Chapter. 20

12.9K 2.3K 298
                                    

Ch. 20

°

Karyna tahu suaminya memang persis seperti anaknya—Zeugma Nemesis. Itu sebabnya dia merasa sangat lelah sekaligus terhibur karena ulah keduanya yang ada-ada saja variasinya. Tidak jauh-jauh dari kebiasaan untuk membeli jenis-jenis pakaian yang luar biasa... aneh. Jika Dave menyukai Karyna dalam pakaian dalam yang super aneh, maka anaknya akan menggunakan kain itu adalah untuk hal lain yang unik.

"Kamu suka, kan, Sayang?" tanya Dave bersemangat.

"Anak kamu dibeliin apa?" Tidak menjawab pertanyaan sang suami Karyna malah bertanya balik mengenai Umay dan pesanannya.

"Ada. Aku beliin dia yang lain."

Karyna melotot tajam. Dia menatap Dave dengan bengis. "Kamu tunjukkin anakmu beli pakaian dalam!? Beliin yang lain itu bentuknya yang aneh kayak apa? Kamu sebenarnya—"

Dihentikannya protes sang istri dengan mencium bibir wanita itu cepat. Dia hanya ingin Karyna berhenti memprotes dan mendengarkan apa yang Dave akan jelaskan.

"Bukan pakaian dalam. Aku pesenin baju kura-kura yang dia mau. Ya, walaupun bentuknya hampir mirip kayak pakaian dalem juga, tapi seenggaknya itu lebih aman ketimbang aku beliin yang sejenis buat kamu."

Karyna hanya bisa menghela napas lega. Dalam situasi tertentu Dave terkadang masih bisa berpikir waras. Walau Karyna masih sangsi seperti apa bentukannya kain yang dipesankan oleh Dave untuk Teddy, kura-kura kesayangan Umay.

"Kamu lagi sensi kayaknya. Sampe aku tanyain tapi nggak kamu jawab, Sayang."

Karyna hanya menggeleng dan menjawab, "Nggak tahu. Rasanya bete terus."

Dave mengangguk-anggukan kepala. Dia sentuh pinggang sang istri dan menempelkan wajahnya pada perut sang istri. Kepalanya menyusup ke pangkuan Karyna. Saat itu juga dia kecupi perut Karyna yang memang tidak begitu rata lagi. Sudah memasuki usia kehamilan yang ketiga membuat perempuan itu mulai goyah dengan berat dan bentuk tubuh lagi.

Dulu semasa hamil Umay Karyna tidak begitu terlihat kebingungan akan kedua hal tersebut, tapi di kehamilan yang sekarang ini akan menjadi masalah.

Jangankan berat badan dan bentuk tubuh, bahkan jika mereka bercinta dan Dave menggeram terlalu keras itu akan menjadi masalah bagi Karyna. Mood ibu hamil itu akan turun drastis dan tidak mau melanjutkan banyak posisi lagi, membuat Dave kacau sekali.

"Anak papi kenapa bete aja, sih? Mami kalian sampe cuek gitu ke papi, heum?" Dave sengaja mengajak bicara janin dalam perut istrinya.

Biasanya Karyna akan mengusapi kepala Dave yang ada di pangkuannya, tapi saat ini malah perempuan itu tak mau melakukan apa pun. Sepertinya hormon kehamilan kedua Karyna ini akan menjadi ujian yang mengharuskan Dave untuk bersabar dengan lebih. Istrinya tidak akan pernah setengah-setengah jika menguji kesabaran, ditambah dengan kondisi yang sedang hamil akan semakin memperparah segalanya.

"Sayang, usap-usap kepala aku, dong." Kata Dave meminta perhatian istrinya.

Sayang, balasannya sunggu mengejutkan. "Nggak, ah. Kamu bau."

Sontak saja Dave bangun dari tempat duduknya dan menciumi ketiaknya sendiri.

"Bau? Aku bau apa? Perasaan ketiak aku nggak basah atau bau, Sayang." Dengan nada penuh keheranan Dave membalas pada sang istri.

"Ya, pokoknya kamu bau. Udah sana, minggir! Aku males lihat muka kamu. Anak kamu super malessssss bangeeettttt lihat kamu."

Karyna menarik remote televisi dan menyalakan plasma tersebut. Acara yang perempuan itu cari saat ini adalah drama Korea yang sedang digandrungi banyak orang.

"Sayang—"

"Diem!"

"Tapi, Sayang—"

"Berisik, Dave! Jangan ganggu aku!"

"Sayang—"

"Akh... ganggu, deh!"

Begitu terus, Dave tidak mengenal lelah untuk menarik perhatian sang istri hanya untuk dirinya saja. Bukan aktor yang menurut Karyna tampan di drama tersebut.

*

"Proda!" seru sebuah panggilan.

Anak perempuan yang suka sekali membantu Proda itu berdiri di depan Proda yang duduk di kursi rodanya dan mendongak menatap si gadis.

"Kamu nunggu jemputan, ya?" tanya si gadis.

Proda menjawabnya dengan anggukan.

"Ah, kamu gitu, deh. Kalo aku tanyain langsung kamu nggak mau jawab. Giliran di chat kamu bisa bales pake emot segala. Ngomong sama aku yang banyak, dong, Proda. Aku pengen ngobrol sama kamu."

Proda menunduk, dia tidak percaya diri dengan apa yang sudah si gadis mau.

"Teora... aku..."

Wajah gadis bernama Teora itu menunjukkan harapan. Semburat merah di pipi Teora malah membuat Proda kebingungan.

"Pipi kamu merah. Kayak tomat. Kenapa?" tanya Proda.

Pertanyaan itu membuat Teora malu. Langsung saja gadis itu menangkup kedua pipinya segera.

"Masa merah?" tanya Teora kembali.

"Hu'um. Beneran." Wajah Proda yang begitu lempeng saja mengatakannya membuat Teora melepaskan tangannya dari tangan.

"Kamu nggak tahu artinya kalo pipi orang merah?"

Proda mengernyit. "Kenapa? Kamu habis dipukul?"

"Ugh, Proda! Masa gitu aja nggak ngerti, sih!"

Proda menggeleng polos.

"Kamu—ah, udahlah!"

Proda pikir dengan Teora membalikkan tubuhnya dan membelakanginya Teora akan pergi meninggalkannya. Ternyata tiba-tiba saja gadis itu menunduk dan menciumnya. Bukan di pipi, tapi di bibir Proda.

He Wants Me Extra ( II ) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang