03. Dia dan Karakternya!

451 65 0
                                    

Jungkook POV

.
.
.

"Jika kalian menggunakan rumus..."

Untuk seterusnya aku tidak mendengarkan lagi apa yang dikatakan Riu sensei di depan sana.

Aku lebih tertarik memandangi Lisa,menelusuri sifatnya melalui ekspresi wajahnya.

Aku tersenyum miring begitu ia mendengus kasar,sepertinya ia menyadari aku memperhatikannya, itu terlihat jelas melalui kaca jendela.

Aku berbalik menatap Riu sensei di depan sana,dari ekor mataku bisa ku lihat ia juga berbalik menatapku tajam.

'Mudah terbawa emosi,tersinggung,meledak-ledak dan labil. Itulah sifatnya.'

-------

Aku mengunyah selembar roti yang telah di olesi selai cokelat dengan tenang. Keadaan kelas saat ini sangat hening hanya ada beberapa murid yang sedang membaca buku atau sekedar mendengarkan musik melalui earphonenya.

Bel istirahat telah berbunyi dari lima menit yang lalu,oleh sebab itu banyak murid yang telah berhamburan keluar pergi ke kantin termasuk Lisa.

Jujur aku tidak suka keramaian oleh karena itu aku lebih memilih membawa bekal dan memakannya di dalam kelas.

Suara gaduh dari depan kelas membuatku menghentikan kunyahanku,aku menoleh menatap kearah kegaduhan itu.

Di depan pintu terlihat Lisa dan komplotannya,entah apa yang mereka bicarakan yang jelas itu mengangguku. Suara mereka terdengar seperti peluru yang saling bersahutan,benar-benar memekakkan telinga.

"Hey Jeon Jungkook!"
Teriak seseorang dari antara mereka.

Aku mendongak menatap mereka.

"Kau pikir kau hebat hah? Urusanmu dengan Lisa kemarin akan menjadi urusan kita juga. Jika kau berani, datang ke belakang sekolah sepulang sekolah ini. Kami akan menunggumu."

"Aku tidak punya waktu untuk meladeni kalian. Lagian pula di medan perang nanti aku dan Lisa saja yang akan berperang,itu tak ada sangkut pautnya dengan kalian." balasku acuh.

"Hmm dan satu lagi,kalian terlihat seperti pengamen di depan sebuah tokoh. Suara kalian yang seperti peluru bersahutan itu sangat indah tapi maaf aku tidak punya recehan."

Mereka mengeram marah,Lisa menatapku tajam.

Belum sempat mereka menghampiriku,Osaka sensei telah terlebih dahulu masuk kedalam kelas.

"Manoban-chan apakah kau akan terus berdiri di luar kelas? Dan untuk kalian,kembali ke kelas kalian."
Titah Osaka sensei.

Dengan teraturnya mereka pun bubar,kembali ke kelas masing-masing. Begitupun dengan Lisa,ia memasuki kelas lalu duduk disampingku dengan wajah yang siap menerkam siapa saja.

Aku menyeringai kecil.

"Sampai kapan kau akan selalu bergantung pada orang lain?"
Tanyaku nyaris berbisik.

Melalui sudut matanya Lisa menatapku tajam.

"Itu bukan urusanmu brengsek!"
Balasnya tak bersahabat.

Aku terkekeh kecil.

"Kau tahu sifatmu yang seperti itu akan merugikanmu di medan perang nanti. Kendalikan emosimu."

"Berisik!"

"Aku hanya memberi saran,kendalikan emosimu itulah senjata utama."

BRAK!

"SUDAH KU BILANG DIAM BRENGSEK!"
Teriaknya sambil menggebrak meja kami.

Seisi kelas menatap kami penuh tanya. Aku mengedikan bahuku seolah-olah tidak tahu apa yang terjadi.

Seakan tersadar,Lisa menunduk malu dan sedikit membungkuk,memohon maaf kepada seisi kelas.

"Maaf semuanya."

"Jangan ulangi lagi hal itu Manoban-chan,anda menganggu proses belajar-mengajar yang ada. Jika anda memiliki masalah dengan Jeon-kun,selesaikan di luar."

"Hai sensei,gomenasai!"

Bel pulang telah berbunyi. Dengan segera aku mengemas buku-bukuku lalu memasukannya kedalam tas.

Aku melangkah keluar kelas Sambil bersiul-siul kecil,aku berjalan menyusuri sebuah gang yang akan membawaku ke rumah.

Namun ditengah perjalan aku menghentikan langkahku.

'Sial! Handphoneku tertinggal di kelas.'

Dengan cepat aku berlari kembali ke sekolah bagaikan seorang pencuri yang kabur dari amukan massa.

"Huh..huhh..huhhh...!"

Ku topang tubuhku di jeruji tangga menuju kelasku.

"B-Brengsek!"

Samar-samar aku mendengar suara umpatan seseorang diikuti suara tinju beruntun dan benda jatuh.

Aku semakin menajamkan telingaku lalu dengan ragu aku melangkah menuju suara itu. Semakin lama suara itu semakin jelas.

Hingga akhirnya langkahku berhenti di depan pintu gudang sekolah.

Clek.

Clek.

Ah pintunya di kunci.

Aku menatap sekelilingku,mencari cara agar aku bisa melihat apa yang terjadi didalam.

Tepat.

Di samping kanan gedung ada sebuah jendela. Dengan sedikit berhati-hati,aku mengintip.

Gelap..

Keadaan didalam sana sangat gelap,hanya ada sedikit cahaya matahari yang masuk. Aku coba memfokuskan pandanganku.

'Jadi ini yang sebenarnya terjadi. Kau sangat lemah.'
Batinku menyimpulkan apa yang ku lihat.

Aku berbalik, hendak melangkah pulang.

Namun aku tiba-tiba teringat..

"Ah sial,handphoneku!"
Umpatku lalu berlari ke kelas. Kali ini benar-benar ke kelas.

"Siapa itu? Sepertinya ada yang melihat kita."

***

Bersambung..

Chained To You! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang