sᴇᴘᴜʟᴜʜ

275 51 11
                                    

Tak ada dari keduanya yang bersuara. Terlihat masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri. Si negara berushanka melilitkan perban di setiap luka yang bersarang di tubuh sedang America memeriksa ulang setiap sudut karavan itu, memastikan tak ada sesuatu yang berbahaya atu setidaknya barang berguna.

"Bisakah Kau diam?" Tanya Russia sedikit menggertak, raut wajahnya nampak masam. Moodnya terasa memburuk setelah kejadian barusan hingga melihat America bernapas saja sudah bisa menyulut emosinya.

"Kenapa?" America mengangkat alis, "memangnya Aku mengganggu?"

"Sangat. Sekarang bisakah Kau duduk dan menjadi anak yang baik."

"Oh, Tuan Russia. Sayangnya, Aku bukan anakmu." Tangannya dilipat di dada sembari menatap Russia kesal. Kemudian mengambil tempat duduk d sofa seberang temannya itu.

America menyandarkan punggungnya ke dinding lalu menghela napas pelan, lega akhirnya ia bisa kembali bersantai. Di sisi lain Russia masih sibuk dengan lukanya, ia memeriksa lengan kirinya yang berhasil dicakar zombie barusan. Tidak terlalu dalam tapi berhasil meninggalkan bekas.

America memandangnya lamat, kepalanya terasa sedikit pusing. Matanya pun terasa lelah seakan perlahan kelopaknya perlahan turun. Lalu suara Russia menariknya kembali ke realita,

"Kau tak apa?" America tertawa kecil, negara ini bisa khawatir juga ternyata, batinnya. Melihat reaksinya Russia hanya melirik sinis, sedikit menyesal bertanya.

"Dua minggu yang lalu," America memulai pembicaraan kembali, netra birunya memandang sayu langit-langit mobil.

Russia mengangkat alis, menatap Ame penuh tanda tanya. Sedetik kemudian mulutnya ber-oh-ria kala tahu kemana arah pembicaraan ini. "Kupikir Kita sudah membicarakan itu."

Ia menggigit dalam pipinya, tak dipungkiri ada yang sedang mengganggu pikirannya sekarang. "Kau hanya memberitahu kenapa sampai bertemu denganku," America mengubah posisinya berbaring dengan menekuk salah satu kakinya.

"Padahal Kau Russia. Lalu kenapa sampai bisa bertemu denganku, di sini, di Amerika. Kau juga CountryHumankan?" ia melirik Russia, memberi sorot menyelidik yang membuat negara itu tak nyaman. Namun ekspresi itu tak berubah, Russia membalas datar. "Baik Kau atau Canada tidak ada yang menjelaskan apapun padaku."

"Tak ada point menjelaskan semuanya padamu sekarang. Kau Amnesia, aku bahkan ragu Kau mengingat tanggal lahirmu sendiri." Ucap Russia lalu mengalihkan tatapannya ke jendela, melihat pandangan yang tak berubah dari pepohonan lebat.

America tak membalas, namun mendengar perkataan Russia sedikit membuat wajahnya tertekut. Pembicaraan ini tak ada hubungan dengan tanggal lahirnya.

"Terkadang aku merasa bisa mengingat semuanya. Mungkin Aku amnesia tapi ingatanku tidak sepenuhnya menghilang. Siapa tau jika Kau mau menceritakannya sedikit, aku bisa ingat hal-hal yang mungkin akan berguna."

Mendengar itu atensi Russia tertarik ke Negara yang sudah setengah tertidur. Netra hijaunya tak berhenti lepas dari wajah America. Cukup lama hingga ia mendesah kasar. Russia kemudian berdiri menuju ke salah satu laci, setumpuk baju terlipat rapi ketika dibuka.

Didalam karavan itu awalnya sangat berantakan, sofa yang koyak karena cakaran hingga barang yang tergeletak dimana-mana. Beruntung beberapa laci tertutup rapat hingga isinya tak terganggu. Russia dan America sendiri sebelumnya harus merusak setiap pintu laci yang tertutup untuk mengetahui isinya.

Russia mengambil sepasang baju dan mengganti yang dipakainya, sepasang lain juga diambil lalu dilempar hingga ke muka America. "Tidak usah melempar bisa tidak?!"

ᴋᴇɴᴏᴘsɪᴀ | countryhumansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang