Say something

7.5K 625 132
                                    

Selesai sama UAS kelas terakhir, New dapet chat dari Krist kalau satu geng pindah spot nunggu di ruang kelas 403. Alasannya karena mereka lagi nunggu kak Singto sama kak Bright yang lagi bimbingan di kelas sebelahnya, 402.

New pun jalan kearah tangga, saat ini dirinya berada di lantai dua daripada kelamaan nungguin lift jadi mendingan naik tangga. New masuk ke dalem kelas yang dimaksud, tapi disitu dia gak nemuin siapa-siapa. Nahan kesal, New ambil handphone-nya buat misuh-misuh di grup.

Namun tiba-tiba New dibuat kaget sama suara orang yang dia kenal banget manggil namanya pelan dari arah pintu masuk kelas. Langsung aja New nengok ke sumber suara itu.

"Kamu ada perlu apa disini?" tanya orang itu.

"Saya diminta kesini sama teman-teman saya. Bapak sendiri kenapa disini?"

"Pak Off meminta saya untuk berdiskusi sesuatu, dan saya disuruh datang kesini."

"Ya ampun!" ucap mereka berbarengan karena menyadari sesuatu.

New yang ingin cepat-cepat pergi dari ruang kelas ini, langsung pamit pada Tay.  "Kalau gitu saya permisi pulang duluan pak."

"Tunggu dulu, saya ingin bicara sebentar." Tay berusaha nahan New buat gak kabur.

"Well- sekalian karena kamu disini jadi saya gak perlu lagi nyari-nyari kamu yang ngehindarin saya belakangan ini." Ucap Tay nahan New yang udah ancang-ancang kabur.

"Soal apa pak? Oiya, saya gak ngehindarin bapak kok. Saya cuman bersikap seperti mahasiswa dengan dosen pada umumnya." jawab New.

"saya mau meminta maaf sama kamu." Ucap Tay.

"Untuk?"

"Kesalahan saya, apapun itu yang bikin kamu ngehindarin saya seperti ini."

New tersenyum sinis mendengar jawaban Tay, "kalau bapak tidak merasa salah, tidak perlu meminta maaf."

"Kalau tidak ada lagi, saya permisi untuk pulang." Sambung New lagi. Namun Tay kembali menahan New dengan menarik lengannya. Jujur New saat ini lagi bersusah payah menahan air matanya biar gak jatoh.

New berbalik arah untuk kembali menatap Tay. "Bapak tau kan kalau saya manusia yang berperasaan?" tanya New dan dibalas anggukan oleh Tay.

"Bapak juga tau kan soal perasaan saya ke bapak?" Tay kembali nganggukin kepalanya.

"Kalau bapak memang gak bisa balas perasaan saya bilang aja terus terang. Jangan bersikap seperti ini. Sikap bapak yang seolah kasih saya harapan gini bikin perasaan saya makin berantakan." New gak sanggup lagi nahan air mata yang udah di tahan daritadi, dan langsung di usap. New gak mau Tay liat dia nangis kaya gini.

"Saya gak mau lagi ganggu hidup bapak, dan saya gak mau lagi berharap apa-apa dari bapak." Air mata New kembali ngalir, dan New langsung narik lengannya yang daritadi ditahan sama Tay.

Namun tiba-tiba Tay narik New ke dalam pelukkannya, tentu New memberontak tapi ditahan sama Tay. "Diam dulu, kamu gak mau kan saya liat kamu nangis gini?" tanya Tay sambil tangannya mengelus belakang kepala New.

New berusaha ngelepas pelukan Tay lagi namun Tay masih menahannya. "Saya udah bilang kan, kalau bapak kaya gini, berat buat saya untuk move on. Saya akan kembali berharap lagi dan lagi."

"Kalau gitu jangan. Jadi pengganggu di hidup saya seperti biasanya aja." jawab Tay dan New langsung melepas paksa pelukan Tay lalu melihat pria itu dengan tatapan bingung.

"Kehadiran kamu itu pengganggu banget di hidup saya. Tapi saya ngerasa aneh dan kosong saat kamu gak ganggu saya lagi, gak kasih saya gombalan, gak liat senyum kamu."

BLANK SPACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang