10. Move On

2.3K 201 8
                                    

Hi Hello!

Balik lagi sama ceritanya Pak Satria dan Mba Caca. Happy reading and enjoy, guys!

***

"Nya, gue mau jujur sama lo." Gue membuka obrolan, pulang magang gue dan Anya memutuskan buat diem di kosan gue, sekedar makan malam bareng, nonton drama korea, sekaligus ngadem.

"Apa tuh?" tanya Anya, tangan kirinya sibuk scrolling twitter, sedangkan tangan kanannya sibuk melahap burger yang baru aja kita pesen lewat go-fud.

Gue menarik nafas panjang, mempersiapkan diri mendapat segala umpatan dan cacian dari Anya, "guesukasamapaksatria," ucap gue cepat, tanpa jeda.

Anya menghentikan kegiatannya, atensinya sekarang beralih sepenuhnya ke gue, "apa? Pelan-pelan anjir ngomongnya, gue gak denger."

Gue mendengus sebal, karena males ngulang untuk ke dua kalinya, malu lebih tepatnya, "guesukasamapaksatria," ucap gue dengan sangat cepat.

Anya diam sejenak, seperti sedang mencerna kalimat yang keluar dari mulut gue, "Lo suka sama Pak Satria?" tanya Anya, malah diperjelas si dodol.

Gue menahan nafas, memperhatikan setiap ekspresi yang terpampang di mukanya Anya.

"Jawab Woy. Malah diem, nahan kentut lo?" tanya Anya.

Gue mengangguk, mata gue engga lepas memperhatikan ekspresi mukanya Anya.

"Ohh, yaudah." Lanjutnya santai.

"Kok lo santai sih? Gue pikir lo bakal caci maki gue? Bakal ngetawain gue?" tanya gue.

Dia menghela nafas, menyimpan burger di kotak makanan dan ngecharge ponselnya, "sebelum lo sadar, gue sama Wira udah sadar duluan kali."

"Kok bisa?"

"Kelihatan di jidat lo tuh ada tulisan gede banget PAK SATRIA PLEASE NOTICE ME, GUE SUKA BANGET SAMA BAPAK!!!"

Gue mengusap jidat gue sendiri, "jayus lo anjir. Mana ada yang begituan."

"Engga penting sekarang gue tau darimana lo suka sama dia, yang pengen gua tanyain. Lo mau apa?"

"Ya engga ngapa-ngapain, diem aja. Maksudnya ya gue pengen jujur aja ke lo, biar hati gue lega. Engga ada niatan buat petrus, ya you know dia gak tertarik sama gue."

Anya mengangguk-ngangguk, menepuk-nepuk bahu gue penuh prihatin, "turut berduka cita ya atas perasaan engga berbalas lo, sekalinya suka sama cowok ehh saingannya malah cowok lagi."

Gue mendengus sebal, "gausah diingetin juga anjir."

"Ehh, tapi Ca, lo yakin dia beneran gak tertarik sama kita?" tanya Anya.

Gue mengangguk penuh keyakinan, "gue kan udah cerita pas yang di Warung Pasta itu. Kayaknya Pak Satria ada trauma sama cewek gitu deh, mungkin itu yang bikin dia 'belok'."

Anya cuman nganguk-ngangguk doang, "tapi gue masih belum menerima kenyataan kalau dia belok, Ca."

Gue mengangguk lesu, "sama. Pak Satria itu too good too be true, tapi tetep aja ya manusia engga ada yang sempurna."

"Bener, anjir. Tapi ya kita engga bisa ngejudge pilihan dia, maksudnya kita aja engga tau latar belakang kenapa dia bisa kayak gitu."

Gue menghela nafas, "bener, Nya. Tapi gue masih mikir, dari sekian banyak orang di muka bumi ini. Kenapa harus dia? Maksudnya, kenapa harus crush gue anjir? Gue juga 'kan pengen merasakan ke-uwu-an, walaupun engga yakin bakal uwu sih, secara dosen-mahasiswa gitu, kayak kemungkinannya 1% banget."

Grow Up: MercusuarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang