Chapter. 3

24.9K 2.5K 167
                                    

Ch. 3

°

Untuk hari kemarin Karyna dan Dave tidak mengalami pengalaman semacam 'clown' dan 'tultel' putra kedua mereka. Umay nampaknya memiliki atensi lain kepada Proda. Lihat saja, di meja makan pagi ini Umay menempeli Proda yang sudah memiliki ponsel sendiri dan si kecil super resek itu tahu bagaimana mengganggu seseorang dengan baik. Tidak dengan tingkah laku, melainkan bibirnya yang pandai mengolah kata.

"Ngapain kamu nempelin kakak kamu begitu, Boy?" tanya Dave dengan menyuapkan sarapan paginya yang sebenarnya sudah masuk kategori makan berat.

Karyna memasak sayur bayam, nugget untuk kedua anak mereka, sosis asam manis, dan tak lupa ikan goreng sesuai permintaan si Umay yang besar. Sebab bukan hanya mulutnya saja yang besar serta pandai bicara, tetapi juga badannya.

"Kak Oda punya pacal, Pi. Aku liyat-liyatin dali malem." Adu anak itu dengan sangat lancar.

Astaga anak ini! Karyna menyebut dalam hati. Kelakuan Umay memang ada-ada saja.

"Umay tahu dari mana bahasa pacaran, Nak?" Berusaha untuk bersabar menghadapi sang anak, Karyna menatap kedua putra mereka bergantian.

"Tauk dari kak Oda-lah, Mi."

"Boong, Ma. Aku nggak pacaran. Orang nggak, kok!" Proda mengelak dengan wajah panik.

Proda yang selalu inginnya dinilai baik oleh kedua orangtuanya jelas takut jika sampai ayah dan mamanya marah karena kesalahpahaman Zeugma.

"Nanti, Kak. Mama nanya dulu ke adek kamu. Nanti kamu jelasin ke mama versi yang bener."

Umay menatap bergantian pada kakak dan maminya. Kepala yang bergerak ke samping dan ke depan serta ekspresi wajah anak itu terlihat lucu di mata Dave. Si tengil yang masih kecil tapi tak mau dianggap anak kecil itu memang anaknya, tak diragukan sama sekali.

"Umay... mami tanya sekali lagi. Tahu pacaran dari mana?"

Sekarang Umay mengubah ekspresinya, memberengut dengan gerak gerik akan mendebat maminya lagi.

"Olang waktu tu mami nonton tv."

"Apa?" sahut Karyna meminta penjelasan lebih. Sebab Umay sedang melayangkan tuduhan bersalah kepadanya.

"Kan mami waktu tu nonton tv, aku ikut, telus mami ganti tv, telus mami yelpon papi, telus aku ikut nonton tv, telus mami biyang ke aku 'mami macak, ya, Umay' tu tu."

Dave ingin menyemburkan tawanya, tapi memilih menahan dengan kuat. Putranya begitu lucu sekali. Sedangkan Karyna sudah siap akan menerkam Dave jika berani tertawa dan membuat Umay besar kepala karena merasa mendapat dukungan.

"Waktu itu, kan, mami nggak tahu ganti ke saluran yang mana. Kenapa nggak bilang sama mami kalo mama ganti ke tv yang ada acara sinetron itu?!"

Dave menepuk paha sang istri, memberikan pengertian agar tidak berlebihan menanggapi ucapan anak mereka.

"Udah, Boy. Kamu jangan ganggu kakak lagi. Semalem tidur di mana?"

Balita cerdas itu menjawab, "Cama kakak."

"Pantes kamu bilang kakak pacaran—"

"Sayang..." Dave kembali menenangkan istrinya.

Namun, Umay mengikuti ucapan sang papi kepada maminya. "Cayaangggg, jan malah, Mi."

Lalu tawa ketiga lelaki merebak di meja makan itu. Meski targetnya adalah Umay yang memeragakan tingkah lucunya untuk membuat Karyna berhenti mengoceh.

"Dasar..." kata Karyna tidak melanjutkan bagian akhirnya.

"Aku tahu mami mo biyang pa." Kata anak itu dengan telunjuk mengacung dekat dahinya disertai ekspresi jahil.

"Dave, anak kamu!" Karyna mengadu pada suaminya dengan manja yang dibuat-buat dan membuat ketiga lelaki itu kembali tertawa membahana.

*

Masalah 'pacaran' Proda yang dituduhkan Umay selesai. Proda hanya menghubungi teman perempuannya yang mau membantu mengerjakan tugas matematika. Seperti yang Karyna tahu, anak itu selalu kesulitan di pelajaran tersebut. Meski pelajaran yang lainnya juga Proda tidak pandai, nilainya termasuk kategori rendah, tapi matematika paling tidak bisa diharapkan.

Kini ada masalah lain yang harus mereka selesaikan. Bukan masalah sebenarnya. Hanya sekadar Karyna yang merasa ini adalah masalah karena berhubungan dengan Dirgahayu.

Suaminya sudah dia telepon dan sekarang Umay masih terlelap, masih jatahnya tidur siang. Namun, memang Karyna dan Dave harus membuat keputusan.

"Sayang, mau kapan ke sananya?" tanya Dave begitu memasuki kamar mereka.

"Kamu mau ke sana?" tanya Karyna yang terlihat tidak sepenuhnya mau untuk pergi.

Tentu saja. Siapa yang akan mau untuk pergi dengan alasan menjenguk buyut jahanam yang dalam masa koma? Meski sudah tak bisa apa-apa, tapi ada keluarga lain yang akan mereka temui dan masalahnya adalah keberadaan Proda. Pertemuan itu akan menjadi neraka jika Proda kembali mendengar bisikkan anggota keluarga mereka yang sinisnya bukan main.

"Aku nggak setuju untuk datang membawa Proda, Dave." Karyna mengeluarkan pendapatnya.

Mendesah, Dave juga sedikitnya kalut dengan keadaan ini. Sayangnya mereka harus tetap menunjukkan sikap baik meski sudah mundur dari keluarga Mahendra.

"Aku masih bagian dari keluarga itu, walaupun nggak secara fisik, tapi secara garis lahir aku tetap keluarga Mahendra."

Karyna mengangguki.

"Proda juga begitu, Ryn. Dia masih bagian dari mereka."

Oh, tidak. Sepertinya mereka harus menyiapkan mental untuk menyemangati Proda supaya tidak kembali menjadi pribadi pendiam setelah bertemu keluarga besar nan gila itu.

[°]

/Yang kangen si Dita edyan sama Dirgahayu iblis, coba tunjuk tangan./

He Wants Me Extra ( II ) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang