"Kalo gue bilang itu papi, apa kalian berdua bakal percaya?"-Renjun.
"Ngomong apa sih lo!?"-Jeno.
"Ren, lo nggak bisa asal nuduh orang. Ga mungkin Papi yang ada di balik semuanya!"-Jaemin.
Jaemin sama Jeno yang ngedengar pernyataan Renjun barusan, ngerasa kesel sekaligus marah. Gimana bisa, Renjun bicara gitu ke mereka?
"Karena itu tadi gue tanya. Apa kalian bakalan percaya? Now see, kalian nggak percaya sama gue kan?"-Renjun.
"Bang, emangnya bener om-om itu yang ngebunuh Ibunya Jaemin?"-Lenjin.
"Iya, atau enggak ya?"-Renjun.
"Anjing, lo mau mainin kita hah!??"-Jeno.
Jeno yang tadinya mau mukul Renjun, jadi mundur lagi karena sadar kalo Renjun itu bukan manusia. Dan lagi, wujudnya yang sekarang belum terbiasa di mata Jeno.
"Siapa yang mainin? Toh gue bilang iya kalian nggak percaya kaya tadi kan? Karena itu gue nggak mau cuma omong kosong."-Renjun.
"Ren.. lo bukannya mau ngehancurin keluarga gue, kan?"-Jaemin.
"Kenapa lo mikir begitu, Jaem? Gue ada di sini karena gue mau bantuin lo. Jin yang sempet ngebawa lo itu, dulunya yang ngebunuh Mami juga."-Renjun.
"Gimana gue bisa percaya?"-Jaemin.
"..."
"GIMANA GUE BISA PERCAYA!???"-bentak Jaemin.
"Hah. Gue nggak minta lo percaya Jaem. Gue bakal tunjukin langsung pakai mata kepala lo sendiri. Sampai saat itu, gue harap nanti lo bakal selalu percaya sama gue.."-Renjun.
"Omong kosong. Terus sekarang mau gimana? Kalo gue nggak boleh bawa Jaemin ke rumahnya, gue bakal bawa dia ke rumah gue."-Jeno.
"Buat apa? Lo kira sekarang lo lagi ada dimana kalo bukan di rumah? Yah walaupun ini bukan rumah lo sih."-tanya Lenjin ikut menimbrung.
"Hah?"-Jeno.
"Lo juga gausah pulang, kalian berdua bakal tetap ada di rumah gue sampai Abang gue berhasil nunjukin ke kalian kalau om-om itu memang terbukti bersalah."-Lenjin.
"Enak aja! Kenapa gue harus nurut sama lo!? Dengan gue nggak bawa Jaemin ke Papinya aja harusnya kalian udah bersyukur!"-Jeno.
"Bersyukur? Bukannya lo juga takut kalau Jaemin bakal kenapa-napa saat lo bawa ke Papi ya, Jen?"-Renjun.
"Terserah lo deh, gue pusing. Wajah lo burik amat dah, bikin gue nggak selera."-Jeno.
"Dih kayak lo ganteng aja."-Lenjin.
"Oh jelas, gue ganteng."-Jeno.
"Sekarang bisa nggak jangan bercanda dulu? Kalian berdua dengan seenaknya ngungkit-ngungkit kematian nyokap gue dan seakan-akan kalian tahu tentang semuanya. Emangnya kematian orang itu bisa kalian buat seru-seruan!? Seru kan? Kalian berdua berasa sok tahu, seakan-akan detektif."-Jaemin.
"Jaem.."
"Gue tahu, gue tahu Ren. Makasih banyak lo udah selamatin gue dari tidur gue yang lama, makasih banget. Tapi gue mohon, jangan memperburuk suasana."-Jaemin.
"Kenapa?"-Renjun.
"Maksud lo? Apanya yang kenapa?"-Jaemin.
"Kenapa lo susah banget buat percaya sama gue? Gue tahu, dulu kita cuma temen yang kenal sekedar beberapa hari dan setelah itu gue hilang selama bertahun-tahun. Tapi, apa gue di mata lo semencurigakan itu Jaem?"-Renjun.
"Jangan diem aja, gue selama ini selalu ngelindungin lo Jaem, sebisa gue. Jeno bahkan tahu itu."-Renjun.
"Maksud lo? Jen lo tahu apa?"-Jaemin.
"Gue...setiap malem selalu didatengin Renjun lewat mimpi sebelum gue pacaran sama Hani. Tapi, gue nggak ada hubungannya sama Renjun. Gue nggak tahu kalo dia bakal ngelakuin ini, atau ngelakuin itu. Gue bukan cenayang."
Jeno menatap Jaemin dalam, sementara Jaemin ngerasa sedikit kecewa.
"Kenapa lo ngga dateng di mimpi gue aja, Ren? Kenapa harus Jeno? Lo lebih suka Jeno dari pada gue?"-Jaemin.
"Suka? Kalian ini udah kuliah, udah dewasa. Gue nggak tahu takaran suka kalian itu kaya gimana. Iya, gue suka Jeno, gue juga suka lo Jaem. Tapi suka sebagai temen. Gue selalu berharap, andai aja dulu gue bisa lahir lebih telat sedikit, mungkin gue bisa ketemu kalian lebih awal."-Renjun.
"..."
"Andai.."
"Stop. Gue emang nggak terlalu ngerti masalah kalian bertiga, dan gue juga nggak mau terlalu ikut campur. Tapi, bisa nggak sih kalian nggak mandang buruk Abang gue mulu? Emang kalian doang yang susah? Emang kalian doang yang idupnya nggak bahagia? Emang kalian doang yang sengsara? Hah?"-Lenjin.
"Udah lah gausah di perpanjang, Len."-Renjun.
"Tapi Bang-"
"Udah Len! Gue bisa urus masalah gue sendiri untuk sekarang. Jadi gue mohon sama lo, jangan nambah beban orang yang udah meninggal."-Renjun.
"..."
"Di sini ada 3 kamar, untuk sementara karena kalian tinggal di sini, kalian bisa bebas pilih kamar mana aja. Lenjin ada di lantai atas, kalo ada apa-apa jangan sungkan."-Renjun.
"Terus lo?"-Jeno.
"Gue? Gue kan bukan manusia kaya kalian, ga perlu tidur juga ga masalah."-Renjun.
Setelah ucapannya itu, Renjun pergi meninggalkan mereka semua. Lebih tepatnya Renjun pergi ke kolam belakang.
Tubir dah tubir:(
Double up nih, jangan lupa votmentnya cmivvv.💚
KAMU SEDANG MEMBACA
2 J & RENJUN ✔
Hororini cuma kisah pertemanan Jeno dan Jaemin, yang selalu absurd. Kemudian bertemu dengan Renjun yang ternyata bukan manusia, lalu kehidupan mereka berdua pun berubah. End : 23 Nov 20