Chapter. 15

13.4K 2.4K 129
                                    

Ch. 15

°

"Dia kayaknya ngambek benget, Ryn." Kata Hayana menatap kepergian putranya.

Menghela napasnya, Karyna mengangguk. "Efek yang hamil aku yang baper banget dia.

Karyna begitu paham bahwa suaminya adalah makhluk paling rumit yang tidak jauh berbeda dari diri perempuan itu sendiri juga. Perlu digaris bawahi, mereka sama saja. Rumitnya akan sama saja, pikiran mereka seolah terbelah menjadi dua dan takarannya sama. Dengan begitu, bisa dikatakan keduanya cocok untuk saling berdebat dan bercocok tanam. Tentunya tidak melupakan kadar perdebatan dan argumennya.

Hayana tertawa ringan. "Kalian ini mirip, tapi dalam versi takaran masing-masing. Pantesan bisa betah berdua. Padahal mama pikir kalian akan menghindari garis takdir dengan bertahan jadi atasan dan bawahan aja."

Kembali Karyna menggelengkan kepalanya. Dia juga tidak menyangka bahwa menjadi pasangan yang berawal dari kesepakatan saja bisa langgeng hingga membuatnya mengenal Dave dengan baik. Saling melengkapi dengan kadar pengertian yang akan mereka lakukan disaat dibutuhkan. Itulah kenapa kedewasaan sangat berpengaruh sekali dengan hubungan mereka.

"Aku juga heran. Mungkin chemistry kita berdua udah dibangun sejak itu, Ma. Makanya malah jadi makin cocok pas nikah."

Hayana menepuk kepalanya. Merasa bahwa ada benarnya alasan tersebut. "Mama baru paham kenapa kalian dulu sering banget adu mulut waktu masih kerja bareng. Ternyata diem-diem membangun kedekatan."

"Mama, nih, bahasanya." Lalu tawa mereka meledak berdua.

Mereka tak begitu memikirkan merajuknya Dave mengenai kesalahpahaman tadi.

"Eh, tapi kamu nggak mau gugurin kandungan kamu, kan?" tanya Hayana kembali pada fokus mereka.

"Nggak. Aku, tuh cuma mau nanya pendapat mama enaknya gimana kalo aku mulai membiasakan Umay supaya nggak manja lagi. Soalnya, dia udah dapet banyak kasih sayang berlebih dari aku, Dave, dan Proda."

"Hm... menurut mama nggak ada cara lain buat bikin Umay nggak manja dengan cara paksa. Kamu dan Dave sudah seharusnya mengajarkan dia menyayangi adiknya sejak dini. Apalagi dia nggak dikasih pembahasan luas soal adiknya."

"Iya, tapi masalahnya dia udah kebiasaan jadi adik di rumah. Proda aja manggilnya adek—"

"Ahahaha. Mami kak Oda lucukkk!" Anak itu tertawa dengan keras dari halaman belakang.

Sepertinya agenda mereka begitu sempurna dilakukan di halaman belakang karena Umay dan Proda terlihat begitu senang dan berlarian ke dalam rumah.

"Umay kebiasaan kakinya kotor! Mami, kan udah bilang—"

"Oh, iya yupaaaaa mami." Dan anak itu berlari ke kamar mandi dekat dapur dengan tawa dan jejak kaki yang dia tinggalkan dari halaman.

Karyna semakin gemas dan kepalanya pusing menghadapi kelakuan anaknya yang satu itu.

"Ma, aku pengen minum." Proda mendekati Karyna dan membuat Hayana terkekeh.

"Kamu pake apa itu di muka, Da? Kok cemong gitu?" tanya Hayana.

"Gara-gara adek, Oma. Aku nggak boleh hapus katanya biar aku kayak Pak Raden yang lagi berkebun."

Mau tak mau kedua wanita dewasa itu tertawa cukup keras. "Nurut banget kamu sama Umay, Kak. Harusnya kamu bilangin, Umay nggak boleh begitu."

"Nggak apa-apa, Ma. Aku seneng lihat adek ketawa terus. Dia lucu kalo ketawa." Proda meraih segelas air yang Karyna berikan.

"Ngapain aja di halaman belakang sampe lama? Umay ngapain kamu aja?"

Proda menaikkan bahunya dan memberikan gelas yang airnya sudah bersih.

"Dia cari cacing terus dikumpulin di botol, Ma."

Kebiasaan Umay yang suka sekali mengorek-ngorek isi tanah entah datangnya dari mana. Karyna belum sempat menanyakan yang satu itu pada suaminya.

"Botol apa, Kak?"

"Itu, botol yang dulu mama buat pajang bunga di meja belakang."

Karyna membelalak, ingin memarahi Umay, tapi saat ini belum waktunya dia memberikan ocehan pada anaknya. Melainkan memberikan kabar serta menjelaskan pada Umay mengenai posisi yang akan berubah sesuai dengan kehadiran anggota baru yang akan mengejutkan kedua anak mereka.

"Yaudahlah, mama mau ngasih tahu sesuatu. Tapi nunggu Umay selesai cuci kakinya."

Proda menuruti tanpa banyak berkata. Dia menunggu saja yang Karyna akan beritahukan.

Begitu Umay kembali dari kamar mandi, anak itu kembali tertawa kencang melihat wajah kakaknya yang masih cemong akibat ulah Umay.

"Kak Oda lucukkk."

"Udah, May. Mami mau bilang sesuatu ke kalian."

"Pa, Mi?" balas Umay dengan nada menggemaskan. Jika dalam kondisi benar anak itu terlihat sangat menggemaskan—dalam arti sebenarnya—sedangkan jika dalam sesi berdebat maka menggemaskannya dalam arti yang ingin Karyna gigit lidahnya hingga Umay enggan mendebat terus.

"Kak Proda sama Umay bakalan punya adek sebentar lagi. Jadi, mulai sekarang kalian harus mandiri, nggak boleh manja terus. Harus sayangin adek di dalem perut mama—mami."

Proda mengekspresikan kebahagiaannya dengan meminta Karyna memeluknya dan membenamkan wajah di perut mamanya, sedangkan Umay memasang wajah super bingung.

"Umay? Nggak peluk mami?" tanya Karyna.

"Kan aku dedeknya, Mi. Kok ada adek yagi? Adek ciapa?"

He Wants Me Extra ( II ) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang