"Apa yang kau lakukan di Canada?"
Jisu menoleh untuk menatap laki-laki jakung disebelahnya, "Aku kuliah kedokteran disana."
"Pantas saja kau sangat cekatan." celetuk Yuna yang diam-diam mendengar percakapan mereka. "Tapi kau orang korea asli?"
Jisu tersenyum. Sejak awal ia memang seolah punya tanggung jawab untuk mengobati. "Ya. Aku dan ibuku pindah saat aku kecil."
Soobin berdeham sambil terus memotong rumput yang menghalangi jalan mereka, "Bagaimana rasanya punya ibu?"
Pertanyaan Soobin membuat Jisu mengerutkan kening, "Maksudnya?"
Soobin menengadah. Menatap langit yang semakin lama semakin menggelap. Warna hitam mengembang bersamaan dengan titik-titik kecil bercahaya yang bertaburan dimana-mana. Langit selalu punya secercah cahaya, tidak peduli seberapa gelap dirinya. Sangat berbeda dengan kehidupannya.
Soobin mengangkat bahu, "Ibuku pergi ketika aku masih bayi. Aku tinggal dengan ayahku."
Jisu tersenyum masam kemudian menepuk lengan Soobin, "Akupun tidak punya ayah."
Soobin baru akan membuka mulut ketika Chaeryoung tiba-tiba membalikkan badannya. Menatap kedua orang yang berjalan paling belakang dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ada apa?" tanya Jisu yang mulai bingung.
"Unnie-" gumam Chaeryoung, pelan tapi masih bisa terdengar.
Jisu mengerutkan keningnya. Sorot mata Chaeryoung tidak mengarah padanya... tapi sesuatu dibelakang mereka. Jisu mengikuti sorot mata Chaeryoung. Tidak ada apa-apa dibelakang mereka. Hanya hutan yang mulai berkabut dan gelap.
"Chaeyeon unnie...?"
"Chaery?"
Tiba-tiba segerombolan burung berterbangan keluar dari kabut itu. Beberapa diantaranya bahkan menabrak kepala Huening Kai dan Soobin yang kelewat tinggi. Mereka semua menunduk, kecuali Chaeryoung yang masih terpaku pada satu titik gelap didalam kabut.
"Chaeyeon unnie, apa yang kau lakukan disana?"
Yuna berusaha menarik Chaeryoung yang mulai berjalan menjauh dari mereka. Masalahnya adalah burung itu semakin banyak keluar dari sana.
"Chaeryoung mereka tidak nyata!" pekik Ryujin yang posisinya agak jauh dari Chaeryoung.
Tapi sialnya, para burung itu malah mengerubuni Ryujin dan mencoba menggigit tubuh Ryujin. Melihat itu Yeji dan Yeonjun sigap menembaki burung-burung itu.
Taehyun menyalakan bahan peledak kemudian melemparnya jauh ke depan mereka. Begitu suara ledakan terdengar, para burung itu mendekati sumber suara. Ia mengangkat telunjuknya kemudian menempelkannya ke mulutnya.
Mutan burung. Mereka selalu datang bergerombolan dan jumlahnya sangat banyak. Pemakan daging dan pemilik paruh besar yang sangat kokoh. Yang perlu disyukuri adalah mereka tidak bisa melihat.
"Chaery!"
Chaeryoung masih berjalan menjauh dibelakang sana, seolah tubuhnya tertarik oleh sesuatu. Jisu dan Soobin berusaha menarik tubuh Chaeryoung tapi justru diserang oleh mutan burung.
Yeonjun dengan sigap membunuh beberapa mutan burung dengan pedangnya. Kemudian Taehyun dan Beomgyu memilih mengejar Chaeryoung yang mulai hilang ditelan kabut.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AMETHYST: Alexandrite
FanfictionBUKU PERTAMA DARI SERIES AMETHYST "𝙆𝙞𝙩𝙖 𝙥𝙪𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙖𝙩𝙪 𝙢𝙞𝙢𝙥𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙣𝙜𝙪𝙣 𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙚𝙨𝙤𝙠." - Kepada senja di ujung bumi, tolong semangati lima anak adam dan lima anak hawa yang sedang memperjuangka...