Chapter. 5

19.1K 2.4K 130
                                    

Ch. 5

°

Ketika mereka sudah sampai di rumah, Umay langsung meminta untuk tidur di kamar kakaknya. Tidur sendiri tak menjadi tempat yang menyenangkan karena mode kesal anak itu sendiri. Pilihan yang mau tak mau harus dituruti oleh kedua orangtua anak itu. Sedangkan Proda tak masalah sama sekali. Meskipun Umay suka rusuh dengan bahasa mulutnya, ketika tidur anak itu tak terlalu memusingkan. Umay lebih suka tenang dalam satu posisi saja, Proda tak pernah ditendang atau di tampar anak itu. Justru terkadang yang aneh adalah Umay yang menarik kasur bawah dan anak itu memilih tidur sendiri di sana. Mungkin karena terbiasa menguasai ranjangnya sendirian, makanya Umay di bawah alam sadarnya selalu mencari ranjang untuknya sendiri.

Umay jelas tak semanja itu untuk urusan tidur. Anak itu tahu bagaimana caranya meminta tolong, berterima kasih, meminta maaf dan menyayangi keluarganya. Meski kepada keluarga besar dari kakek buyutnya anak itu selalu tak betah berkumpul lama. Tidak juga Umay akrab dengan anak-anak di sana untuk bermain bersama. Hanya dengan Proda dia suka. Mungkin karena Dave dan Karyna membiasakannya.

"Sayang," panggil Karyna.

Tiba-tiba dipanggil dengan sebutan itu Dave terheran. Tidak biasanya Karyna memanggilnya dengan sebutan sayang.

"Kita baru ngelewatin pintu kamar, lho. Kamu udah kepengen?" tanya Dave tanpa nada jahil di dalamnya.

"Bukan itu. Aku pengen ngomong serius." Karyna menjelaskan.

Dave mengangguki. "Ngomong aja. Sini, duduk di ranjang. Biar fokus."

Karyna membatin, justru nggak fokuslah, Bambang! Tapi Karyna tak mau membalas begitu karena nantinya mereka akan membahas yang lain, mengarah pada kegiatan ranjang mereka.

"Jujur sama aku, kamu ngerasa kalo Umay itu keterlaluan nggak, sih sebagai anak kecil? Bahasa yang dia pake, cara pedes dia ngomong, semua itu nggak sopan, Dave. Lebih parahnya lagi, dia nggak menghargai keluarga kamu. Jawab jujur, kamu keberatan nggak?"

Dave dengan bingung mengangkat kedua alisnya. "Tunggu, tunggu! Ini kamu lagi bahas Zeugma, kan?" tanya Dave.

"He'em." Sahut Karyna.

"Dan keluarga besar Mahendra?" Kembali Dave bertanya.

"He'em."

"Kalo gitu kamu nggak perlu tanya ke aku. Nggak ada masalah, Zeugma anakku dan aku nggak merasa dia perlu menghargai keluarga Mahendra. Karena dengan begitu dia bisa melindungi dirinya sendiri dari keluarga itu."

"Tapi, Dave..."

Menangkup wajah sang istri, Dave menatap Karyna tanpa lepas.

"Dengar. Yang perlu dihargai anakku adalah orang yang patut dihargai. Aku nggak mau dia jadi sepertiku waktu itu. Kalo kasusnya seperti mama dan Dion yang selalu mencoba menyayangi dan mengerti anakku, itu jelas, aku inginnya Zeugma menghargai keluargaku. Beda kasus kalo ke keluarga Mahendra yang lain. I don't care. Toh, yang mereka pikirkan adalah kekuasaan bukan masa depan anak kita. Mereka nggak peduli, cuma nyinyir."

Karyna melebarkan senyumannya. Dia merasa lega dengan jawaban panjang dari suaminya.

Membalas sentuhan di wajahnya, Karyna merasa saat seperti ini dia semakin mengenal sosok Dave sebenarnya.

"Apa aku pernah bilang sesuatu yang romantis ke kamu?" tanya Karyna dengan menatap lekat suaminya.

"Coba bilang, I love you, gitu, Ryn."

Karyna menahan kekehannya. Tahu bahwa mereka sudah lebih dari sekadar cinta saja hingga mengerti satu sama lain.

"Memangnya kamu cinta aku? Selama punya Umay, sebagai suami kamu nggak pernah kasih aku ucapan tanda cinta."

Tak ingin lebih dulu masuk dalam perangkap Dave, Karyna membuat pria itu mengeluh karena merasa cemas menyatakan isi hati.

"Ayo, Dave! Masa udah tua masih malu? Kita juga bukan satu tahun dua tahun nikah, kalo kamu nggak bilang-bilang aku mungkin harus bikin kesepakatan sama kamu lagi." Tekan Karyna. Sengaja membuat Dave semakin resah.

"Kenapa kamu bahas soal kesepakatan lagi, sih? Aku males kamu ingetin bagian itu."

"Kenapa emangnya?"

"Karena aku ngerasa brengsek banget kalo inget waktu itu. Kubuat hubungan serius jadi hubungan yang nggak lebih dari bisnis semata. Aku nikahin kamu tanpa rasa apa-apa, aku paksa kamu hamil anakku, aku—"

"Aku juga nggak kalah brengsek, Dave. Coba kamu ingat, perempuan macam apa yang begitu keras terhadap suaminya? Padahal ada aturan dalam agama melarang untuk melawan suami, tapi aku nggak begitu. Aku mengancam akan menggugurkan anak kita kalo kamu nggak siap menyayanginya. Aku juga mengancam akan memisahkan kamu dengan anak kita waktu masih ada kesalahpahaman soal Proda. Kita sama-sama brengsek, Dave."

Mengelus pipi hingga bibir sang istri, Dave bergerak maju guna mengecup bibir ranum Karyna.

Kecupan pertama Dave mengatakan, "Aku," lalu melanjutkan pada kecupan kedua.

"Cinta," dan dilanjutkan kecupan lebih panjang dari sebelumnya. "Kamu Karyna-ku."

Mendapatkan apa yang dimau, Karyna mengalungkan lengannya dan mencium lebih dalam bibir suaminya. Tepat di depan bibir Dave perempuan itu membisikkan, "Kamu lebih tahu seberapa besar aku mencintai kamu, suamiku."

He Wants Me Extra ( II ) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang