28

1.3K 264 105
                                    

Cuaca yang cerah membuat Doy dan Joy memilih memesan kopi di sebuah café tidak jauh dari kantor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuaca yang cerah membuat Doy dan Joy memilih memesan kopi di sebuah café tidak jauh dari kantor. Hari masih sangat pagi, keduanya masih terlihat mengantuk karena Joy memaksa Doy menemaninya semalaman di telepon, beralasan tidak bisa tidur. Lengkungan hitam di kantung mata Doy terlihat jelas, namun pria itu mencoba mengedipkan matanya beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya.

"Mas," Joy menarik tangan Doy, mengerucutkan bibirnya. "Ngantuk, ya?"

"Kelihatannya gimana?"

"Kok marah?!"

"Loh?!" Doy buru-buru menggeleng. "Enggak marah,"

Joy mendecak. "Nanti istirahat aja dulu. Aku kerjain berkasnya."

"Mana bisa,"

"Kenapa gak bisa?"

"Berkas kamu kan juga banyak. Gak apa-apa," Doy mengangguk ringan, tersenyum lembut. "Perutnya masih sakit?"

"Masih."

"Kalau emang gak kuat, gak usah dipaksa."

"Kuat, kok. Di rumah malesin, abisnya,"

"Kenapa?" Doy menatap Joy, membuat wanita itu refleks membuang wajahnya, merasa gugup.

"Gak ada kamu di rumah."

"Bucin."

"Heh!" Joy membelalakkan kedua matanya. "Sadar diri, dong!"

Dering ponsel Doy membuat keduanya mendadak diam. Pria itu meraih ponselnya, mengernyitkan keningnya ketika nama Seola tertera di sana.

"Ya, Seol?"

"Pak, Bapak ada dimana? Pak Agung dan Ibunya ada di sini, nyariin Bapak."

Doy lantas menelan ludah dengan refleks, menatap Joy dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.

"Kenapa, Mas?"

Doy menggeleng. "Baik, Seol. Saya ada di dekat kantor. Tolong sampaikan kalau saya akan segera sampai."

"Baik, Pak."

"Kenapa?" Joy sekali lagi memaksa Doy untuk berbicara. Wanita itu menemukan ekspresi yang tidak menyenangkan di wajah Doy, seketika tahu kalau ada yang tidak baik-baik saja.

"Pak Agung dan nenekmu nyariin aku, katanya."

"Hah?!" Joy membulatkan kedua matanya dengan terkejut. "Ngapain?!"

"Gak tahu." Doy bangkit dari kursinya, mencoba mengemasi barang-barangnya di atas meja. "Yuk, buruan."

Joy mau tidak mau ikut bangkit, membiarkan Doy membayar di kasir sebelum akhirnya mengikuti pria itu masuk ke mobil. Jangankan Doy, Joy saja sudah merasakan panik luar biasa di sepanjang perjalanan. Ia berkali-kali menarik dan menghembuskan napas untuk sekadar menenangkan diri. Saat mobil berhenti di parkiran gedung kantor, rasanya Joy kehilangan keseimbangan dan merasa kesulitan untuk berdiri.

Crazy Rich BaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang