"Minumlah."
Ryujin mengangkat kepalanya untuk menoleh siapa yang baru saja melemparkan botol air ke pangkuannya. Ia memutar bola matanya malas sebelum akhirnya meneguk air itu.
Masih dengan gayanya yang sok keren, laki-laki itu duduk disampingnya. Ia menjepit bulu angsa -yang entah dari mana ia dapat- di bibirnya. Ia mengangkat tangannya untuk memegang kepala Ryujin, "Bagaimana kabarmu, gadis macan?"
Ryujin menangkis tangannya dengan kasar, "Ck, buruk karena ada kau."
Yeonjun terkikik pelan, "Kasar sekali."
"Maka pergilah sebelum aku menusukmu." setelah itu Ryujin berdiri dan berjalan menjauhi Yeonjun.
Diam-diam ia menatap lekat punggung yang menanggung begitu banyak beban disana. Ryujin duduk dipojok ruangan sambil memejamkan matanya. Yeonjun sudah dengar cerita dari Yuna. Sekarang ia paham kenapa Ryujin seperti itu.
Bagaimana selama bertahun-tahun gadis itu hidup di rumah sakit jiwa setelah kematian ibu kandungnya. Ibunya meninggal dalam kasus pembunuhan. Semua bukti mengarah ke Ryujin, makanya mereka menganggap Ryujin gila dan butuh rehabilitasi.
Padahal itu sama sekali bukan perbuatan Ryujin —kata Yuna—. Ia dan Ryujin bahkan tidak ada ditempat saat kejadian itu. Tapi Yuna terpaksa berbohong hanya karena takut ayahnya akan menghukumnya.
Yuna sama sekali tidak tahu bahwa perbuatan kecil itu membuat hidup Ryujin hancur berantakan. Hidup tersiksa sebagai orang yang 'dianggap' gila dan menjadi mainan manusia-manusia rakus diluar sana.
Bolehkah Yeonjun bersumpah, setelah selesai berurusan dengan permata ini, ia akan menyelamatkan Ryujin bagaimanapun caranya. Membawanya berenang ke permukaan setelah bertahun-tahun tenggelam dalam kesengsaraan. Ryujin, gadis itu terlalu lama diam di dasar palung kehidupan terdalam dan membiarkan dirinya membusuk disana.
"Hei, Shin Ryujin."
Ryujin membuka matanya. Netra gelap itu menatap lekat Yeonjun yang tersenyum kaku di tempatnya.
"Aku akan menolongmu, aku janji."
Tapi masalahnya adalah Yeonjun sudah meregang nyawanya sendiri sebelum tertarik masuk ke Amethyst.
—🗡—
Beomgyu mengumpulkan mereka di ruang bawah tanah yang ia temukan di kamar tidur rumah itu. Entah bagaimana caranya ia menemukan ruangan ini, mereka sungguh tidak peduli.
Mereka lebih penasaran dengan isi ruangan ini. Rak-rak buku menjulang tinggi disetiap sisinya. Buku-bukunya sudah berantakan dan berdebu. Ditengahnya terdapat meja panjang dengan sebuah gulungan kertas besar diatasnya.
Huening Kai dan Yeonjun yang punya tingkat penasaran tinggi langsung membuka gulungan kertas itu.
"Oh, ini peta." tutur Beomgyu.
"Peta apa?"
Beomgyu tidak menjawab. Maniknya sibuk menelisik setiap ukiran yang ada diatas kertas. Terlalu fokus sampai-
BRRAAKK!!!
Beomgyu kaget setengah mati kala laki-laki berdarah dingin bernama Kang Taehyun itu menggeprak meja dengan keras.
"Kau harus menjelaskan sesuatu."
"Ah, iya." jawab Beomgyu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AMETHYST: Alexandrite
FanficBUKU PERTAMA DARI SERIES AMETHYST "𝙆𝙞𝙩𝙖 𝙥𝙪𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙖𝙩𝙪 𝙢𝙞𝙢𝙥𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙣𝙜𝙪𝙣 𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙚𝙨𝙤𝙠." - Kepada senja di ujung bumi, tolong semangati lima anak adam dan lima anak hawa yang sedang memperjuangka...