"Jadi, kamu ini sudah kenal lama dengan istri saya?"
Papinya Jaemin menanyai Renjun yang sedari tadi hanya diam dan tak bicara satu kalimat pun. Benar, laki-laki yang pergi bersama Papinya Jaemin adalah Renjun.
"Ya begitu om, dulu saya pernah main ke rumah waktu om masih dinas. Bahkan saya sudah menganggap Mami saya seperti ibu saya sendiri. Saya kaget begitu mendengar kabar Mami yang sudah meninggal."
"Saya sendiri pun juga masih kaget, istri saya terkadang memang kurang hati-hati sampai bisa kecelakaan seperti itu."
"Tapi om.."
"Ya?"
"Kenapa saya lihat-lihat, om nggak merasa sedih sama sekali?"
"Maksud kamu? Justru saya lah yang merasa paling kehilangan disini. Kalau kamu tahu saya baik-baik saja seperti ini. Berarti akting saya dalam menutup-nutupi semuanya berhasil."
"Sebenarnya kedatangan saya kesini ingin mengobrol santai dengan om. Dan perihal siapa yang menabrak Mami, apa tidak diselidiki lagi? Apa semudah itu om memaafkan si pelaku? Tadi om bilang om yang merasa paling kehilangan."
"Itu.. lagian kan sudah terjadi selama bertahun-tahun. Lagi pula polisi juga tidak menemukan apa-apa, Jaemin sendiri juga meminta kasusnya ditutup saja."
"Ini kan bukan kecelakaan, om."
"Saya tahu, saya tahu itu. Tapi anak itu, Jaemin tidak suka masalah ini diungkit-ungkit lagi dan memilih menganggap kejadian itu sebagai kecelakaan."
"Om sendiri bagaimana? Om kan suaminya."
"Saya tidak paham apa maksud kamu dari tadi dik, jika memang mengobrolnya sudah selesai, saya akan pulang sekarang."
"Dirumah pun tidak ada siapa-siapa. Kenapa buru-buru sekali om? Padahal di taman udaranya sejuk begini. Apa.. ada yang om sembunyikan dari saya..?"
"M-maksudnya!?"
"Oh, maaf kalau saya sudah membuat om merasa tersinggung, padahal sudah jelas sekali om merasa kehilangan. Maaf atas kelancangan saya. Sepertinya lebih baik saya pergi sekarang, dan sepertinya kita akan bertemu lagi nantinya om, jaga kesehatan ya om. Jangan sampai ada apa-apa kepada om sebelum penjahatnya tertangkap. Hehe."
Renjun tersenyum menatap laki-laki itu dan segera berdiri dari bangku taman. Lalu pergi meninggalkan Papinya Jaemin sendirian disana.
Sedangkan itu dimakam, Jaemin masih menaburkan bunga begitu pula dengan Jeno.
"Jaem, lu gapapa?"
"Gapapa, Jen. Belakangan ini gue cuma lagi khawatir sama kondisi Papi."
"Iya, gue juga tadi mau bilang itu ke elo. Tapi takut lo ngerasa tersinggung."
"Papi terlalu mikirin Mami yang udah tenang disana. Bahkan kondisi Lapi pun sekarang jadi kelihatan menyedihkan, Jen."
"Jaem.."
"Hmm"
"Sebenernya udah dari lama gue pengen tanya ini ke elo."
"Apa?"
"Apa lo yakin kalo Mami udah tenang disana?"
"...."
"Gue tahu perasaan lo itu gimana, tapi sebenernya saat lo ngusulin buat menutup kasusnya, gue ngerasa sedikit kecewa. Karena bagi gue Mami itu juga udah kaya Bunda. Tapi, lo sendiri yang sebagai anak kandungnya malah memutuskan buat berbuat begitu."
"..Jen, apa gue salah? Gue cuma mau yang terbaik buat semuanya. Gue juga mau Papi nggak terlalu pusing mikirin semuanya. Gue nggak mau ngerasain kehilangan untuk ke dua kalinya.Gue..gue cuma mau semuanya baik-baik aja walau gue nggak baik-baik aja..."
Jeno yang melihat Jaemin menangis, mencoba menenangkan sahabatnya itu dengan cara membawanya kedalam pelukannya. Mendengarkan semua unek-unek yang selama ini disimpan Jaemin sendiri, rasanya begitu pedih ketika Jeno baru bisa membuat Jaemin bercerita tentang semua keluh kesahnya sekarang.
"Nangis aja sepuas lo, gue bakal selalu disamping lo, Jaem."
"Yah telat.. padahal mau kasih sedikit surprise ke mereka.."
Masih nunggu update-annya ngga nih???
KAMU SEDANG MEMBACA
2 J & RENJUN ✔
Horreurini cuma kisah pertemanan Jeno dan Jaemin, yang selalu absurd. Kemudian bertemu dengan Renjun yang ternyata bukan manusia, lalu kehidupan mereka berdua pun berubah. End : 23 Nov 20