-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-
.
.
Kanaya POV"Nggak, Yah. Nay gak mau masuk pesantren!"
Bunda memegang kedua bahuku, berusaha meyakinkan kalau semua akan baik-baik saja. "Sayang, kalau kamu masuk pesantren, pergaulanmu akan lebih terjamin. Percaya sama Bunda."
Aku menggeleng cepat. Tidak mungkin aku bisa betah di pesantren. Pasti banyak yang sok alim, sok sombong kayak di film-film.
Ayah memijit pelipisnya pusing, kemudian beliau duduk di sofa sembari terus melantunkan istighfar.
"Kenapa kamu pacaran?" Suara bariton itu membuatku tersentak. Sesaat suasana menjadi hening.
"JAWAB AYAH, KANAYA!"
Aku menunduk takut, tidak biasanya Ayah marah seperti ini. Apa salahnya bila aku pacaran? Toh teman-temanku juga banyak yang memiliki kekasih.
"Nay, jawab Ayah," pinta Bunda lembut. Aku perlahan menatap wajah Ayah yang kian memerah karena marah.
Aku meremas tanganku, keringat dingin mulai bercucuran. "Nay gak ngapa-ngapain sama pacar Nay, Yah. Nay gak berlebihan kok, cuma jalan aja," jelasku hati-hati berusaha meyakinkan Ayah. Namun nyatanya, Ayah masih sangat marah kepadaku.
"Kemasi barang-barang kamu, kita ke pesantren besok," Titah Ayah yang sudah tidak bisa dibantah lagi.
Aku mengepalkan kedua tanganku, berusaha untuk tidak melampiaskan amarah di depan Ayah dan Bunda. Aku memilih pergi dari ruang tamu meninggalkan Ayah dan Bunda degan angan mereka.
Aku menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar, meraih Handphoneku. Aku men-scroll nama-nama kontak yang ada pada aplikasi WhatsApp. Hingga akhirnya, aku menemukan kontak yang aku cari. Aku segera menelpon orang itu, berharap dia membalas panggilanku.
"Halo?" Sapanya dari sebrang sana.
Aku bernapas lega setelah mendengar suaranya. "Dhil, gue mau masuk pesantren," aduku lirih.
"Hah?! Kenapa? Lo bikin ulah lagi?"
Aku berdecak. "Ya enggaklah, nyokap bokap gue udah tau kalo kita pacaran. Dan mereka marah banget sama gue. Please, bantu gue. Besok gue ke pesantren, gue gak mau Dhil."
"Maaf, Nay. Gue ada janji sama anak-anak. Lo bisa, 'kan urus ini sendiri?"
"Kok Lo tega banget, sih? Sebenarnya gue pacar lo apa bukan? Ya udah, terserah Lo aja, gue gak peduli. Urus tu temen-temen Lo!"
Tuuuut!
Aku mematikan panggilan sepihak. Tidak peduli bagaimana respon laki-laki itu. Sepertinya aku harus masuk pesantren selama beberapa hari saja. Setelah situasi kondusif, aku yakin, Ayah pasti akan menjemputku.
Setidaknya, dengan begini aku bisa membuat Ayah dan Bunda bahagia.
***
"Katanya, Tuhan itu maha adil, tapi apa dengan memisahkan anak dari orang tuanya itu adil?"~Kanaya Aulia Najma~
~~~~~~~
Bersambung...
Assalamualaikum gaes
Kembali lagi dengan JSM setelah drama publis-unpublis-publis-unpublis Saia. Kali ini beneran publish ulang kok, asli😭✌🏻Kalo aku bohong sok teror medsos aku, spam sebanyak-banyaknya sampe nge-lag hpnya jga gpp🤣
Semoga masih suka sama JSM ya wkwk
See you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jawaban Sepertiga Malam [Re-publish]
Spiritual[Ar-Rasyid Family1] [PROSES REVISI] Tentang harapan yang kutaruh pada manusia, kemudian Allah jatuhkan hingga aku lupa, sebaik-baiknya tempat berharap hanya kepada-Nya. *** "Apa kamu mau menjalani hidup bersama saya?" Tanya Gus Aqmal serius. Aku me...