Chapter. 4

21.1K 2.6K 260
                                    

Ch. 4

°

Umay kesal.

Itu bencana.

Keturunan dari dua darah berlatar belakang kesinisan akan sangat parah ketika menjadi satu. Umay yang memiliki nama Zeugma Nemesis jelas memiliki sisi arogan dalam berkata-kata. Contohnya sekarang, ketika anak itu marah sekali karena dibangunkan hanya untuk menjenguk kakek buyutnya yang tidak bisa apa-apa lagi. Semua alat yang terpasang di tubuh Dirgahayu menjadi penanda bahwa hidup pria tua itu hanya disokong alat saja. Jika dilepas sudah pasti nasibnya usai.

"Pi aku nggak mau dicini! Yapain yiat olang mati!!!" teriak anak itu ketika mereka berada di tengah keluarga tersebut.

Semua mata otomatis memandang pada Umay dan mulut ketusnya.

Dalam gendongan sang papi, Umay terus merengek bersamaan dengan kata-kata pedasnya yang tidak terduga.

Proda sendiri memilih kembali berpura-pura untuk tidak pandai bicara di depan keluarga besar Dave. Serta Karyna menjaga Proda di kursinya.

"Sabar, Boy. Nanti kita keluar." Dave berusaha untuk menyabarkan putranya.

"Nggak! Ni napa cih yiat-yiatin olang matik!? Aku mo kelual cekalang, Papi!" Dengan tak sabaran anak yang biasanya menggemaskan itu menjadi sangat menyebalkan.

Meski dalam hati Karyna dan Dave kini merasa bangga, putranya mewakili pikiran kedua orangtuanya. Bahwa Dirgahayu sudah mati, untuk apa dipertahankan dengan alat medis yang hanya menyakiti tubuh pria tua itu? Apa bergunanya memelihara kakek yang jahanam itu? Nyatanya, Dirgahayu memang sudah tiada.

"Masih kecil saja bahasanya tidak terdidik, apalagi sudah besar nanti. Mau jadi apa anak kamu itu besar nanti!"

Nada mencemooh dari salah satu tante Umay begitu asyik sekali dikeluarkan. Tidak tahu saja bahwa Umay bisa menghentikan segala hal hanya dengan ucapannya.

"Maaf, Kalini. Kamu sepertinya peduli sekali dengan ucapan anak-anak, ya. Bagaimanapun Umay hanya anak balita yang masih belum mengerti kata 'mati' itu sendiri." Karyna membela anaknya.

"Oh, begitu? Kalo begitu sepertinya kamu salah mendidik anakmu. Benar kalo dia tidak terdidik dengan baik."

"Tante napa belicik ke mami aku?" Kata Umay dengan wajah tak menyenangkan.

"Saya nggak berisik, mami kamu aja yang—"

"Belicik! Dasal tante mulut dowel!"

Tentu saja umpatan itu datang dari mulut Kalini. Sedangkan saudara yang lain tidak begitu memedulikan perdebatan tersebut. Yang mereka pedulikan adalah bagaimana caranya mengambil bagian dari kehadiran mereka saat Dirgahayu dalam kondisi seperti ini.

Ya, bermuka dua. Mereka datang hanya untuk mendapatkan bagian saham yang besar karena mereka hadir seolah peduli pada Dirga. Sedangkan keluarga kecil Dave datang untuk menghormati saja jika pria tua itu sudah mendekati takdirnya sendiri.

"Bawa anakmu ke depan, Dave." Kata paman Dave.

"Jangan belicik cemuanya!" teriak Umay tak suka mendengar suara siapa pun selain keluarganya.

Lalu anak itu kembali merengek meminta pergi dari ruangan tersebut. Tak lupa mengajak kakaknya dan maminya. Memang lain anak itu. Bisa saja memboyong keluarganya untuk pergi dari segala macam situasi yang tidak disukai.

"Kami pergi dulu, maaf Zeugma nggak mau lama-lama di sini."

Ya, setidaknya ada si kecil sebagai alasan dari malasnya Dave dan Karyna yang memang enggan berlama-lama di sana. Semakin lama juga akan menimbulkan perdebatan karena istri Dave tipikal yang tak mau kalah mendebat.

Di luar, ketika mereka berempat sudah sampai di parkiran mobil, Umay menangis. Keras dan kentara sekali jika menuangkan rasa kesal karena tidurnya yang tidak berkualitas sama sekali. Pun sepertinya anak itu diam atas sesuatu sejak di ruangan tadi.

Dave mengecup berulang kali pelipis kiri putranya. Dia usap punggung itu dengan sayang. Sopir sudah menunggu, dan Proda sudah siap di kursinya sendiri.

Mobil mewah yang sedang digandrungi banyak vlogger terkenal itupun mulai berjalan. Namun, tangis Umay tak berhenti.

"Cama—cama kak Odaaa." Kata anak itu dengan isak dan napas yang masih terputus-putus.

Mereka tahu jika sudah manja kepada Proda begini, Umay tidak akan mendengarkan kedua orangtuanya. Dilaran untuk dipangku Proda, anak itu akan semakin histeris. Seperti pada nyatanya, Zeugma Nemesis adalah bosnya di rumah.

Dengan susah payah Karyna membantu Umay untuk dipangku oleh kakaknya. Anak itu akhirnya bisa sedikit tenang dengan menempelkan pipinya pada dada Proda.

Pemandangan yang selalu sukses mengiris hati Karyna, sebab nyatanya Proda bukan kakak kandung Umay, tetapi bisa sebegitu kuat ikatan mereka sebagai saudara.

"Kak Oda nggak yakut?" tanya Umay dengan wajah sembab dan memerah akibat tangis.

Mendongak untuk menatap kakaknya yang tersayang, Umay mengajukan pertanyaan yang spontan saja membuat kedua orangtuanya yang duduk di bagian depan mengernyit diam mendengarkan.

"Takut apa?" balas Proda.

"Yakut ma olang matik. Aku yakut ma olang matik tadi. Maca olang matik nggak dikubulin kayak sequiwod jadi hantu. Hiiiii!"

Proda sedang mencerna ucapan adiknya, sedangkan Karyna memendam tawanya. Putranya begitu lucu ketika mengucapkan hal itu.

"Sequiwod apa, Ma?" tanya Proda meminta penjelasan pada Karyna.

"Squidward, Kak. Si cumi-cumi yang di SpongeBob."

Barulah Proda paham.

"Kakak juga takut, May. Tapi kakak takutnya kalo kakek bangun."

"Kakek capa?" sahut Umay.

"Kakek tadi, yang kata kamu orang mati."

Umay menggeleng keras. "Ihhhh, tu ukan kakek! Itu olang mati, kak Odaaa. Kakek tu yang lumahnya deket gunung tu."

Ya, pada dasarnya Umay tidak sedekat itu dengan Dirgahayu. Sosok kakek yang Umay tahu adalah ayah Karyna. Meski sempat menjadi bajingan dan kini terkena stroke, ayah Karyna adalah sosok kakek kebanggaan Umay.

"Tapi itu juga kakek, Umay." Proda mencoba menjelaskan.

"Ukan!" Keras kepala Umay datang.

"Tapi—"

"Udah, Kak. Adek kamu lagi resek, percuma kamu jelasin. Mendingan usapin aja punggungnya biar dia tidur lagi. Nggak akan berhenti resek kalo tidurnya nggak kenyang. Marah terus kayak nenek-nenek darah tinggi dia." Kata Karyna yang dipatuhi Proda.

Dan mereka pulang dalam keadaan saling berpikir. Lebih tepatnya Karyna yang memikirkan sang suami. Apakah Dave tidak merasa kecewa karena putranya tidak menganggap Dirga sebagai kakek buyutnya?

He Wants Me Extra ( II ) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang