29

977 143 115
                                    

[PS. FF ini akan dihapus satu per satu chapternya mulai besok. Yuk dikebutt!!]

Chapter Twenty Nine

Crimes have been a tumor in each inch of world life, till there is no chance to sorrow every death.

Kejahatan telah menjadi sebuah tumor di setiap inci dari kehidupan dunia, hingga tidak ada kesempatan untuk menangisi setiap kematian.

The Lifetaker

.
.

Baekhyun melebarkan kedua matanya tepat saat sepasang lengan kasar tiba mengunci punggung. Pria itu cukup terkejut mendapati dagunya kini menabrak bahu lebar milik seseorang yang berbau lemon segar bercampur mint lembut, sehingga tidak ada respon apapun bahkan setelah ia dapati tepukan ringan pada kulit lapisan tulang belakang.

"Sangat menyenangkan bertemu denganmu, Beyun. Kuharap kita bisa bertemu lagi." Bobby tersenyum di balik tubuh itu.

Pria yang lebih muda langsung memberikan jarak dengan melepas pelukan tersebut. Sebuah rengekan kecil terdengar, Bobby kembali membenarkan posisi lengan bersama kedua alis yang terangkat panik sementara menggoyangkan tubuh.

"Percayalah, kau tidak akan senang jika dia bangun."

Mata hazel tersebut berkedip, tanpa sadar ikut memiringkan kepala dan melihat wajah kecil yang tenang itu.

Bola mata mungil Calean Park tenggelam dalam kelopak bulat yang menutup damai bersama hembusan napas lembut teratur. Bibir merah darah itu sesekali mengerucut bersama dahi yang mengerut.

Mungkin, Cale tengah memimpikan petualangannya di hutan bersama seeokor kucing berwarna biru terang. Mungkin Cale juga tengah berusaha keras mendapatkan sedikit es krim dari ayahnya kala benda lunak semerah darah tersebut terbuka kecil.

Sebelah tangan Baekhyun terangkat untuk menyentuh kepala bayi itu, hampiri surai cokelatnya sebentar hanya untuk meringankan sesuatu dalam diri. Namun begitu telapak tangannya telah naik hingga hampir bersentuhan dengan puncak rambut si bayi, matanya menangkap sesuatu yang tidak baik.

Suatu luka sobek yang telah menjadi bekas atau masih terlihat baru dan menyertakan darah kering. Jelek, kasar, kotor. Tangannya telah menjadi saksi dari seluruh pembunuhan yang Baekhyun lakukan meski ia tidak mengenal siapa targetnya. Buku-buku telapak yang meninju hingga menimbulkan bekas memar, dan jari yang menarik pelatuk tanpa pernah berpikir untuk berputar balik.

Bobby berkedip melihat gerakan tertahan itu, sedikit memajukan bibirnya lalu menabrakkan sendiri telapak tangan yang berhenti milik Baekhyun kepada pucuk surai Cale.

Baekhyun melebarkan mata begitu kulitnya bersentuhan dengan kepala bayi yang masih terlelap dan tanpa sadar menggigit bibir bawahnya terlalu keras.

Dadanya berdegup cepat, darahnya mengalir deras dari kepala hingga tumpah ke kaki.

Dunianya, kehidupan gelap yang berputar-putar selama belasan tahun seolah berhenti untuk terlupakan begitu saja. Semua kekelaman itu justru bertumpu pada titik cahaya kecil yang membakar segala bentuk kesakitan hingga tak berbekas, memohon dengan jelas untuk menjadi fokus yang permanen.

Baekhyun tidak tahu apa yang membuatnya telah menggerakkan telapak itu hingga menari-nari lembut di kepala bayi tersebut.

Bak duri yang mengemis kesetiaan kelopak mawar, racun yang mengunci kehidupan Juliet, atau kutukan yang ingin mengikat si angkuh Beast selama-lamanya sehingga bentuk cinta seperti apapun tidak berarti apa-apa.

The LifetakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang