23 b. Dunia Semakin Aneh

2.1K 179 20
                                    

Hello!

/

/

/

/

/

/

/

***

Perlahan gue mulai kembali menyentuh proyek tugas akhir yang beberapa bulan ke belakang terbengkalai, berat, tapi kalau gue terus menghindar ya engga akan selesai. Mimpi gue untuk membanggakan Bunda, Ayah, sama Kakak bakal selamanya jadi mimpi.

Jadi perlahan gue mulai bangkit, mulai kembali menyusun target, dan mulai berambisi menyelesaikan tugas akhir ini secepat yang gue bisa.

"Than, kamu tinggal sidang 'kan? Coba tanya bagian administrasi kapan jadwal sidang terdekat." Pak Satria mengambil duduk di depan kami—gue dan Fatthan—.

"Loh, saya sudah bisa sidang, Pak?" tanya Fatthan.

Pak Satria mengangguk, mengecek kelengkapan gambar Fatthan yang menurut gue dia sudah siap buat sidang akhir, "ya udah. Lagian kamu kelamaan jarak dari seminar dua ke sidang, jadi langsung gas aja lah. Kemarin pas seminar dua juga engga begitu banyak revisian."

Orang normal begitu dapat Acc sidang pasti mukanya langsung berubah cerah, tapi beda sama Fatthan dia malah murung, menghela nafas berat, kayak engga mau sidang, "baik, Pak. Nanti saya tanya Bu Aneu untuk jadwal sidang terdekat."

Pak Satria mengangguk mengiyakan, "gausa kelamaan di kampus, Than. Kayak ada yang ditunggu aja, ehh apa emang ada yang ditunggu?" tanya Pak Satria, mengalihkan atensinya kepada Fatthan seutuhnya.

Fatthan tersenyum miring, "kalau memang iya kenapa, Pak? Lagian mau kapan saya maju sidang itu hak-nya ada di saya, selagi saya belum mengajukan ya saya bisa sidang kapan aja."

Pak Satria ikut tersenyum miring, "ya terserah kamu sih. Kalau saya jadi kamu, daripada nunggu buat sidang bareng, mending cepet-cepet lulus, cari kerja, biar bisa lebih percaya diri aja." Pak Satria mengangkat kedua bahunya tak acuh, tangannya meraih gambar kerja yang daritadi gue pegang.

"Jadi revisi kemarin sudah dikerjakan sampai mana, Ca?"

Perasaan gue aja atau emang iya, atmosfir di ruang dosen kali ini beda banget. Gue merasa panas? Maksudnya suasanya jadi panas gitu, padahal ya engga ada apa-apa, tapi gue ngerasa canggung banget.

***

"Gue ngerasa engga enak sama Kang Fatthan deh."

"Kenapa?"

"Why?"

"Jadi tuh, dia udah disuruh sidang sama Pak Satria, tapi dia engga mau. Soalnya kemarin-kemarin tuh kita kayak janji gitu mau sidang barengan."

"Terus?"

"Ya engga ada terusnya. Kang Fatthan malah bilang engga akan bimbingan dulu dalam waktu dekat, soalnya takut disuruh sidang juga sama Bu Yani."

"Dia mau nungguin lo."

"Iya gue tau, Wir. Tapi 'kan situasinya kayak gini, gue udah bilang enggapapa karena emang gue kemarin jalannya lambat, gue udah mempersilahkan dia sidang duluan, tapi dia malah uring-uringan."

Wira terkekeh, "lo tuh peka gak sih, non?" tanya Wira.

"Apa?"

"Si Fatthan naksir sama lo."

"Tau. Orang dia bilang, tapi engga langsung sih."

"Serius? Kapan anjir? Kok lo engga cerita sih? Jahat banget."

Grow Up: MercusuarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang