Chapter. 17

13.5K 2K 240
                                    

Ch. 17

°

"Nggak mau!"

Itu adalah kalimat pertama yang Umay layangkan ketika Dave dan Karyna memberikan penjelasan bahwa dia akan menjadi seorang kakak.

"Bang Umay, itu keren, lho." Kata Karyna berusaha meyakinkan putranya.

Umay menggelengkan kepala.

"Abang Boy, gimana?" tanya Dave memastikan bahwa 'boy' menjadi panggilan kesayangan untuk anak itu.

"Nggak!"

Proda yang melihat hal itu hanya bisa diam dan tidak ikut campur. Dia memilih menonton televisi saja dan mendengarkan sefokusnya saja mengenai perdebatan kedua orangtuanya dan sang adik.

"Kan udah gede, May. Masa nanti kamu dipanggil adek sama adek kamu? Mami nggak suka, ya, kalo kamu nggak bisa dibilangin begini!" Karyna menegaskan.

"Nggak mau!" Masih dengan jawaban yang sama.

Dave menarik napasnya lebih dalam. "Jadi maunya dipanggil apa?" tanya pria itu.

Umay diam. Dia melirik sang kakak di sampingnya—hasil usaha Dave mendudukkan tubuh Proda ke sofa—yang asik memakan buah melon dengan pandangan ke layar televisi.

"Kak Oda panggil aku apa?" tanya anak itu pada Proda.

"Hah?" sahut Proda tidak mendengar dengan baik pertanyaan sang adik.

"Kak Oda panggil aku apa?"

Dave dan Karyna mengamati interaksi itu dengan saksama. Mereka tak mau mengganggu, hingga Proda melirik kedua orangtuanya-pun pasangan itu kompak mengangguk menyerahkan jawaban pada Proda sepenuhnya.

"Heum... Umay?"

"Umay apa?" tuntut si kecil lagi.

"Umay aja. Sama kayak mama, kakak panggil kamu pake nama aja."

"Nama aku Zoo Nesis, kak Oda! Kak Oda mo panggil aku Zoo Nesis gitu?"

Karyna sampai pusing dibuatnya. Kelucuan yang disebabkan oleh pelafalan nama yang salah itu membuat Karyna harus menutupi keinginannya untuk menertawakan anaknya. Lalu Karyna mengalihkannya dengan memukul lengan suaminya dan berkata, "Gara-gara kamu kasih nama susah banget, sih!"

Meski tak berniat mengomel, anak-anak mereka melihat hal tersebut sebagai ajang sang ibu mengomeli ayah mereka.

"Mama jangan mayahin papi. Nama aku good tauk."

Memutar bola matanya, Karyna membalas. "Terserah, deh. Udah sepakat, ya. Kamu dipanggil Umay sama kakak. Nggak ada panggilan adek lagi. Kamu udah gede."

"Olang aku tanya ke Kak Oda panggil aku nama, cih. Kak Oda belum biyang panggil aku Umay."

Rumitnya, Nak jalan pikirmu. Keluhan Dave itu hanya sebatas di pikirannya saja. Dia tak mau menambah panjang ocehannya sang anak.

"Kakak panggil kamu Umay. Bukan nama panjang kamu, tapi nama panggilan mama buat kamu."

"Okeh." Sahut Umay tanpa balasan apa pun.

Karyna terbengong. Apa-apaan tadi? Putra keduanya sama sekali tidak mempermasalahkan ucapan Proda. Justru dengan cepat dan ringkas Umay menjawab 'okeh' pertanda setuju.

Jika saja Karyna boleh memerangi putranya dengan kata makian, dia akan melakukannya. Mengesalkan sekali!

"Gitu aja perlu repot dulu. Dari tadi aja setuju sama ucapan mami." Kata Karyna.

"Aku mo nya nulut cama kakak."

"Terserah, deh!" Kembali Karyna serukan kata tersebut. Sudah terlanjur kesal dengan tingkah laku Umay.

*

"Mami! Mami! Mami!"

Jika tidak mengingat bahwa hari ini adalah hari tepat bertambahnya usia Umay, Karyna akan mengomeli anaknya itu habis-habisan.

"Jangan lari begitu, May!"

Proda yang sudah duduk tenang di kursi untuk membantu melihat dekorasi acara ulang tahun adiknya hanya tertawa. Mamanya selalu mengomel jika Umay berteriak dan berlarian. 

"Mami aku mo hadiah!"

Karyna tidak begitu menghiraukan. Dia tahu Umay memiliki keinginannya sendiri hingga hadiah yang diinginkan oleh anak itu pastilah mengenai hal unik lagi.

"Apa? Hadiah apa?"

Berlari kembali ke dalam kamarnya yang berada di lantai bawah, Umay segera mengambil sesuatu untuk ditunjukkannya pada sang mami. Karyna menunggu sembari menyuruh ini itu kepada tukang yang bertugas membereskan semua dekorasi ulang tahun putranya.

"Mi! Ini yihat!" seru Umay.

Begitu Karyna mendapati model pakaian dalam yang semalam suaminya tunjukkan, Karyna langsung membekap mulut Umay dan membawa tablet milik Dave masuk ke kamar anak itu. Jangan sampai ada orang lain yang melihatnya.

"Umay dapet dari mana tablet papi???" tanya Karyna langsung.

"Luang kelja papi, Mi. Aku yihat gambalnya pas buka yabet papi. Lucuk, Mi. Aku mau buat Teddy kula-kula. Aku mo iket badannya pake ini, Mi. Bial cantik kayak mami." Senyuman anak itu menyejukkan Karyna, tapi sayang tidak melegakan sama sekali.

"Kamu samain mami sama kura-kura??? Cantiknya mami kayak Teddy kura-kura kamu??? Astagaaa!"

Umay mengangguk. "Teddy, kan kecayangannya aku, Mi. Teddy cantik kayak mami. Mami ceneng, nggak?"

"Umaaayyyy... Mami seneng kamu bilang cantik. Tapi mami bukan kura-kura, Nak."

"Yapi mami kecayangan aku cama kek Teddy, Mi. Mami kok nggak mo, cih? Mami nggak cayang Teddy aku!"

Membelakangi Karyna, anak itu merajuk.

"Mami beliin kain yang lain. Jangan suka iseng ikutin apa yang papi beli. Itu buat orang gede, Umay."

"Olang kecil! Tuh, yihat gambalnya kecil, Mi! Jadi buat yang kecil!"

Menekan kepalanya. Karyna akhirnya mengalah sekaligus ingin anaknya membuat Dave kejang-kejang nantinya. "Yaudah, bilang sama papi kamu. Minta beliin itu buat Teddy kamu."

"Yeeeeeyyy!"

"Yeeeeeyyy!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
He Wants Me Extra ( II ) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang