang telah membusuk dan demi apapun, Russia menyesal karena telah menancapkan apa yang dilihatnya ke memori kepalanya sendiri.
Ia mengutuk kemudian berlari meninggalkan bangkai zombie tanpa kepala itu. "Ada apa?" America bertanya ketika melihat ekspresi jijik Russia.
"Kau tak akan mau tau apa yang Kulihat," desisnya menahan mual di perut.
America hanya mengedikkan bahu, kemudian beralih ke Canada. "Lebih baik?" Canada mengangguk lemah.
Russia mengalihkan pandangannya dari dua bersaudara itu. Ia mendecih pelan, mungkin iri. Kepalanya mendongak mempertemukan pupil hijaunya dengan langit biru di antara celah dedaunan lebat, lalu bergumam kecil.
Apa kalian baik-baik saja, Ukraine, Bellarus.
![](https://img.wattpad.com/cover/220169727-288-k553697.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴇɴᴏᴘsɪᴀ | countryhumans
Fanfic[𝐀merica fanfiction, ft. 𝑺tateHumans] Amerika terbangun dan menemukan dirinya berada di sebuah kamar tak berwarna. Ketika dirinya keluar, ia langsung dikejutkan dengan kenyataan bahwa dunia tengah dimangsa oleh para mayat hidup yang terinfeksi vir...