🎨 [ 1 - Sekolah ] 🎨

8.4K 645 27
                                    

Siapa yang tidak kenal Jeno? Cowo tampan, pintar, dan pandai bermain basket

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa yang tidak kenal Jeno? Cowo tampan, pintar, dan pandai bermain basket. Kekurangannya hanya satu, yaitu dia merasa bodoh dalam pelajaran. Semua teman di sekolahannya kenal dia, bahkan tak jarang Jeno Mansur dianggap selebgram, padahal hanya hasil dari menumpang pansos.

Pagi ini Jeno bersiap untuk pergi ke sekolah, seperti biasa dia akan menghampiri sohib atau teman kecilnya, Jaemin Astono.

Jaemin Astono adalah teman kecil Jeno, rumah mereka juga bersebelahan. Jadi sejak dulu mereka selalu berangkat bersam-sama, dan entah sebuah kebetulan atau keuntungan untuk mereka sendiri karena sekolah mereka selalu saja sama sampai saat ini.

"Astono! Astono! No!"-panggil Jeno dari luar rumah Jaemin, dia masih duduk santai di jok motor beatnya itu, dan terus meneriaki Jaemin sampai akhirnya Jaemin keluar dari rumah.

"Nama gue Jaemin, babi."

Jaemin sudah lelah meladeni makhluk seperti Jeno, tapi semakin lama dibiarkan, Jeno semakin banyak bertingkah, membuat Jaemin tambah kesal.

"Lah? Itu kan nama Bapak lo."

"Ya lo mau manggil gue apa Bapak gue? Kalo lo manggil Bapak gue, gue berangkat sendiri aja."-Jaemin berucap dengan nada ketusnya dan berjalan meninggalkan Jeno yang masih terduduk di jok motornya.

"Ah elah, tumben lo baperan. Gih cepet naik ke motor, dari pada lo jalan terus ntar telat."

"Siapa juga yang mau jalan?"-Jaemin berbalik arah dan segera membonceng pada Jeno.

Di sekolah, mereka berdua memang selalu menjadi trend topic. Karena memang mereka berdua selalu bersama-sama setiap detik, menit atau setiap tahun. Bahkan tidak sedikit yang mengejek mereka berdua saling menyukai atau semacamnya.

"Berisik banget mereka. Makannya Jen, lo tuh cari temen cewe, nempel mulu ke gue."-Ucap Jaemin sambil menata rambutnya.

"Jadi lo gak seneng deket-deket sama gue?"-tanya Jeno, merangkul bahu Jaemin dan acuh terhadap pandangan dari teman-temannya di sekitar.

"Terserah lo deh, males banget gue debat sama lo."

"Ke kantin dulu yo? Gue belum sarapan, masih ada 20 menit lagi sebelum bel bunyi."-ujar Jeno lalu berbelok arah.

"Lo mah kebiasaan ya."-Jaemin.

Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk ke kantin dan memesan bubur ayam, hanya Jeno. Jaemin sudah merasa cukup hanya dengan membeli kopi seperti biasanya.

"Kopi mulu, mana sehat. Makan bubur biar perut lo ke isi, gue suapin deh. Aaaa.."-Ucap Jeno, Jaemin menggeleng malas.

"Makan lo aja, perut lo kan perut karet. Gue udah makan tadi."-Jeno hanya mengangguk dan melanjutkan sarapannya.

"Eh Jen, itu siapa?"-tanya Jaemin tiba-tiba, menengok kearah sebelah bangku Jeno.

"Mana?"

"Sebelah lo."-Jaemin.

"Siapa dah?"

Jeno mengernyit heran, masih tak bisa melihat orang yang dimaksud oleh Jaemin, dan berfikir jika temannya itu sedang berhalusinasi karena lapar.

"Lucu, lo sekolah disini?"-tanya Jaemin, membuat Jeno mau tak mau menghentikan sesi makan paginya itu.

"Jaemin, lo sakit ya?"-ucap Jeno lantas memegang dahi Jaemin dengan telapak tangannya, yang jelas saja langsung ditepis oleh Jaemin.

"Apa sih!?"-kesal Jaemin.

"Ya itu, lo kan udah tahu kalo gue sekolah disini. Make nanya, aneh lo."-ujar Jeno menggeleng kan kepalanya heran.

"Lo yang aneh, siapa juga yang nanya sama lo. Orang gue nanya ke dia."-tunjuk Jaemin tepat disebelah Jeno.

"Jaem? Kepala lo gak habis kebentur kan? Atau lo lagi ngeprank gue? Mana? Mana kameranya?"

"Jen, jangan malu-maluin ya. Itu dia sampe ngetawain lo."-Jaemin

"Oke terserah, gue ke kamar mandi dulu. Lo tunggu di sini, jangan aneh-aneh."-ucap nya lalu pergi meninggalkan Jaemin bersama dengan mangkuk bubur ayamnya.

"Seru juga ngerjain si Jeno. Tinggal balik kelas aja deh."-monolog Jaemin sambil tertawa kencang.

"Mau kemana tho Min?"-tanya pak Tono, penjual bubur ayam dikantinya.

"Ya mau ke kelas Pak, manggilnya jangan Min Pak. Jaemin."-ucapnya sambil mengeja pelan-pelan yang tetap saja tak dihiraukan oleh pak Tono.

"Bubur ayamnya bayar dulu tho dek."-ucap pak Tono dengan logat jawanya yang melekat.

"Loh emang belum dibayar Jeno?"

"Belom."

"O-oh, yaudah nih pak. Ambil aja kembaliannya."-ucap Jaemin lantas pergi meninggalkan area kantin.

"Bocah gendeng, ini mah kurang tiga rebu."
































































📸

2 J & RENJUN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang