Kejujuran

5.3K 528 36
                                    

"Kamu ada perlu apa datang ke sini?" tanya Tay begitu ngeliat seseorang yang ada di balik pintu.

"Saya mau bicara sebentar sama kakak." 

"Kamu gak liat udah jam berapa sekarang?" Tay nanyanya agak sensi.

"Masih jam tujuh kok, sebentar aja kak- gak sampai satu jam." orang itu coba membujuk Tay.

"Apa yang kamu mau bicarakan memangnya?"

"Soal tadi siang, orang yang makan bersama saya. Please, saya cuman gak mau kak Tay salah paham."

Tay menarik nafas singkat,  "masuk." ucapnya lalu membuka lebar pintu dan mempersilakan tamu itu masuk. Mereka jalan dan duduk di kursi putih dapur.

"Saya langsung aja deh. Mungkin kak Tay gak perduli soal saya dekat dengan siapa atau orang-orang yang ada di hidup saya. Tapi, saya perduli sama apa yang kak Tay pikirin tentang saya."

"Cowok tadi siang, dia cuman kenalan-" New menjeda ucapannya sebentar. Agak takut kalau dia bilang jujur, Tay bisa bakalan tambah sensi sama dia atau yang lebih buruknya- Tay gak mau lagi biarin New deketin dia.

"Saya pernah one night stand sama dia." New akhirnya milih buat jujur, udah pasrah sama reaksi Tay nantinya. New juga jelasin lengkap soal Joss yang gak berhenti minta dia buat jadi selingkuhannya. Sepanjang New berbicara, Tay cuman diem dan natap kedua mata New. Seakan Tay lagi cari celah kebohongan dalam penjelasannya itu.

"Tapi saya udah gak ngelakuin hal itu lagi sejak saya mutusin buat serius sama kakak."

"Saya gak pernah nyuruh kamu buat ngelakuin hal itu. Saya udah bilang kan-" 

"Hidup kamu, terserah kamu mau jalanin seperti apa." New motong ucapan Tay, udah tau apa yang bakal keluar dari mulutnya. "Saya lakuin ini karena kemauan saya sendiri. Saya mau kak Tay tau gimana seriusnya perasaan saya ke kakak." 

"Kamu mau minum apa?" bukannya ngerespon ucapan New tadi Tay malah nanya hal lain.

"Gak usah kak, gak perlu repot-repot." 

Meskipun New jawab begitu, Tay tetap menyuguhkan air putih buat tamunya itu. "Oke, saya paham." ucap Tay sambil meletakkan dua gelas berisi air putih di meja.

"Gimana kak?"

"Saya paham sama semua yang coba kamu sampaikan tadi."

"Itu aja kak?" New nanya karena kebingungan. New kira Tay bakalan kasih omelan atau mungkin nyuruh dia berhenti ngejar-ngejar Tay.

Tay nganggukin kepalanya, "emang kamu mau saya ngomong apa?"

"Kakak biasanya bakal marah dan ngomong panjang lebar." New jawab sambil mengangkat bahu.

"Ngapain saya buang-buang energi buat kejadian yang udah di masa lalu, toh sekarang kamu udah selesaiin urusan kamu sama cowok itu."

"Lagian seperti yang saya bilang sebelumnya, hidup kamu ya kamu yang punya hak buat jalaninnya gimana." Tay jawab jujur apa adanya, meskipun New udah pernah denger tapi tetep aja kerasa nyelekit.

"Tepat nusuk ke jantung ini tuh, bukan hati lagi." New menjawab pelan, hampir seperti bergumam tapi Tay denger dan cuman diabaikan.

"Tapi saya appreciate kejujuran kamu ini. Makasih karena udah mau kasih tau yang sebenarnya." ucap Tay sambil tersenyum.

"Saya tetep masih boleh usaha deketin kakak kan?"

"Silahkan kalau kamu masih belom mau menyerah." kali ini Tay kasih taunya lantang.


*

*

Curhat di grup
*abaikan time

BLANK SPACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang