Chapter. 13

13.2K 2.4K 240
                                    

Ch. 13

°

Dave masuk ke dalam rumah dengan pemandangan yangebih mengenaskan dari bayangannya semula. Dia pikir Proda akan tetap berada di sana dan mereka bisa tetap bicara bersama meski canggung mengundang. Nyatanya, dia malah mendapati anak pertamanya sudah absen serta mendapati sang istri yang menatapnya dengan getar di mata yang bicara.

Menyadari komunikasi keduanya yang terjadi, Hayana mengajak cucunya untuk berpindah tempat dengan cara sehalus mungkin.

"Umay sama oma, yuk! Temenin oma bikin gambar."

Ya, karena belakangan kesibukan Hayana adalah membuat desain berlian dengan harga tinggi maka menggambar desain adalah keahlian yang dia miliki sekarang. Membuat Umay takjub bukan hal sulit, karena anak itu memang suka melihat sang oma mendesain.

"Ayo, Oma! Aku mo ikutan gambal, ya. Kacih aku buku gambalnya juga."

Hayana mengiyakan dengan senyuman dan memberikan lirikan penyemangat bagi Dave untuk bicara dengan Karyna. Sebab ini situasi yang genting, Hayana tahu Dave dan Karyna tidak bisa berhenti mendiskusikan sesuatu.

"Sayang," panggil Dave.

Rupanya panggilan tersebut langsung membuat Karyna mampu menumpahkan tangisnya. Menutupi wajah, Karyna tidak sanggup menyembunyikan apa yang dia resahkan saat ini.

"Dave... Proda, Dave. Dia—dia marah. Dia nggak kasih aku kesempatan buat anterin dia ke kamar. Dia kecewa sama aku."

Kalimat yang lebih banyak mengandung nada panik dan bingung itu membuat Dave langsung meraih tubuh Karyna dalam pelukan. Menenangkan Karyna yang sepertinya sangat lemah untuk urusan anak-anak saat ini. Jika dulu perempuan itu akan sangat keras dan bisa menyembunyikan segala keresahannya, maka saat ini dia kalah jika mengenai anaknya.

Cara mendidiknya yang tegas tidak berubah sama sekali. Hanya saja, sensitifnya hati seorang ibu membuat Karyna lebih panik jika melihat tatapan kecewa anak-anak mereka.

"Nggak, Sayang. Proda hanya mau sendiri. Dia nggak marah sama kamu. Ini bukan salah kamu sebagai ibunya, ini salah si tua bangka itu! Udah tua masih aja cari masalah!" geram Dave.

Karyna mengangguki. "Aku nyesel udah bilang supaya kamu terima dia di rumah ini. Ternyata hatinya masih sejahat itu. Tapi salahku juga, Dave." Karyna kembali menangis karena ingat bahwa dia-lah yang meminta Dave memberi kesempatan pada Duta. "Coba aja aku nggak ngotot bilang ke kamu untuk—"

"Udahlah, jangan bicara begitu terus. Sekarang waktunya kita cari kesempatan buat bicara sama Proda soal ucapan papaku tadi. Dia mungkin belum sepenuhnya paham."

"Kalo dia nggak paham, dia nggak mungkin marah, Dave!" bentak Karyna sembari melepaskan pelukan mereka.

"Ya, apa pun itu. Aku yakin Proda akan mengerti dengan kita kasih tahu dan kita jelaskan, apa pun hubungan darahnya, dia tetap anak kita. Hubungan darah nggak penting, yang penting adalah kita yang menyayangi Proda sebagai anak kandung."

*

Suatu hubungan memang terkadang menjadi begitu rekat dan terkadang menjadi begitu jauh. Akan ada masanya naik dan turun. Semua pasti dirasakan. Pengalaman demi pengalaman itulah yang membuat setiap manusia menjadi begitu cepat belajar serta menjadi lebih dewasa.

Yang dialami oleh Dave dan Karyna juga bentuk dari pembelajaran. Menghadapi naik turunnya seorang Proda dalam bentuk hubungan yang disebut keluarga adalah tantangan tersendiri. Mereka memiliki situasi yang sebenarnya sederhana, karena masih berhubungan darah, tapi juga rumit karena hidup dengan metode keluarga Mahendra yang pelik.

"Kak, ayah sama mama mau ngomong." Dave berucap.

Begitu Dion melihat kakak serta kakak iparnya memasuki kamar Proda, dia langsung beranjak tanpa perlu banyak bicara lagi.

Proda diam di atas ranjangnya. Tangannya mengganti-ganti saluran televisi tanpa benar-benar menontonnya.

"Kak—"

"Aku bukan anak ayah, ya?" tanya Proda yang sukses membuat Karyna terkesiap dengan pertanyaan tersebut.

Proda menyebutkan bahwa dirinya bukan anak Dave, tapi Karyna yang merasa jantungnya diremas kuat. Mungkin karena dari awal Proda sudah tahu mengenai Karyna yang bukan ibu kandungnya, makanya lebih terasa mengecewakan ketika sudah sejauh ini dan anak itu baru tahu fakta mengenai DNA-nya sendiri.

"Kata siapa kakak bukan anak ayah?"

Karyna agaknya takjub dengan Dave. Semakin hari pria itu semakin matang menghadapi segala sesuatu. Menjelaskan kepada anak-anak mereka saja sudah semakin membaik.

"Papanya ayah tadi bilang aku sama adek sepupuan. Kata guru aku kalo sepupu itu berarti beda orangtua."

Dalam hal ini Karyna merutuki pembelajaran sekolah menengah pertama yang mengajarkan mengenai sistematika reproduksi dan jajaran keluarga.

"Terus? Itu, kan kata kakek kamu. Menurut ayah kamu anak kandung ayah. Kamu nggak percaya? Akte lahir kamu itu atas nama ayah dan mama, Kak. Kamu masih mau bilang kamu bukan anak ayah?" Kata Dave. "Atau jangan-jangan kakak nggak anggep ayah sama mama sebagai orangtua kakak, ya? Kok, ayah jadi sakit hati begini kalo kakak nggak percaya begini."

Proda menoleh kepada Dave yang sudah duduk di ranjang anak itu. Pun kepada Karyna yang tidak menutupi tangisannya, meski menahan suaranya.

"Mama jangan nangis." Kata Proda melebarkan tangannya meminta dipeluk, dan Karyna tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. "Kakak minta maaf. Kakak cuma sedih gara-gara papanya ayah bilang gitu. Kakak sayang sama ayah sama mama."

Dave ikut memeluk keduanya. Tubuh lebih besarnya membuat Proda dan Karyna bisa terlingkupi dalam rengkuhan tangannya.

"Mama sama ayah juga sayang sama kakak. Jangan peduliin omongan orang lain, ya, Kak. Mama sedih banget kalo kakak diemin mama." Kata Karyna.

"Iya, Ma."

Tak begitu lama, Umay mendorong pintu dengan asal hingga menimbulkan suara keras karena pintu yang membentur dinding. Wajah masam anak itu terlihat oleh ketiganya.

"Aku ditinggalinnnnnn, culaaanngggg!!!"

He Wants Me Extra ( II ) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang