4

2.9K 412 45
                                    

Kamu mau sampai kapan begini terus?

Irene menarik napas dalam dan menghembuskannya, berharap beban berat di dadanya dapat berkurang. Nihil, tidak ada yang bisa membuatnya merasa lebih baik saat ini.

Memang apa yang salah dari menjalani hidup hanya seperti itu? Tidak lagi mengharapkan apa-apa dari siapa-siapa. Ia hanya menginginkan kehidupan yang akan membawa rasa tenang baginya, tidak lebih. Semua orang bergerak seperti hakim dalam hidupnya dan selalu datang untuk mengungkit berbagai kesalahan. Tidak ada yang harus diingat dari masa lalu, setelah belajar dari sana, kita meninggalkan apa saja yang telah berlalu. Kita tidak akan kembali untuk hidup di masa itu. Lebih baik mengambil pelajaran, dan sudah. Begitu saja.

Irene tidak mau masa lalunya berlaku bagi anak-anaknya. Ia tahu benar hal itu menimbulkan trauma besar bagi mereka. Nana tidak pernah ingin mencoba dekat dengan lawan jenis, mengatakan Ia takut kesalahan yang tidak disengaja bisa menjadi bumerang bagi kakak dan adiknya. Nana merasa punya tanggung jawab besar sebagai anak laki-laki satu-satunya. Tapi, Ia masih sangat muda. Irene tidak akan marah jika Ia ingin menikmati masa mudanya dengan jatuh cinta, itu selalu terjadi.

Masa muda selalu dihabiskan untuk orang yang salah, setidaknya satu kali. Tidak apa-apa, dari sana kita belajar untuk tahu bagaimana perbedaan sikap dan latar belakang dapat mempengaruhi karakter seseorang. Tidak semua orang bisa menerima sebuah perbuatan. Tidak semua orang punya toleransi. Tidak semua orang mau menghabiskan hidupnya untuk sebuah hubungan. Tidak semua orang punya empati, dan tidak semua orang akan memperlakukan kita dengan cara yang kita harapkan.

Reflect.

Bukankah lebih baik memilih untuk merefleksikan diri ketimbang menyesali apa yang sudah terjadi?

Pertemuannya dengan Agung merusak masa muda Irene. Ia kehilangan hidupnya. Ia kehilangan keinginannya. Ia kehilangan cintanya.

Irene menunduk lemas, selalu merasa kalut ketika Ia mulai melakukan rewind waktu di pikirannya. Semuanya berlalu tanpa ada persetujuan dari dirinya, merusak kehidupannya bukan hanya di masa lalu, tapi hingga kini, hingga hari ini, hingga detik yang terus bergerak saat ini.

"Mama gak apa-apa?" Suara seseorang yang tidak begitu jelas membuat Irene dengan cepat mengusap wajahnya, berhenti dengan isakan yang tertahan. Irene tersenyum, menemukan Yeri di depan pintu dengan tangannya yang masih menyentuh gagang.

"Mbak, kenapa?"

"Mama kenapa?" Yeri dengan ragu masuk, mendekat ke arah Irene, lalu menyentuh pundaknya pelan.

"Mama gak apa-apa, tuh? Tadi Mama ngantuk banget, jadi gak sadar ketiduran."

Yeri menatap Mama dengan seksama, lalu mengangguk pelan tak berapa lama.

"Kamu kenapa?" Mama malah balik bertanya.

Yeri berdehem kecil, merasa ada sesuatu yang menahan tenggorokannya. "Ma,"

"Iya?"

"Apa salah, ya, jadi anak dari seseorang yang pernah selingkuh di masa lalu?"

Irene langsung diam, terhanyut dengan perasaan menusuk yang terasa jelas menghunjam dadanya. Ia menatap Yeri dengan bibir yang terbuka, namun nihil, semuanya tertahan dan tidak ada yang keluar dari sana.

"Kamu berantem sama siapa? Hyuga?"

"Enggak." Jawab Yeri, memilih duduk di ujung tempat tidur di kamar Irene.

"Siapa yang bilang gitu?"

"Umm.. gak ada yang jadi sasaranku secara spesifik, sih,"

Irene mencoba tersenyum. "Itu bukan kesalahanmu, perbuatan yang gak ada hubungannya dengan kamu."

Crazy Rich BaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang