24. Tanda tanya

22 4 0
                                    

Pintu ruangan kamar pasien terbuka. Menampilkan cowok berbadan tegap dengan kaos hitam yang dipakainya.

Difa yang sedang menonton acara tv menoleh ke arah pintu. Kaget. Itulah yang ia rasakan.

"Semuannya pada kemana?" Tanya Saka berjalan mendekat ke arah Difa.

Difa mengalihkan tatapannya ke acara tv lagi. Entah kenapa,sakit rasanya menatap Saka terlalu lama." Udah  pulang."

"Kok gak ngabarin?" Tanya cowok itu.

"Lo susah di hubungin."

Saka merogoh saku celananya. Mendapati beberapa panggilan tak terjawab dari Rigi, Jodi, dan Reyyan. "Sorry."

Difa tidak menanggapi. Entah kenapa mood nya malah menjadi turun saat Saka datang. Entah apa alasannya.

"Difa,"

Difa menoleh mengangkat satu alisnya.

"Udah lama kita ga quality time bareng." Ujar Saka tersenyum.

"Nanti kalo lo udah sembuh kita jalan bareng ya."

"Makan bareng di warpat."

"Pokonya nanti gue trak—"

"Kak," Difa memotong pembicaraan Saka. Cowok itu diam.

"Sebenernya lo anggap gue apa sih?" tanya Difa bingung, Kenapa Saka mudah sekali mengajak Difa kemanapun. Habis itu pergi bareng Seira. Apa dikipir Difa ini piala giliran?

Saka mengedipkan matanya beberapa kali. Tumben banget Difa nanyain tentang ini. Ini Difa minta kepastian nih?
"Kok nanya gitu?"

"Habisnya gue bingung,nanti lo ajak gue kemana pun,lo traktir gue, lo perlakuin gue kayak tuan putri. Habis itu lo pergi sama kak Seira, memperlakukan dia sama kayak apa yang lo lakuin ke gue!"
Difa mengeluarkan apa yang ada di hatinya. Suara seraknya terdengar. Cewek itu belum benar-benar sehat.

"Lo cemburu?"

"Menurut lo? Lo tau kan gue suka sama lo?! Terus lo seakan ngebuka jalan buat gue semakin suka sama lo! dengan cara lo ajak gue jalan kemana pun itu. Itu buat gue semakin punya banyak harapan ke lo kak!"

"Lo tau gak sih?! Spesies gue itu gampang kebawa perasaan! Gue yakin kak Seira juga,"



"Apalagi dia mantan."

"Di tambah lo bilang kalau gue harus nunggu lo buat jadiin milik lo! Di pikiran gue, di hati gue, lo bener-bener bakal jadi milik gue kak! Tapi apa?! Prioritas lo aja bukan gue!"

"Lo tau gak kak?! Seantero sekolah cuma taunya gue yang ngejar-ngejar lo! Lo nya kayak gak perduli! Tapi giliran di luar sekolah lo perduli banget sama gue!"

"Kok gue gak tau?" tanya Saka dengan suara lembut. Ia tidak ingin Difa tambah sakit.

"Lo sok sibuk!" sahut Difa cepat.

"Maaf, jangan marah." Ujar Saka lembut.

"Gue gak marah!"

"Gue cuma nanya, sebenernya gue ini di anggap apa? Kalau temen ya perlakuin gue kayak lo perlakuin temen-temen lo!"

Suasana di dalam kamar sunyi. Canggung. Kenapa juga Difa harus kelepasan gini, makin gak ada harga dirinya atau memang lebih bagus mengutarakan perasaan?

"Difa, sorry. "

"Sebenarnya yang kirim chat itu bukan gue."

Difa mengerutkan alisnya bingung. Kalau bukan Saka siapa?

ABOUT DIFASAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang