Sang Raja masih setia melindungi apa yang harus ia lindungi sekalipun tubuhnya mulai tidak bisa bergerak. Dari puncak Amethyst, ia bisa melihat penduduknya satu persatu musnah. Kerajaannya hancur. Alam mulai tidak seimbang kala sihir gelap itu menguasai Amethyst.
"Raja William yang agung,"
Sang Raja mendongak kala penyihir itu terbang atas kepalanya, "Heenim, teman lamaku."
Sang penyihir turun kemudian berdiri angkuh di depan Sang Raja. Ia mengelilingi batu agung berbentuk bulat dengan sepuluh permata itu. Tangannya mengelus tiap permata hingga mengeluarkan cahaya kala tangannya menyentuh permata itu. Ini dia yang ia cari selama hampir seribu tahun lamanya. Dan selama seribu tahun juga, Raja William tidak bisa dikalahkan.
"Heenim, tolong jangan lakukan ini." pinta Sang Raja.
Sang penyihir tertawa sarkas, "Akhirnya setelah beribu-ribu tahun lamanya, sihirku mampu membuatmu mematung, Raja William."
Sang Raja menghela nafas. Benar, pada akhirnya Heenim akan menciptakan sihir yang sangat kuat hingga membuat tubuhnya sedikit demi sedikit menjadi patung. Sang Raja menunduk, kini sihirnya sudah hampir menyentuh wajahnya. Inilah saatnya, Alexandrite harus dipecah menjadi sepuluh bagian.
Sang Raja memejamkan matanya, menggumamkan beberapa mantra yang sudah ia hafal diluar kepalanya. Kemudian permata itu terlepas dari tempatnya.
"Apa yang kau lakukan?!" tanya Heenim bingung kala permata itu lepas dari tempatnya.
Batu permata itu berputar beberapa kali di udara, kemudian diikuti dengan cahaya putih yang mengelilingi batu permata itu. Sebelum akhirnya, sebuah dentuman besar terdengar, diikuti dengan hilangnya sepuluh permata itu.
Sang Raja membatu, begitupula Sang Penyihir yang kehilangan arah.
—
Lima anak adam dan lima anak hawa yang masih bertahan dalam kesukaran duniawi, hidup dalam palung kehidupan paling dalam kemudian mulai berhasil berenang ke permukaan. Mereka mendapatkan hadiah sekaligus tanggung jawab untuk diselesaikan bersama.Pecahan Alexandrite sudah menemui tuannya. Begitupula Amethyst yang akan menemui kejayaannya -lagi-. Dalam tumpah darah, akankah mereka bertahan?
—"Selamat datang di Amethyst. Nasib Amethyst ada ditangan kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AMETHYST: Alexandrite
Fiksi PenggemarBUKU PERTAMA DARI SERIES AMETHYST "𝙆𝙞𝙩𝙖 𝙥𝙪𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙖𝙩𝙪 𝙢𝙞𝙢𝙥𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙣𝙜𝙪𝙣 𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙚𝙨𝙤𝙠." - Kepada senja di ujung bumi, tolong semangati lima anak adam dan lima anak hawa yang sedang memperjuangka...