New duduk terdiam sambil merenung di dalam kelas, sendirian. Baru saja dirinya dan Tay selesai berdiskusi mengenai progress tugasnya yang akan diserahkan pertengahan bulan depan untuk nilai Ujian Tengah Semester.
Masih banyak yang perlu New perbaiki di paper-nya, tapi sama sekali New gak bisa konsentrasi setelah apa yang Tay bilang ke dia tadi.
Jam sepuluh, setelah selesai kelas pak Tawan. New diminta untuk menemui pria itu di kelas yang mereka pakai diskusi untuk pertama kalinya, ruang 403.
New langsung aja duduk setelah di persilakan oleh pak Tawan. Selama diskusi, New sama sekali gak bisa fokus karena kepikiran terus tentang kejadian kemarin. Bahkan, Tay bersikap biasa aja dan gak bicara apapun.
Bukannya memperhatikan, New malah mikir gimana caranya jelasin tentang Joss dan kasih tau siapa dia. New takut, kalau dia kasih tau siapa Joss, kemungkinan besar penilaian pak Tawan ke dia tambah minus.
"Kamu kalau gak fokus kaya gini mending gak usah bimbingan dulu deh. Saya gak mau buang-buang waktu."
"Maaf pak, saya hanya-" New gak ngelanjutin omongannya, mendadak lidahnya kerasa kelu.
"Apa?"
"Soal kemarin, cowok yang bapak lihat itu. Dia bukan siapa-siapa saya, dia cuman-"
"Kenapa?" belum selesai New ngomong Tay udah motong dengan pertanyaan.
"Kenapa apanya pak?"
"Kenapa kamu jelasin hal itu ke saya?" New terdiam, otaknya masih memproses pertanyaan Tay ini.
Ngeliat gak ada respon dari New- Tay pun ngelanjutin bicaranya, "kamu gak perlu jelasin apapun ke saya. Ini hidup kamu, kamu juga yang jalanin, gak ada hubungannya sama saya."
"Apapun yang kamu lakuin, dengan siapa kamu dekat, itu urusan kamu. Saya gak ada hak untuk ngatur."
"Saya tau kamu bilang begini karena takut saya berpikir macam-macam, tapi kamu inget kan apa yang saya bilang waktu itu? Saya gak janji soal perasaan saya ke kamu. Dan sampai saat ini itu belum berubah."
Ucapan Tay tadi sukses membuat jantung New seolah berhenti berdetak sejenak. Membuat New diam mematung. Entah kenapa dia merasa seperti habis disiram air es satu ember.
Perkataan itu, benar-benar menusuk di relung hati New. Gak pernah seumur hidupnya denger kalimat menusuk seperti itu. Biasanya yang New selalu dengar ya kalimat-kalimat pujian dan permintaan buat jadi pacar.
"Karena udah saya jelasin semua, saya harus siap-siap untuk ngajar kelas selanjutnya. Kamu perbaiki yang tadi saya coret-coret." setelah itu Tay pergi keluar dari kelas ninggalin New sendirian.
New masih diem ngelamun, masih terngiang ucapan Tay tadi. Sampai-sampai New gak sadar ada Krist sama Kak Singto yang udah berdiri di depan dia.
"Woy! Ngelamunin apaan sih lo?" Krist nepuk kepala New pelan tapi yang ditanya cuman geleng-geleng kepala.
"Lo kenapa New?" Singto peka banget emang kalau urusan begini.
New narik nafas panjang, nyuruh mereka berdua duduk dan ceritain apa yang dia rasain sekarang ini dan tentang perkataan Tay tadi. Krist sama Singto cuman bisa saling lempar pandangan.
"Terus lo mau nyerah?" tanya Singto.
"Nyerah sih enggak ya, kalau pak Tawan belom minta ke gue buat beneran berhenti, gue gak akan berhenti."
"Gue cuman... apa ya, ngerasa sedih aja mungkin. Secara gak langsung perkataan pak Tawan tadi kasih tau gue, kalau dia gak perduli gue mau deket sama siapa. Karena gue bukan siapa-siapa dia, ya gak sih?"

KAMU SEDANG MEMBACA
BLANK SPACE
Fanfic"Kamu tau? Kamu tuh pengganggu dalam kehidupan saya!" "What actual fuvk?!?!" Seorang mahasiswa yang terkenal dengan pesonanya untuk memikat siapapun targetnya tiba-tiba berencana membuat dosen tampan yang terkenal serius dan pujaan hampir satu fakul...