19. Sogokan?

23 7 1
                                    

Sudah seminggu semenjak kejadian Saka datang ke rumah Difa untuk meminta maaf kepada gadis itu. Bahkan kemarin-marin pun ia selalu meminta permohonan maaf dari Difa tetapi gadis itu hanya datar tanpa memperdulikan Saka.

Teman teman Saka pun sengaja berjaga jarak. Agar Saka lebih menyesal dengan perbuatannya. Namun sepertinya cowok itu masih telalu gengsi untuk meminta maaf dengan teman temannya. Masalahnya memang disini Rigi pun juga salah, gak seharusnya dia berbicara seperti itu di depan Keshra.

Saka sedang berjalan di area koridor kelas sebelas. Beberapa ada yang menyapannya dan di jawab anggukan kecil oleh cowok itu. Hari ini tepat hari ke sembilan ia akan meminta maaf dengan Difa. Dia berjanji akan mendapatkan kata maaf dari mulut Difa. Selain itu juga ia berjanji tidak menyakiti hati gadis itu dengan perkataannya.

Tepat di pintu Sebelas Mipa 4. Langsung Saka berhenti di tengah tengah pintu dan mencari keberadaan Difa. Benar saja gadis itu sedang menelungkupkan wajahnya di mejanya sendiri . Melihat itu Saka langsung menghampirinya.

Teman sekelas Difa pun tidak banyak bertanya. Mereka sudah tau kedekatan keduanya.

"Haii" Sapaan lembut Saka terdengar jelas.

Difa langsung menengok malas ke sumber suara,mengangkat kedua alisnya isyarat ' ada apa '

Saka tersenyum. Saat saat ini wajah Difa tidak melihatkan kegemasan sama sekali justru membuat Saka kesal dan juga ingin membuat cowok itu tersenyum secara bersamaan.

"Masih gak mau maafin?" Tanya Saka menaruh yogurt strawberry di meja gadis itu.

Difa kembali menelungkupkan wajahnya. Dia bosan melihat Saka yang terus menerus mengganggunya mengucapkan kata maaf. Difa bukan pendendam hanya saja ucapan itu begitu membekas di hatinya. " Gak terima gosokan."

"Sogokan Difa." Sama membenarkan ucapan Difa.

Difa langsung merubah posisinya menjadi duduk. Harusnya ia ikut saja dengan teman temannya ke kantin dari pada harus menemui cowok itu. "Nyadar nyogok?"

Saka hanya mengangkat bahunya. Sikap itu yang membuat Difa benar benar kesal.  Ia akui akhir akhir ini ia sangat sensitif.

"Yakin gamau?" Tanya Saka lagi menaruh satu botol yogurt lagi.

Difa memutarkan bola matanya malas. Masih dengan pendiriannya ia tidak akan terkecoh hanya dengan dua yogurt strawberry itu walaupun tangannya gatal ingin langsung meminum.

"Terakhir deh nih." Ujar Saka langsung menaruh tiga yogurt rasa strawberry di meja Difa. Terhitung lima yogurt.

Difa ingin sekali langsung merampas semua yogurt itu. Dia berfikir berkali kali. Kalau gengsi gak baik itu buat dirinya rugi. Lebih baik yogurt itu di terima. Ia untung. Terlebih lagi sebenarnya Difa sudah memaafkan Saka di hari Saka datang ke rumahnya.

Baru saja ingin mengambil semua yogurt itu. Tiba tiba tangan Saka langsung mencegahnya.

"Di maafin gak?" tanya Saka memastikan

Difa hanya mengangguk kemudian langsung mengambil yogurt yang ada di atas meja. "Kalau minta maaf nya tulus gak perlu nyogok kak." sindir Difa.

Saka tersenyum. "Kalau maaf nya tulus jangan ngangguk aja dong dek."

"Di maafin." Ujar Difa langsung.

Saka terkekeh kemudian langsung merampas yogurt itu di tangan Difa. "Kan minta maaf gue tulus jadi gak perlu kasih semua yogurt ini kan?"

"Gak ikhlas?" tanya Difa dengan raut wajah kesal.

Sebelum Difa mengambek lagi buru buru Saka menaruh minuman itu kembali. Baru saja mereka berbaikan,masa hanya karna minuman mereka berantem lagi?.
" ikhlas deh. "

ABOUT DIFASAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang