5. Nyari Masalah

2.6K 230 8
                                    

Hi Hello!

Happy reading and enjoy!

***

Selama sebulan lebih gue hampir tiap hari bolak-balik ruangannya Pak Satria, entah untuk urusan kelas lansekap atau keperluan penelitian. Ruang dosen ini perlahan mulai tidak asing buat gue, karena biasanya gue bakal duduk di kursi yang mengeliling meja besar yang berada di tengah-tengah ruangan bersama Karin, Sesil, Pak Satria, dan terkadang Pak Teja ikut bergabung untuk berdiskusi.

Dan perlahan penelitian ini mulai rampung, pengumpulan data, perhitungan, dan semua data yang dibutuhkan untuk laporan akhir sudah kita dapatkan dari lapangan langsung. Selama satu bulan selain bolak balik ruang dosen, gue juga bolak-balik kampung Cibunut, ntah bareng Sesil atau Karin, bareng Pak Satria, atau full team. Pokoknya saling backup, dan selama satu bulan penelitian bikin kita makin akrab—ekhem gue, Sesil, dan Karin, Pak Satria engga masuk—.

Well, sikap Pak Satria sudah berubah tidak terlalu otoriter, sebelum meminta tolong dia akan mengucapkan kata 'tolong' dan setelah dibantu dia akan mengucapkan 'terimakasih'. Pembawaannya masih belum ada yang berubah, masih dingin dan ya masih suka seenaknya, kayak sekarang.

"Ca, ke ruangan saya." 

Kelas lansekap baru kelar, dan sekarang pukul 12 siang yang artinya waktunya buat makan siang. Tapi dengan tidak berprikemanusiannya dia malah nyuruh gue ke ruangannya, kurang ajar.

Gue menatap Anya dan Wira dengan muka memelas, berharap mereka mau nunggu gue yang dipanggil sama Pak Satria, jadi kita masih bisa makan bareng. "Engga ya, tadi pagi gue belum sempat sarapan. Sekarang lapar banget." Jelas, Wira langsung menolak keras.

"Caaaa, liat tangan gue udah tremor." Anya menunjukan tangannya yang sudah gemeteran karena belum sempat sarapan.

Gue mendengus sebal, "engga guna banget sih punya temen."

Wira langsung ngegegplak kepala gue, "heh, jam satu ada kelas lagi. Udah sekarang lo mending ke ruangan Pak Satria, biar urusan kalian cepet kelar. Habis itu susul kita di kantin, paham?" tanya Wira

Gue mengangguk, "iya iya." Memberenggut sambil memasukan barang yang ada di meja, "ngapain coba si beruang itu nyuruh gue madep ke ruangannya pas jam istirahat gini, gue 'kan laper belum sarapan juga."

Ah gue udah nemu panggilan baru buat Pak Satria, yaitu beruang. Kenapa beruang? Karena badannya dia gede dan tinggi mirip beruang, apalagi kalau marah beuh mirip beruang banget, cuman bedanya dia engga ada lucu-lucunya.

Mulut gue digeplak Anya "Heh, congor ya itu congor. Baru aja berdamai sama Pak Satria udah ngatain aja, mau kena masalah lagi lo?!"

Ya apa salahnya sih ngatain beruang? 'kan beruang lucu, padahal mah dia engga ada lucu-lucunya.

***

Gue masih menatap Pak Satria dengan tatapan membunuh, sedangkan yang ditatap masih sibuk revisi laporan tugas akhir kaka tingkat gue. Sudah 15 menit gue diem di ruangan ini, tapi dia belum memberikan mandat atau ngasih tau kenapa gue dipanggil ke ruangannya.

"Pak laporannya 'kan lagi dirampungkan sama Sesil, terus bapak kenapa nyuruh saya kesini?" tanya gue, daripada diem lebih lama di sini cuman buat liatin dia misuh-misuh karena banyak kesalahan di laporan tugas akhirnya, lebih baik gue mempersingkat waktu karena perut gue udah protes minta diisi.

"Bentar ya, Ca." Matanya masih fokus ke ipad yang dia pake buat baca laporan tugas akhir anak bimbingannya.

Gue hanya mendengus sebal, sibuk menjelajahi interior ruang dosen yang terkesan kaku. Meja yang diletakkan di tengah ruangan ini dikelilingi beberapa kursi untuk bimbingan, dan di kedua sisi ruangan ini ada beberapa kubikel milik dosen untuk menyimpan barang-barangnya atau mengerjakan kerjaan dan bahan ajar.

Grow Up: MercusuarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang