Chapter. 9

14.6K 2.5K 156
                                    

Ch. 9

°

Gelegar suara Dave membuat semua orang terdiam. Pria itu marah, sudah pasti. Karyna tahu dia harus memaksa suaminya itu untuk pergi dari sana sebelum memaki di depan anak-anaknya dan menyesal setelahnya. Umay menegang karena jarang sekali sang papi membentak, sedangkan Proda sudah menangis. Ini kedua kalinya Proda melihat ayahnya marah, apalagi dengan ulah anak itu juga. Yang pertama sudah lama terjadi, saat Dave kecewa karena Proda menyembunyikan kemampuan bicaranya. Sekarang, pria itu marah bukan hanya dengan diam, tapi dengan bentakan serta tatapan marah yang pekat.

"Ayah..." lirih anak itu.

Mau tak mau ada drama yang terjadi karena Umay ikut menangis melihat kakaknya yang histeris.

"Udah dibilang—" Dave berkata dengan nada tinggi dan langsung disela oleh Karyna.

"Nggak gitu caranya," kata Karyna menahan dada sang suami.

"Nggak gimana!? Keterlaluan, dia udah dibilangin—"

"Masuk dulu, Dave. Ayo, masuk." Karyna dengan sabar dan tenang mendorong tubuh suaminya untuk masuk ke rumah. Menjauhkan dari anak-anak mereka yang sudah menangis bersama ditemani Dion dan Hayana.

Sesampainya di dalam kamar mereka sendiri, Karyna meminta Dave untuk duduk di sofa dekat ranjang.

"Aku nggak suka kamu alihkan begini! Aku perlu nunjukkin rasa marahku sama anak-anak yang nggak nurut!" Dave bersikeras bahwa dirinya benar.

"Nggak gitu caranya. Kamu perlu tenangin diri kamu dulu. Marah-marah begitu cuma bikin kamu menyesal nantinya."

"Kamu, tuh selalu belain anak-anak! Mereka memang perlu diajarin supaya nurutin apa yang dilarang, bukannya malah seenaknya sendiri!" Keras nada bicara itu Dave luapkan.

Karyna tak masalah sama sekali mendapatkan teriakan dari suaminya. Selama tidak di depan anak-anak.

"Kenapa kamu nggak balas aku, Ryn?"

Menghela napas panjang, Karyna menjawab. "Udah? Masih mau marah atau nggak? Puasin aja dulu marahmu. Aku tungguin di sini."

Merasa begitu tersindir, Dave mencari topik lain untuk diangkat. "Susunya tadi lupa aku bawa dari dapur, keburu lupa soalnya mau nanya pake gula yang mana."

"Bisa aja, ya, ngelesnya. Lagi bahas apa, sekarang malu sendiri habis marah-marah."

Dave mengusap wajahnya frustasi. Dia malu karena membuat gerakan yang salah. Jika begini, Dave akan begitu malu menghadapi anak-anak karena pastinya wajah memerahnya akan sangat begitu diingat oleh keduanya.

"Masih mau di kamar atau nggak?" tanya Karyna.

Mendongak, istrinya sudah berdiri dan memilih untuk beranjak sesantai mungkin menuju pintu.

"Aku... malu sama anak-anak." Pria itu mengaku dengan rasa malu yang tidak ditutupi kepada Karyna.

Sekali lagi Karyna menghela napasnya. Ini yang akan terjadi. Dave tidak akan benar-benar bisa meluapkan rasa marahnya apalagi untuk urusan anak-anak. Pada Karyna saja amarah yang diluapkan oleh Dave hanya berupa diam dan menggeram kesal saja. Pria itu termasuk dalam jajaran yang tidak pernah menyakiti keluarganya dengan kata-kata maupun tindakan kasar.

"Aku akan minta mereka berdua ke sini. Kalian harus bicara tanpa ada yang ganggu. Kamu komunikasikan ke mereka apa yang tadi kamu lakukan dan kamu jelaskan juga ke Umay kenapa kamu menaikkan nada bicara. Itu supaya Umay nggak niru sikap kamu yang tadi."

Dave hanya bisa mengangguk. Semua yang Karyna rencanakan memang yang paling terbaik untuk sistematikan keluarga kecil mereka.

*

Sesampainya kedua anak itu di dalam kamar orangtuanya, Proda menahan tangisnya sedangkan Umay memilih menghadap sang kakak dengan membelakangi papinya.

Umay paling kesal jika dibentak, itu sebabnya seluar biasa apa anak itu berdebat dengan Karyna tetap tidak akan kesal karena memang itu adalah bentuk kebiasaan untuk mengomunikasikan satu sama lain.

"Boy," panggil Dave pada anak keduanya yang tidak ditanggapi oleh anak itu. Merajuk adalah senjata Umay.

"Proda, ayah minta maaf. Tadi ayah kelepasan teriakin kamu."

Proda mengangguk. "Ayah kenapa teriakin aku?" tanya anak itu meminta penjelasan seperti yang Karyna bisikkan sebelum memasuki kamar.

"Karena ayah khawatir kamu tambah sakit, Kak. Mana bisa ayah lihat kalian berdua sakit. Kamu kalo sakit nggak mau dibawa ke rumah sakit, adek kamu kalo lagi sakit cerewetnya minta ampun. Ayah cuma nggak mau kamu tambah capek dan nanti makin demam."

Sekali lagi Proda mengangguki apa yang ayahnya sampaikan.

"Maafin Proda juga, ya, Yah. Proda nggak nurutin kata ayah."

"Makasih, ya, Kak. Ingetin ayah kalo seharusnya kamu sama ayah bisa ngomong berdua supaya adek nggak ikut ketakutan."

Proda melihat sang adik yang masih membelakangi Dave tak lupa bibir cemberutnya.

"Dek, ayah pengen ngomong." Kata Proda.

"Nggak mau!" Umay langsung mendeklarasi keengganannya.

"Papi minta maaf, ya, Boy. Papi tadi nggak sengaja. Papi marah—"

"Papi malah selem taukk!" Umay langsung berbalik dan menangis kencang. "Papi jahat ma aku ma kak Odaaaaa!"

Jika begini, Dave memiliki tugas untuk menghentikan tangis putranya yang diam-diam begitu manja pada siapapun yang dia sayang.

Duh, Boy. Kalo manja begini terus gimana gedenya?

He Wants Me Extra ( II ) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang