18

1.4K 165 211
                                    

If the tragedy is the only thing that happened between us, if the tragedy is the only word that they can see in our story, then it's okay. No one worth to know how delighted or broken the life of our love. And even the sacrifice ask for my soul, just give it. As long as i get hurted for you, i'll feel no pain. To holding hands with you for our trip to hell, our love will only known as tragedy.

Jika tragedi merupakan satu-satunya hal yang terjadi di antara kita, jika tragedi merupakan satu-satunya kata yang dapat mereka lihat di dalam cerita kita, maka itu tidak menjadi masalah. Tak ada seorangpun yang pantas untuk mengetahui betapa bahagia atau hancurnya kehidupan dari cinta kita. Dan meskipun pengorbanan meminta nyawaku, maka berikan saja. Selama aku terluka untuk dirimu, aku tak akan merasakan sakit. Untuk saling berpegangan tangan denganmu dalam perjalanan kita ke neraka, cinta kita hanya akan dikenang sebagai tragedi.

"You are so damn weird.."

Chanyeol berbisik di telinga sosok mungil yang tengah melingkarkan lengan di lehernya. Ia mencium Baekhyun penuh gairah, dibalas tidak kalah liar.

Sementara itu, Baekhyun bergidik saat lidah Chanyeol melipat lidahnya, lalu mengeksplor mulutnya dengan kasar.

"Hhhh..."

Desahan tertahan Baekhyun terdengar ketika Chanyeol menempelkan ereksinya ke tengah selangkangan Baekhyun. Si mata hazel benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya karena menikmati sentuhan sang mafioso.

Baekhyun pula benci ketika pikiran membuatnya merasa bahwa ini hal yang tepat, bahwa dia memang membutuhkannya.

Punggung Baekhyun yang masih berada dalam gendongan Chanyeol tak lama menyentuh sebuah permukaan halus bagian belakang toko yang sudah berubah gelap itu. Chanyeol mengendurkan ciuman sambil meraih gagang di depanya, membuka pintu dengan sebelah lengan yang menopang Baekhyun.

Ruangan itu gelap pada awalnya sampai Baekhyun menjulurkan lengan untuk menekan saklar lampu yang berada tepat di samping mereka. Tidak ada waktu untuk menyadari bahwa mereka sedang berada di dalam sebuah studio musik kecil di dalam toko itu karena Chanyeol telah meremas pinggang Baekhyun hingga menyudutkannya di dinding kedap suara itu sambil menutup pintu dengan kaki.

Yang lebih tinggi akhirnya menatap Baekhyun dengan lembut, menunjukkan tatapan memuja pada sosok yang bergantung di lehernya.

"Aku benar-benar menginginkanmu.." ucap Chanyeol.

Chanyeol kembali mendekatkan wajahnya ke arah wajah pria kecil itu untuk mengulum daun telinga, memberi kehangatan di dalam mulut dengan gigitan-gigitan kecil yang membuat Baekhyun meremas pundak pria tinggi itu.

"Apa...hh, yang kita lakukan?" Baekhyun bergumam dengan suara tertahan.

Dia sedikit menarik kepala, membuat manik mereka bertabrakan.

"Kenapa, Baekhyun?" Chanyeol mengusap kening dari sosok dalam gendongan yang masih mencoba mengatur napas.

Mata itu sayu, hanya ingin melihat manik abu Chanyeol.

"Are you doubting me?"

"Aku.." Baekhyun menarik napasnya beberapa kali. "Hanya saja, aku..aku pikir kita.."

"Aku tidak bisa menjanjikan apapun.." Si rambut abu mengusap pipi Baekhyun dengan ibu jarinya. "Tapi kau boleh memiliki kepalaku jika aku pergi lagi."

Seketika Baekhyun terkekeh dan tertunduk, "Kau pernah melihatku hampir memutuskan kepala orang kan, tuan Park?"

"Tentu saja."

Chanyeol menggangkat kedua paha milik si mata hazel yang masih melekat di dinding berlapis karpet, membuat tinggi mereka kembali seimbang. Sementara Baekhyun menyadari jika mereka belum melakukan apapun dan keadaan itu mulai tidak tertahankan.

The LifetakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang