10.

989 275 18
                                    

Taehyun mengerjap beberapa kali. Kepalanya pusing bukan main. Ia menatap langit-langit ruangan. Kali ini ia sadar bahwa ia sedang berada di ruangan lemabab dan gelap. Disisi kirinya terdapat jeruji besi yang membatasi dengan ruangan lainnya. Baiklah, ini buruk.

Saat itu maniknya menangkap presensi seorang gadis duduk disudut ruangan sambil menyembunyikan wajahnya diantara lututnya. Berkali-kali ia menghela nafas berat yang terdengar sangat putus asa. Kakinya terikat dengan rantai yang menyambung ke tembok.

Taehyun tidak perlu melihat wajahnya untuk tau siapa gadis itu. "Jangan menangis."

Chaeryoung mengangkat kepalanya untuk menatap Taehyun. Matanya sembab dan kepalanya pusing karena terlalu banyak menangis. "Aku takut."

"Ya, aku tau." sahut Taehyun dingin kemudian duduk. Ia baru menyadari bahawa kakinya juga terikat rantai. Pantas saja kakinya terasa kebas dari tadi. "Mana tanganmu?"

"M-mau apa?"

Taehyun mendecak, "Cepatlah."

Chaeryoung mengulurkan tangannya. tangan kirinya terluka karena terkena belati tadi. Darahnya sudah tidak sebanyak tadi, tapi masih mengeluarkan darah.

Taehyun menarik paksa tangan Chaeryoung sampai-sampai tubuhnya ikut bergeser. Ia merobek jaketnya -yang sudah robek- kemudian membalut telapak tangannya dengan kain itu.

"Sudah. Jangan merepotkan lagi."

Chaeryoung menarik tangannya. Ia menatap kain yang membalut tangannya. Kain yang sama persis dengan kain yang membalut perutnya waktu itu. "Taehyun."

"Hm."

"Maaf karena selalu jadi benalu."

Taehyun menatap gadis itu sesaat. Menyelami netra coklat muda yang terlihat ramah dan lembut itu. Ia mendecak kemudian kembali sibuk berkutat dengan rantai di kakinya.

"Kau bisa bawa permataku. Setelah itu kau tidak perlu repot-repot menyelamatkanku."

Kali ini Taehyun menatap Chaeryoung dengan tatapan memicing, "Kau pikir aku menyelamatkanmu tanpa alasan?"

— 🗡 —

BRRAAKK!!!

"Beomgyu?"

Laki-laki itu berdiri diambang pintu. Ia menatap Taehyun -yang entah sejak kapan- sudah lepas dari rantainya. Kemudian tatapannya beralih ke Chaeryoung yang masih terikat. Ia berlutut dihadapan kedua temannya, "Dengar. Kita harus keluar dari sini."

Kedua temannya seketika membeku.

"K-kau..."

"Akan aku jelaskan nanti. Minggir akan aku potong rantainya."

Beomgyu mengangkat pedangnya kemudian memotong rantai yang membelit kaki Chaeryoung. Setelah itu mereka keluar.

Tempat ini seperti goa yang diberi sekat dengan jeruji besi hingga menyerupai ruang tahanan. Disini gelap dan sangat lembab. Bahkan beberapa titik air keluar dari langit-langit, membuat tanah disana sedikit lembek.

"Ambil senjatamu, Taehyun."

Taehyun mengambil crossbownya yang diletakkan sembarangan didepan ruang tahanan. Ia mendecak sebal ketika mendapati crossbownya rusak. Mana Beomgyu cuma bawa pedang dan Chaeryoung tidak bawa senjata. Ia berharap tidak ada yang aneh-aneh sebelum crossbownya bisa digunakan kembali.

Ternyata Tuhan tidak berpihak pada Taehyun. Baru saja mereka akan melangkah lagi, tubuh Chaeryoung terseret jauh dan terbentur tembok goa dengan keras. Membuatnya seketika hilang kesadaran.

"Chaery!" pekik Beomgyu kemudian berlari panik ke arah gadis itu.

Taehyun menghela nafas kasar kala sosok wanita itu berdiri beberapa meter dari tempatnya. Tangannya terangkat di udara dengan tongkat sihirnya yang mengarah ke tubuh Chaeryoung.

"Kenapa terburu-buru?"

"Tolonglah, aku sedang malas berdebat." sahut Taehyun enteng.

Hanya Taehyun yang bisa sesantai itu dengan seorang penyihir.

Sosok wanita itu berjalan maju. Dengan gaun hitam yang menyapu tanah, wanita itu terlihat sangat menyeramkan. "Kang Taehyun sweetie, kau tidak ingat aku?"

Taehyun mendecak. "Otakku sudah penuh."

Sang penyihir tersenyum miring. "Kita pernah bertemu sebelumnya." lanjutnya kemudian berpindah ke samping Taehyun dengan cepat.

Taehyun kaget tapi berusaha tenang. Apalagi ketika wanita itu membisikkan sesuatu di telinganya, ia kaget setengah mati.

"Kau tidak ingat bahwa darahmu mengalir dalam tubuhku sekarang?"

Beomgyu yang mendengar kalimat itu seketika membeku, "Taehyun kau-"

"Aku sudah membangkitkanmu. Apa lagi yang kau inginkan?"

Sang penyihir memainkan jarinya di telinga Taehyun.  "Pertama yang ada dalam dirimu. Dan teman-temanmu."

Taehyun menoleh kesamping. Ia mendecak keras untuk memperingati sang penyihir agar tidak main-main dengan telinganya. Sungguh, Taehyun benci ini.  Tangannya diam-diam mengeluarkan anak panah dari crossbownya. "Ambil sendiri."

Setelah itu dengan lancangnya ia menusukkan anak panah ke perut sang penyihir. Membuat darah segar berwarna merah mengucur dari perutnya. Taehyun tidak tau bahwa setetes darahnya bisa membuat penyihir ini memiliki darah merah.

"Arghh!!" sang penyihir menggerang. Ia menatap marah ke arah Taehyun yang berdiri santai dengan wajahnya yang tanpa dosa itu. Tangannya bergerak untuk mengangkat tongkat sihirnya.

Seketika tubuh Taehyun tidak bisa digerakkan, bahkan tenggorokannya terasa tercekat hingga tidak bisa bernafas.

Dari arah belakang, sebuah belati melayang dan berhasil mengenai tangan sang penyihir. Membuat tongkat sihirnya jatuh.

Taehyun menghirup oksigen dengan rakus ketika tubuhnya sudah bisa digerakkan kembali. Ia mengelus lehernya yang terasa panas.

Sialnya sang penyihir susah dikalahkan. Walaupun mereka berkali-kali berusaha menyerang tapi selalu saja kalah. Taehyun heran padahal sang penyihir sudah terluka lumayan parah.

Didetik berikutnya Beomgyu terlempar jauh ke belakang. Meninggalkan Taehyun yang sebenarnya sudah capek. "Baiklah, baiklah. Ayo buat kesepakatan."

"Kau mau apa?"

Taehyun mengepalkan tangannya kemudian ketika ia membuka tangannya, muncul sebuah batu berwarna hitam. "Kau mau ini?"

"Taehyun jangan..." suara Beomgyu samar-samar terdengar begitu putus asa di telinga Taehyun.

"Yah. Tapi kau harus lakukan sesuatu untukku." lanjut Taehyun.

"Kau memang lemah, Kang Taehyun." remeh sang penyihir, "Baiklah. Kau mau apa?"

"Bunuh Kang Taeyang untukku."

Sang penyihir tersenyum miring, "Pekerjaan yang mudah. Sekarang serahkan permata itu dan berlututlah."

Taehyun mengangguk kemudian ia berlutut di depan sang penyihir. "Sebenarnya aku benar-benar akan memberikan ini, tapi yang perlu kau tau adalah-"

Perkataanya terputus. Ia kembali menggenggam batu itu hingga hilang dibalik telapak tangannya. Ia menatap sang penyihir dengan tatapan membunuhnya, "Yang perlu kau tau adalah aku tidak suka berlutut pada siapapun."

Kalimat itu menjadi pembuka aksinya mengambil pedang Beomgyu -yang tergeletak ditanah- kemudian menusuk jantung sang penyihir. Bahkan ketika sang penyihir sudah tergeletak tidak bernyawa, ia memenggal kepalanya hingga terputus sepenuhnya.

Yang perlu kalian ingat adalah atas dasar apapun, jangan pernah sekalipun menyuruh Kang Taehyun untuk menekuk lututnya.

— 🗡 —
Jangan lupa dukung comeback TXT ya!
and don't be silent reader pelase❤️

THE AMETHYST: AlexandriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang