Chapter. 14

13.1K 2.3K 112
                                    

Ch. 14

°

Hidup bergulir. Karyna yang kini tidak muda lagi selalu takut untuk memijaki langkah berani untuk melonggarkan kesempatan guna kembali mengandung. Ketar ketir selalu menjadi nama pendampingnya jika sudah menyangkut anak-anak. Membesarkan masing-masing dari nyawa itu bukan hal yang mudah saja untuk dilalui. Untuk itu, Karyna tidak pernah melonggarkan kemauan Dave untuk memiliki anak dalam jarak usia anak mereka yang berdekatan.

Namun, sepertinya ada yang berbeda dengan situasi saat ini. Menjelang acara ulang tahun Umay yang keempat, Karyna malah mual ketika pagi menjelang dan ingin meluapkan rasa marahnya tetapi malah menjadi tangisan. Memprediksi apa yang akan terjadi, Karyna sudah lebih dulu memusuhi sang suami.

"Kenapa aku yang disalahin? Ini, kan murni kerja keras berdua. Masa yang salah di sini aku?"

Dave tidak berani melangkahkan kaki pergi ke luar rumah untuk bekerja karena istrinya yang lebih histeris dari biasanya.

"Oh, jadi kamu maunya aku ikutan salah!? Padahal kamu yang hobinya nggak kuat nahan kalo lagi main! Suka keluar di dalem! Nggak mau pake pengaman! Argh! Kamu yang salah, Dave! Kamu!"

Tahu jika pertanyaannya hanya akan menimbulkan masalah, Dave membalas dengan lebih lemah lembut. Dia elusi kepala sang istri yang membelakanginya.

"Iya, aku yang salah. Tapi bukan berarti kamu harus nangis begini. Punya anak bukan masalah, ini berkah. Kamu nyalahin aku, apa kamu nggak mikir kalo dia yang jadi di dalam perut kamu itu hasil dari aku? Otomatis kamu menyalahkan sebagian diriku yang pastinya ada di anak itu."

Karyna tidak bisa menyembunyikan tangisannya lagi. Ah, ini bagian dari hormon. Karyna menjadi begitu lihai sekali mengubah emosinya tanpa disengaja.

"Kamu emang suka ngancem aku, Dave!" raung istri Dave itu.

"Kok aku?" Menyadari sudah keceplosan lagi, Dave menepuk bibirnya sendiri. Dia mengalah dengan mengatakan, "Hukum aku aja sekarang. Karena aku yang salah, hukum aku aja, Sayang."

"Mana bisa!" balas Karyna secepatnya.

Menahan senyumannya, Dave membalikkan tubuh sang istri. "Kalo ngomong itu lihat muka orangnya, Sayang."

Tidak tahan dengan godaan suaminya, Karyna langsung memeluk tubuh Dave erat. Membuat pria itu tidak bisa melihat wajah Karyna yang berantakan.

"Mana mukanya? Nggak kelihatan." Masih berniat menggodai istrinya, Dave meneruskan saja semua ucapan menggelikan yang dia bisa.

"Sayang, aku beneran pengen lihat muka kamu. Aku nggak mau kamu bikin aku penasaran kondisi kamu. Apa pun bentukannya, aku harus lihat."

Karyna menurutinya seraya berkata, "Hidup kita setelah ini nggak akan sama lagi. Setelah Umay yang banyak bicara dan kritis sekali membalas argumen, akan ada banyak Umay lainnya setelah ini."

Dave hanya tersenyum. Mengiyakan dengan ciuman yang dia sematkan pada bibir Karyna.

*

Karena untuk mempersiapkan segala kebutuhan ulang tahun Umay tidak sesederhana dalam bayangan—mengingat orang kaya memiliki banyak keinginan menyangkut pesta—maka Hayana lebih sering standby di kediaman Dave.

"Ryn? Kamu hamil?" Pertanyaan sang mertua membuat Karyna membelalak.

"Kok mama tahu? Dave yang bilang-bilang?"

Hayana menggelengkan kepalanya. "Itu anak malah diem aja, mama disuruh diem sama dia. Mulut mama ditutupin sama dia. Kenapa, sih?"

"Terus mama tahu dari mana?" Masih dengan rasa penasaran yang sama, Karyna memberondong mertuanya dengan pertanyaan itu.

"Kamu muntah terus dari pagi, mama curiga kamu hamil. Makanya tadi mama tanya ke Dave, tapi malah disuruh diem. Stres gitu mukanya. Kalian kenapa, sih?" Selidik Hayana.

Menghela napasnya pelan, Karyna mengambil tempat duduk di barstool kayu rumahnya.

"Aku... belum siap hamil lagi."

"Kenapa? Mikirin Umay yang terlalu kecil?" Tebakan Hayana diberikan dengan tepat dan membuat Karyna menganggukan kepalanya.

"Mama dulu malah ngurus dua anak sekaligus." Keluh Hayana tanpa sadar. Sebab pikir Hayana menantunya tak tahu menahu mengenai riwayat keluarganya.

"Eh, maksud mama jarak usia Dave sama Dion nggak beda jauh."

Karyna tak mau ambil pusing, dia menganggukan kepalanya saja. Dia enggan memikirkan banyak kisah lalu milik Hayana.

"Menurut mama gimana? Apa sebaiknya..."

"Kamu mau gugurin???"

Dave yang kebetulan baru keluar dari kamar mandi belakang langsung menyahut, "Siapa yang mau gugurin kandungan?"

Lirik-lirikkan mata antara Hayana dan Karyna membuat Dave langsung membuat asumsi dalam kepalanya sendiri. Sehingga pria itu langsung mengeluarkan amarahnya di sana.

"Gimana bisa kamu mempunyai pikiran sejahat itu, Ryn?? Itu anak kita, darah daging kita. Sebegitu nggak maunya kamu menerima anak yang jaraknya dekat dengan Kita sampai berpikir begitu!?" cerocos Dave.

"Nggak, Dave—"

"Apa??? Kamu mau mengelak apalagi? Aku nggak akan mempermasalahkannya lagi, setelah aku nenangin pikiranku aku harap kamu juga bisa berpikir jernih." Lalu pria itu keluar rumah dengan langkah panjang meninggalkan Karyna yang tak bisa menjelaskan ucapannya dan membuat Hayana kebingungan.

He Wants Me Extra ( II ) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang