Chapter. 6

17.6K 2.3K 158
                                    

Ch. 6

°

Pernyataan cinta saja memang tidak akan sepakat jika tidak menenggelamkan diri satu sama lain. Karyna menghitung berapa banyak dari sikap Dave yang menunjukkan cintanya, dan perempuan itu tidak dapat menghitung. Sebab begitu banyak sikap Dave yang menunjukkan rasa cintanya tanpa perlu bicara cinta. Malam ini mereka bisa sedikit tenang karena Umay memang akan larut dalam tidurnya bersama Proda.

Kelelahan yang menyapa keduanya membuat mereka memutuskan untuk berbaring saling memeluk. Lebih tepatnya Karyna yang berada dalam pelukan suaminya.

"Aku pengen lagi, Sayang." Kata Dave.

"Katanya capek, kok malah pengen lagi?" Karyna bertanya.

"Bukan itunya, tapi anak."

Karyna langsung bangkit. Dia terkejut, sangat.

"Hah????"

Tak memedulikan dadanya yang terlihat karena selimut yang turun dari tubuh istri Dave itu, Karyna begitu fokus dengan pembahasan ini.

"Apa maksudnya anak? Kamu mau aku hamil lagi?"

Dave tidak sungkan untuk menganggukan kepalanya. Itu yang ada dalam kepalanya, keinginannya untuk memiliki anak lagi bersama Karyna.

"Dave—"

"Aku tahu kamu akan bilang Zeugma belum begitu besar, tapi inget umur kita, Ryn. Kamu mungkin lebih muda dariku, tapi aku yang nggak mau kehilangan kesempatan kehilangan performa untuk mencetak anak."

Sebenarnya bagi Karyna juga tak jauh berbeda. Usianya yang sudah kepala tiga menyusul suaminya tetap saja membuat was-was.

"Apa nggak sebaiknya Kita cetak anak yang berkualitas, walaupun sedikit, Dave?" Karyna bertanya dengan lebih tenang.

"Kenapa harus sedikit kalo kita bisa cetak banyak anak berkualitas?" Balas Dave dengan mudahnya. "Kita bukan keluarga kaya seperti diluaran sana. Mereka memiliki anak yang tidak banyak karena hanya menggunakan mereka sebagai alat saja bahwa pernikahan mereka baik-baik aja. Aku paham betul bagaimana watak orang kaya yang pura-pura bahagia itu. Sama seperti keluargaku dulu. Kalo kita, kan,  beda. Kita nggak menjadikan anak hanya pembuktian aja, tapi kita memang mau memberi mereka kasih sayang."

"Mulutmu itu seperti Umay. Ada aja balesannya," ucap Karyna dengan gerakan mengikat rambutnya yang basah karena keringat.

"Kamu juga. Bantah aja kerjanya ke suami. Nurutlah, Ryn. Aku juga mau lihat kamu nurut, seenggaknya cobalah nurut di ranjang biar aku bisa dominan—awww!"

Karyna sudah lebih cepat menepuk milik suaminya hingga si empu mengaduh dan menutupi telurnya yang matang.

"Aku bukan perempuan submissive, ya! Nggak ada ceritanya aku mau kamu dominasi, aku juga punya hak mendominasi!" protes Karyna dengan kalimat tegas.

"Ya—ugh, nggak dengan mukul telorku juga!"

Karyna meringis. "Sakit banget, ya? Padahal aku kira nggak keras-keras banget, lho."

Menyesal karena tidak memperkirakan bahwa tenaganya berlebih, Karyna menyentuh milik suaminya yang semula dipegangi oleh pria itu.

"Sakit beneran?" tanya Karyna kembali.

"He'em."

"Aku tiupin, ya."

Inisiatif Karyna tidak sempat Dave tolak. Istrinya sudah menunduk semakin turun dan benar-benar meniup milik Dave yang tentu saja mengerang merasakan nikmat.

"Heum... kok bangun, sih? Aku, kan cuma mau tiupin biar sakitnya reda."

Dave kecewa karena istrinya malah menaikkan kembali kepalanya, tidak melanjutkan kegiatan meniup yang lebih sensual dari sekadar meniup guna menghilangkan rasa sakit.

"Kamu yang sengaja godain, tanggung jawab. Cara kamu niup itu efektif bikin ngilunya reda, juga efektif bikin naik."

Karyna menjilat ujung si adik suaminya. "Gitu? Aku kira hilang ngilunya berhenti efeknya. Ternyata malah kenceng bikin naik, ya."

Dave semakin menggeram tak tahan. Dia menjambak rambut Karyna hingga mata mereka bertemu.

"Aku bersumpah akan bikin kamu hamil anakku malam ini juga kalo kamu sengaja mainin aku, Sayang."

Karyna menyeringai. "Sumpah yang unik. Aku agak panik, tapi aku mau tahu cara kamu membuktikan sumpahmu."

"Jadi, kamu mau hamil?"

"Benih siapa? Kalo benih orang lain—"

Karyna terbungkam dengan tindakan cepat Dave. Pria itu membanting Karyna hingga berada di bawahnya.

"Nggak akan pernah ada benih yang lain. Nggak ada pria lain yang bisa menyentuh kamu, paham?"

"Eung," jawab Karyna lengkap dengan gaya berdesahnya.

Dave mengamati dengan matanya yang memuja Karyna. "Lakukan lagi," katanya meminta.

"Apa? Lakukan apa?" goda Karyna seraya mengalungkan lengannya pada leher suaminya.

Mengusap bibir perempuan itu, Dave mengecupnya dengan gaya super miliknya. Ada kecap meski hanya sekali serap.

"Ini, lakukan suara dari sini karena aku menyukainya."

"Eung," kembali Karyna melakukannya.

Dengan suara itu, Dave semakin bersemangat untuk menyebarkan benihnya kembali pada Karyna. Dia ciumi wajah dan leher sang istri seraya memasukkan dirinya secara perlahan-lahan. Menyiksa Karyna yang sudah memejamkan mata, melebarkan bibirnya dan mendongakkan lehernya.

Gerakan menyiksa itu berubah semakin cepat. Tubuh merekat sampai keduanya bergerak seolah memiliki tentakel hingga melekat satu sama lain hingga berkeringat.

Sebentar lagi, hingga keduanya akan mencapai awang-awang untuk kedua kalinya. Dave menggenjat dan Karyna memijat.

"Ugh!"

"Ah!"

Keduanya mendapatkan pelepasan yang dinantikan.

"Papiiiiiiiiii!"

Belum mengatur napas, mereka segera melepaskan diri karena harus buru-buru merapikan kekacauan di kamar sebelum Umay mengacaukan mereka dengan mulut berbisa anak itu.

Kenapa bangun, sih, May? Bikin panik aja!

He Wants Me Extra ( II ) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang