14.

36 0 0
                                    

Dafa rafa pov

Mereka sudah sampai di tempat penginapan yang sudah mamahnya sewa, ternyata mamahnya mengajaknya kepuncak.

Tempatnya sangat bagus, suasana di malam cukup dingin malam ini, anginnya sangat sejuk. Jauh dari kebisingan apa lagi polusi udara.

“Bun, ini bener tempatnya?” tanya dafa.

“Iya bener ko ini alamatnya”.

“Lumyan juga bagus dan startegis”.

“Iya bagus. Tempatnya sangat cocok, rasanya sangat nyaman, jauh dari kebisingan”.

Darren dan teman-temannya menurunkan barang-barang, yang mereka bawa.

“Permisi?”.

Semuanya sangat terkejut pasalnya pemuda itu menempelkan senter tepat di wajahnya. “Setannnn” teriak guntur. Mendorong bahu putu

“Apaan sih tur, itu manusia kakinya aja napak gitu ko”.

“Iya, tur. Apaan sih lo”.

“Gue kaget, njir. Orang senternya di sorotin ke muka gitu”.

“Eh, hampura atuh. Saya teh bukan setan saya teh manusia sama seperti kalian”.

“Astagfirullah, makanya akang kalo dateng jangan ngagetin gitu”. Ujar rafa.

“Aduh hampura atuh bu pak akang eteh sekalian. Perkenalkan saya Kang fauzi, saya anak yang menjaga vila ini, bapak saya lagi pergi ke masjid soalnya lagi solat magrib, kata bapak kalian mau datang, jadi saya langsung kesini”.

“Ah, ia nama saya dafa dan ini istri saya rafa”. Ujar dafa “Dan yang ini saudara saya namaya bi arum, dan ini anak-anak saya yang ini darren yang itu dara dan yang satunya darga dan yang lainnya teman-temannya darren”. Dafa memperkenalkan mereka semua.

Berjabat tangan“Darren” Ujarnya.

“Fauzi”. Fauzi menghampiri dan bersalaman dengan mereka semua.

“Dara”. Ujarnya.

“Darga” tersenyum .

“Putu”.

“Vino”.

“Guntur”.

Vila kayu dengan desain yang sangat bagus, dan intoriornya sangat mewah.

“Mari saya hantar kalian masuk”.

“Ah iya”.

Villa yang keliatannya biasa-biasa saja tapi saat masuk dalamnya bagus dan sangat lengkap, dan tempat tidurnya tidak seperti rumah pada umumnya, tempat tidurnya seperti di jepang yang kasur yang sudah lengkap dengan selimut dan bantal banyak sekali yang berjejer disana. Ternyata itu kamar tamu, dan masih banyak lagi kamar-kamar di sana.

“Ini kamar kalian”. Ujar fauzi kepada darren dan teman-temannya. “Saya sudah menyiapkannya, kalo mau ke toilet ada di belakang”.

“Terimakasih” ujar darren.

“Kalo perlu apa-apa panggil saya”.

“Untuk bapak ibu mari saya hantar”.

“Iya mari”.

“Ren, disini?” tanya guntur.

“Ya disini, dimana dong?, lagian ini luas bagus juga nyaman udah ada acnya juga kaya di jepang tau gak tempat tidurnya lucu”.

“Iya tur, liat deh. Pemandagan malem bagus” sambar vino yang membuka jendela.

“Iya keren, eh nanti kita cari jagung bakar sekitaran sini? Tadi gue liat ada tukang jangung bakar” usul guntur.

Jodoh dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang