Entah sejak kapan Amethyst bisa bersalju. Atau memang ia yang terlalu lama di dunia nyata sampai tidak tahu kenyataan bahwa tempat ini bisa bersalju juga. Dari atas sini, Beomgyu seolah bisa mengenggam seluruh isi Amethyst. Ia menyaksikan bagaimana salju membersihkan sisa-sisa kehancuran Amethyst. Lalu sekarang apa?
Selama hidup hampir ratusan tahun sebagai salah satu dari tujuh Lord Amethyst, ia paling jarang datang ke puncak Amethyst. Selain karena memang ia tidak peduli dengan tahta, ia juga lebih suka 'hidup' di dunia nyata, sebagai Choi Beomgyu, si kutu buku yang sekarang menginjak semester lima sebagai mahasiswa psikologi.
Bersama Jung Eunbi.
Ia tahu perbuatannya ini salah. Itulah mengapa Tuhan seolah menghukumnya. Beomgyu harusnya sudah mati belasan tahun yang lalu. Dia mati sebagai pemilik permata Hematite. Itu juga alasan kuat mengapa ia 'meminjam' tubuh Beomgyu dan membuat anak itu seolah-olah masih hidup.
"Aku tidak tau apa-apa, tapi kehilangan seseorang adalah hal yang lumrah terjadi ketika kau hidup sebagai manusia."
Beomgyu hanya tersenyum pahit. Kemudian ia merasakan punggungnya ditepuk beberapa kali. Entah apa yang membuat Kang Taehyun jadi sehangat itu. "Pasti sulit ketika kau kehilangan ibumu, kan?"
Kali ini Taehyun mendecak, "Semesta memang sekejam itu, tapi dia adil. Ketika kau kehilangan seseorang, semesta akan memberikanmu seseorang juga."
Beomgyu tersenyum. Ia melirik ke arah Chaeryoung yang sedang menarikan tarian ubur-ubur dengan Yeonjun dan Yuna. Kemudian ia menatap Taehyun lagi. "Yah, kau beruntung."
"Begitulah." sahut Taehyun kemudian kembali menyandarkan dirinya di meja batu. Ia memerhatikan sebulir salju yang jatuh kemudian menumpuk di ujung sepatunya.
Satu bulir.
Dua bulir.
Tiga-"AKHHH!"
Mereka terkejut setengah mati kala tumpukan salju itu berubah menjadi seorang wanita dengan gaun putih dan rambut putih yang mengeluarkan cahaya.
"Selamat datang di Ametyhist."
S-suara itu?
Semua orang langsung memfokuskan diri pada wanita itu.
"S-siapa...?"
"Perkenalkan saya Winna, dewi Musim Dingin. Adik dari Raja William. Saya adalah sentinel yang menuntun kalian sampai hari ini. Terima kasih karena sudah menyelamatkan Ametyhist."
— 🗡—
Yeonjun masih belum berhenti mengunyah apapun yang terhidang dihadapannya. Sampai-sampai Yeji bingung melihatnya. Sungguh, setelah berminggu-minggu tidak makan makanan yang layak, akhirnya Yeonjun bisa merasakan makanan seenak ini lagi.
"Pelan-pelan, Yeonjun. Nanti tersedak." tutur Yeji kemudian menyodorkan segelas air.
Yeonjun kemudian berbicara dengan mulutnya yang penuh.
"Telan dulu, bodoh!" hardik Ryujin sambil memukul kepalanya.
Jisu yang menyaksikan itu hanya geleng-geleng kepala. Baru beberapa menit yang lalu mereka akur karena saling menyatakan cinta, sekarang sudah berantem lagi. Ugh, their love-hate relationship.
"Jadi kau sentinel kami?"
Sang wanita mengangguk, "Amethyst punya banyak dewa dan dewi, kami sangat patuh terhadap Raja William. Dan Raja William menugaskanku untuk menuntun kalian."
"Kalau Amethyst punya banyak dewa, kenapa harus melibatkan kami?" tanya Yuna yang dari tadi menyimak pembicaraan antara sang wanita dan Soobin.
"Sebelum Alexandrite dipecah, kami para dewa sudah berusaha menghentikan Heenim dan adik-adiknya. Namun kami kalah dan terjebak di dimensi yang berbeda." lanjut sang wanita.
Soobin mengangguk mengerti, "Karena itu setelah Alexandrite disatukan kembali, kalian baru bisa kembali ke Amethyst?"
"Benar."
Percakapan mereka terhenti kala beberapa orang membawakan beberapa tambahan makanan. Soobin sudah tidak tertarik lagi dengan apa yang terhidang karena perutnya sudah hampir meledak sekarang.
"Kalian bisa memilih untuk kembali ke dunia kalian atau menetap di Amethyst. Tidak perlu terburu-buru, kalian boleh memilih kapan saja."
Mereka semua langsung diam. Termasuk Soobin yang seharusnya sudah mati di dunia nyata. Haruskah ia menetap saja?
"Kalau kami menetap, apa yang bisa kami lakukan disini?"
Sang wanita memandang sekitar. Ada banyak hal yang harus diperbaiki disini. Rumah-rumah warga hancur, perkebunan dan hutan terbakar habis setengahnya. Para Lord Amethyst menghilang begitupula Raja William. Kemudian ia menghela nafas, "Ada banyak hal yang bisa kalian lakukan disini."
Sang wanita berdiri, ia berdeham sebentar sebelum melanjutkan, "Apabila kalian memilih kembali ke dunia kalian, kalian bisa kembali ke sini apabila Amethyst membutuhkan kalian. Namun, apabila kalian memilih menetap disini, kalian tidak akan pernah bisa kembali ke dunia nyata.
Jadi pikirkanlah dengan baik."
— 🗡—
"Kau akan kembali?"
Soobin memutar badannya menatap Yeji. Ia menarik kursi kemudian duduk di hadapan gadis itu. "Entahlah. Aku kembali hanya untuk mati."
"Siapa suruh bunuh diri!"
"Ya, gak ada yang nyuruh. Mau aja."
Yeji tertawa sarkas kemudian menyilangkan tangannya didepan dada. "Jisu sudah memutuskan untuk kembali."
"Oh, ya?"
"Dia rindu ibunya."
Tangan Soobin terangkat untuk menyentuh kalung yang tergantung di lehernya. "Ibu ya..."
Yeji langsung mengerti. Ia mendekatkan tubuhnya ke arah Soobin, "Berikan aku detail tempatmu terakhir."
"Maksudmu?"
"Aku akan menyelamatkanmu."
Soobin tersenyum pahit kemudian membuang muka. Yeji ini tidak sadar ya kalau jarak mereka sedekat ini? Sampai-sampai deru nafas Yeji menerpa wajahnya.
Melihat pergerakan Soobin, Yeji ikut menjauh. Kemudian ia berdiri, "Aku akan kembali. ada audisi penting yang sudah aku dambakan selama bertahun-tahun. Kalau kau sudah memutuskan, beri tahu aku."
Yeji baru akan beranjak ketika pergelangan tangannya di tahan oleh Soobin.
"Uljiro Residence, kamar 813, lantai 8. Passwordnya 7712. Bawa alat pemadam api sebelum aku membakar habis satu apartement."
— 🗡—
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AMETHYST: Alexandrite
FanficBUKU PERTAMA DARI SERIES AMETHYST "𝙆𝙞𝙩𝙖 𝙥𝙪𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙖𝙩𝙪 𝙢𝙞𝙢𝙥𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙣𝙜𝙪𝙣 𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙚𝙨𝙤𝙠." - Kepada senja di ujung bumi, tolong semangati lima anak adam dan lima anak hawa yang sedang memperjuangka...