02. Don't Look at me!

520 70 1
                                    

Lisa POV

.
.
.

Aku membuka mataku perlahan,menyesuaikan diri dengan cahaya yang ada.

Aku menatap sekelilingku yang terasa familiar,ah ternyata aku di kamarku.

Kriet..

Pintu kamarku terbuka,menampilkan sorang pelayan yang membawa sepiring omelette dan segelas susu.

"Ohayou Lisa-chan,sarapan anda sudah siap." Ucapnya lalu meletakan makanan itu di atas meja. Setelah membungkuk sopan,ia pun keluar dari kamarku.

Masih dalam balutan piyama,aku turun dari tempat tidurku berjalan menuju kamar mandi guna membersihkan tubuhku terlebih dahulu.

Ku pejamkan mataku menikmati Rintik-rintik air yang membasahi tubuhku..

Tunggu.. Perih?

Bibirku terasa perih!

Aku berbalik menatap pantulan diriku pada sebuah cermin di belakangku.

"Kenapa wajahku lebam?"

Satu per satu kejadian kemarin terputar di otakku bagaikan sebuah film hingga akhirnya aku tersadar.

"Sial!" umpatku pelan.

Ku kepal tanganku erat-erat.

Cermin tak bersalah didepanku retak seketika menampilkan pantulan wajahku yang terlihat hancur.

Aku tersenyum miris.

Mataku mengkilat nyalang.

"Jeon Jungkook,tunggu pembalasanku brengsek!"

-------

"Ohayou Otousan,ada keperluan apa otousan memanggilku?"
Tanyaku pada Ayah yang terlihat serius membaca sebuah surat yang entah isinya apa.

Saat ini aku sedang berada di ruang Rahasia atas permintaan Ayah.

Ayah mendongak sesaat menatapku lalu menyuruhku duduk.

"Lisa,kau tahu kan perang antar yakuza akan segera terjadi?'

"Ya Ayah,memangnya kenapa?"

"Persiapkan dirimu karena kau akan bersama-sama denganku terjun ke medan perang."

"Ayah serius? Bukankah aku masih terlalu muda untuk terjun ke medan perang lagian pula aku masih sekolah Ayah."

"Tak ada bantahan Manoban Lisa. Lawan kita kali ini sangat tangguh,buktikan bahwa kau pantas menjadi anakku. Meskipun wanita, buktikan pada mereka bahwa wanita dari klan kami tangguh serta tidak bisa diremehkan.
Lagian pula lawanmu kali ini seumuran denganmu. Anak yang berkelahi denganmu kemarin itulah lawanmu 'JEON JUNGKOOK!'"

Aku terdiam seribu bahasa,Ayah telah berlalu pergi dari beberapa menit yang lalu.

'Jadi ini maksud dari perkataannya kemarin? Wakatta.'

--------

Pagi ini seperti biasa,aku kembali bersekolah.

Begitu memasuki kelas,aku mendapati ruangan kelas masih dalam keadaan kosong.

Ku duduk di bangkuku sambil bersiul-siul kecil,ku arahkan pandanganku keluar jendela.

Disana..

Ku lihat Jungkook baru saja memasuki gerbang.

Bibirku dengan sendirinya mengukir senyuman jahat.

"Selamat pagi Jungkook-san, Bagaimana kabarmu? ". Tanyaku begitu ia memasuki kelas.

Ia menyerngit aneh menatapku dan tanpa membalas perkataanku,ia dengan dinginnya duduk di sampingku.

Aku tersenyum kecut,so cool huh?

"Jeon Jungkook soal perkataanmu yang kemarin,ku rasa benar. Kita memang lawan yang sebanding,kau tahu? Aku tidak sabar melihatmu mati di tanganku." Desisku pelan.

Ia tersenyum kecil meremehkan.

"Ah Benarkah? Ku rasa aku juga tidak sabar menantikan hal itu."
Balasnya dengan ekspresi yang sangat menyebalkan.

Aku mengepalkan tangan kiriku yang tersembunyi di balik meja.

'Aku benar-benar akan membunuhmu brengsek!'

***

Pelajaran hari ini dimulai seperti biasa. Di depan sana Riu sensei dengan semangatnya menjelaskan berbagai rumus logaritma yang tak ku mengerti.

Karena bosan ku edarkan mataku keluar jendela. Samar-samar aku menatap pantulan diri Jungkook yang tengah menatapku.

'Tcih!' Dengusku kasar.

Ia tersenyum miring,lalu kembali fokus kedepan.

Benar-benar menyebalkan.

Aku menoleh kearahnya seraya menatapnya tajam.

Seakan-akan tidak terjadi apa-apa,ia tetap fokus pada Riu sensei di depan sana.

'Arghhh ingatkan aku untuk mencabik wajahnya di medan perang nanti.' Batinku penuh tekad.

***

Bersambung..

Chained To You! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang