23.

22 0 0
                                    

Darren bersama dengan vino ia sedang latihan, jujur saja dirinya tidak fokus saat ini, entahlah dirinya ingin sekali melihat darren yang tengah latihan itu, padahal darren latihan di samping rumahnya bukan ditaman belakang tempat dirinya belajar sekarang, dirinya tidak lepas memandangi tubuhnya yang sangat sxispack, badanya yang kotak-kotak, otok lengannya yang sangat kekar itu ingin rasanya membelai tubuhnya walaupun hanya sebentar, dan keringat di tubuhnya itu ingin rasanya mengelapnya. Darren itu sempurna baginya, tubuhnya itu sangat mulus bersih dan putih, dan kakinya juga tidak begitu banyak bulu, tidak seperti pada umumnya.

“Woi! Emang kita di sini kerjanya individu apa! Kita ini kerja kelompok jadi harus bareng-bareng!” bentak bian “Lo disini cuma mau liatin kak darren doang apa tangan lo kerja dong”.

Ais membuyarkan pikirannya mengerucutkan bibirnya “Biasa aja kali”.

“Lo yang biasa aja!, gue juga punya badan kotak-kotak tau”.

“Lo kotak-kotak, yang ada perut lo buncit” timpal amel melirik melas.

“Kampret, lo mel!”.

“Udah-udah, jadi nanti saat kita prektek nanti kita cuma butuh tenaga dari angin untuk di gunaain buat lampu ini agar bisa nyala, gue udah periksa semua dari kabelnya semuanya ok”.

“Sekarang bisa gk di coba gaa. Gue takut nanti saat praktek gk nyala” tanya ais.

“Sekarang ya?” darga bingung. Karna sedari tadi dirinya tidak merasakan ada angin yang cukup besar.

Bian dengan kekonyolannya menjilat telapak tangannya itu.

“Biang jorok banget sih lo” ketus amel yang melihatnya bian tadi.

Mengangkat tangannya dan mencari arah angin. “Gk ada angin”. Nyengir.

“Ini pake ini aja” amel mengeluarkan kipas mininya yang selalu dirinya bawa-bawa, karna saat jam pelajaran kosong amel lebih memilih untuk tiduran di pojokan dengan kipas anginnya itu. Memberikannya pada darga.

Dan darga mencobanya, dan pada akhirnya lampu itu akhir menyala dengan sangat terang, semuanya bertos dengan keberhasilannya ini.

“Yes berhasil” teriak andri.

“Jorok tau gk sih lo tadi, tapi kalo di sekolah lo pake cara tadi yah supaya tau arah aginnya” ledek andri.

Darga dan ais tersenyum tampa sengaja mata mereka saling bertemu.

“Yuhuuu!!!! Kita bakalan dapet A+” bian bersorak semangat.

“Nanti, yang nerangin di depan lo gaa”. Tukas Amel.

“Kenapa gue, kenapa gk lo sama bian aja. Sekali-kali mulut lo yang gk berbobot Itu lo gunain buat kelompok ini” Sakit tidak tertolong kalo ngomong darga memang nyakitin.

“Ck, ko gue”.

“Ya udah biar gue aja” tukas darren menghampiri mereka. Ais terkejut dan gelagapan sekarang dirinya membenarkan kaca mata dan poninya.  “Udah selesai kan? Sebaiknya pulang udah sore, kasian yang cewe takut di cariin mamahnya”.

Ais tersenyum ternyata lebih ganteng dari dekat dan otot-otot yang di lengan darren pun melilit sangat indah.  “Eh, lo? Satu kelompok sama darga?”. Tersenyum mengangguk “Sebangku juga kan sama dia” ais lagi-lagi mengangguk mengiyakan.

Darren melengang pergi “Ahhhh ganteng banget sih” menjerit-jerit Jingkarak-jingkarak tidak jelas.

Darga bian andri amel menatapnya datar.

Krik krik krik

Nyengir “Eh?” mengaruk rambutnya yang tak gatal.

“Lebay” tukas darga. Melirik malas.

Jodoh dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang