Chapter 6 : Existence

140 45 26
                                    

Hanya perlu sedikit waktu saja Allena akan berhasil membunuh musuh didepannya, tapi semuanya sia-sia karena teriakan sang Bunda membuat gendang telinganya seakan pecah. Allena merasakan sakit dikedua telinganya bahkan setelah Allena memegangnya, dia merasakan setetes demi setetes darah mengalir dari kedua telinganya.

"Ahkk.. teriakan Bunda sangat kuat sekali" keluh Allena yang masih merasakan rasa sakitnya sembari memegang kembali kedua telinganya.

Kelompok black witch pun terkena dampaknya, bahkan luka mereka terlihat lebih parah dibandingkan dengan Allena. Azzura menyadari bahwa perbuatannya itu telah melukai putrinya, dia pun segera menghampiri Allena dan menanyakan keadaanya.

"Allena baik-baik saja, Bunda.. ahhkk.." sahutnya namun Azzura menyangkal semua ocehan Allena, dia tahu putrinya itu pasti kesakitan oleh karena itu Azzura segera melesatkan kekuatannya untuk memulihkan keadaan sang putrinya.

Allena menahan rasa sakitnya ketika sang Ibunda tengah mengobatinya, perlahan darah yang mengalir di telinga Allena mulai berhenti. Aldevaro yang sedari tadi hanya memperhatikan keadaan diluar mulai merasakan jengkel dia pun segera keluar menghampiri istri dan putirnya.

"Allena.. kamu baik-baik saja sayang?", Allena mengangguk kecil membalas pertanyaan Ayahnya.

Aldevaro menatap kelompok black witch penuh amarah, dalam diam Aldevaro tengah mengunci pergerakannya dan jika salah satu kelompok black witch bergerak sedikit saja dia akan langsung menyergapnya. Azzura dapat merasakan apa yang dipikirkan suaminya seketika itu pula dia mengelus lengan kirinya.

"Sayang.. tahan emosimu. Jika tidak, maka semuanya akan lebih rumit."

Aldevaro menoleh kearahnya dengan tatapan yang masih penuh amarah, "Aku tidak bisa diam saja ketika orang-orang itu mengusik ketenangan kita."

Kini Allena mulai mencoba menenangkan amarah sang Ayah, "Ayah.. sudahlah biarkan, suatu saat Allena pasti akan membunuh mereka."

Aldevaro mengerutkan kedua dahinya mendengar ucapan putrinya, sejenak dia berpikir bahwa Allena mungkin mewarisi sifat darinya. Aldevaro menyeringai kecil, "Allena adalah sisi kedua dariku, aku bangga padanya." ungkapnya dalam batin.

Setelah keadaan mulai normal, Verinn menggertak kelompok black witch supaya segera pergi dari sana jika tidak maka dia tidak segan-segan akan memotong kepala mereka. Jenny beserta lainnya merasa tidak bisa melanjutkan rencananya karena kondisi mereka tidak begitu meyakinkan.

"Hah! Ini belum berakhir, Verinn! Aku akan datang kembali!"

Verinn menyeringai sinis, "Akan ku tunggu kedatanganmu yang selanjutnya, Jenny!"

Kelompok black witch tidak lama kemudian meninggalkan tempat itu, Verinn dan Reinna menghampiri adiknya dan menyuruhnya supaya masuk ke dalam rumah karena ada yang ingin mereka sampaikan padanya. Setelah adiknya beserta Allena dan Aldevaro telah masuk, Verinn menyarankan supaya Azzura dan Allena untuk tinggal bersama mereka di Peleş Castle, jika mereka tetap menempati rumah itu maka kelompok black witch pasti akan datang lagi.

"Azzura ayo ikutlah denganku, kamu akan lebih aman di Peleş Castle." Azzura menatap Aldevaro dan Allena bergantian. Respon Aldevaro seakan tidak menyetujui gagasan Verinn.

"Allena akan ikut dengan Bunda." ujar Allena secara tiba-tiba.

Aldevaro pun bergegas menyangkalnya, "Jangan Allena, kamu dan Bunda lebih baik tinggal di Mozna Castle. Ayah akan mengajarkan suatu kekuatan disana."

Sejenak Allena terdiam, ucapan Ayahnya membuat dirinya tergiurkan namun dengan cepat Azzura menggelengkan kepalanya sembari menepuk bahu putrinya.

"Sudahlah sayang, biarkan aku dan Allena tinggal di Peleş Castle. Jika Allena mulai bosan disana, kamu bisa mengajaknya ke Moszna Castle."
Aldevaro merasa keberatan dengan semua itu tapi mau bagaimana lagi, sang istri sudah membuat keputusan jadi dia harus menghargainya.

WITCHES & VAMPIRES: SAVING SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang