12. I Got it!

402 60 2
                                    

Jungkook POV

.

.

.

Jujur aku sedikit terkejut dengan kehadiran Lisa yang tiba-tiba. Namun dengan cepat aku mencoba terlihat santai dengan kehadirannya.

"Kenapa kau disini? dimana Dota-kun?" ulangku lagi.

Lisa terlihat tak suka,ia mudah sekali terbaca namun belakangan ini apa perasaanku saja entah kenapa aku merasa ia sedikit lebih tenang dibanding dulu.

"Entahlah aku tak tahu,ia terlihat pergi bersama seorang pria muda."

Tanpa sadar aku menyipitkan mataku.

'Paman Zuka?' batinku mulai menebak. Paman Zuka adalah adik bungsu ayahku,ia bukan seorang Yakuza namun seorang mafia di eropa.. Tak ada beda karena kami melakukan pekerjaan kotor.

Aku berdehem pelan lalu menatap Lisa yang masih terpaku ditempatnya.

"Apa yang kau lakukan disini? Apa kau menguping?" tanyaku menyelidik.

Shappirenya membelalak membantah ucapanku.

"Aku hanya kebetulan lewat,apa maksudmu? "

Aku menyeringai samar lalu melangkah pelan,menyudutkannya pada dinding tembok yang ada.

Punggung sempitnya membentur tembok tersebut. Ia terlihat  bingung, antara harus berbuat apa.

"Kebetulan lewat? Untuk apa? Apa kau mulai mengawasi setiap pergerakan dirumahku?" Aku terus menudingnya dengan berbagi pertanyaan.

Ia terlihat mulai resah,pupil matanya sedikit bergetar.

"Aku tak bermaksud,minggir! aku akan kembali ke kamarku." balasnya hendak mendorong pundakku yang mengukungnya.

"Nani? ke kamarmu? Tcih..Kau pikir tugasmu selesai ,ikut aku!"

Aku menarik kasar pergelangannya untuk mengikutiku.

Tungkaiku terus melangkah membawa kami pada balkon kamarku. 

"Kau menyakitiku,lepaskan aku." ia mulai  memberontak. Dengan segera kulepaskan cengkramanku.

"Untuk apa kita kesini?" tanyanya sembari mengusap pelan pergelangannya.

"Apa Dota-kun mengatakan sesuatu tentang kepergiannya?" bukannya menjawab aku malah balik bertanya.

Lisa menggeleng "Tidak,ia hanya pergi begitu saja."

Setelah Lisa menjawab, keheningan tiba-tiba terjadi.  Kami Hanyut dalam pikiran masing-masing.

Helaan nafas kami merambat mendominasi.

"Kupikir kau akan menyisakku lagi. Kenapa kau tak melakukan itu?"

Suara Lisa mengalun menuntut dibalik pertanyaannya.

Aku bingung. Sangat bingung. Otakku seakan membisu, tak menemui jawaban yang tepat.  Aku tak tahu harus menjawab apa dan dari mana.

Ya ku akui, semenjak peperangan itu. Ia menjadi tawanan,Aku sering menyuruh bawahanku menyiksanya. Awalnya menyiksanya terasa menyenangkan, mendengar raungan dan amarahnya terasa menggembirakan,air matanya yang menerobos dibalik jeruji menjadi sebuah hiburan namun ketika shappirenya terpejam untuk sesaat dengan bibir pucat.

Hatiku bergetir mencelos, merasa sakit yang luar biasa tanpa alasan yang jelas.

Meskipun dingin, aku membawanya untuk rawat.

Meskipun terkesan kasar, tapi aku ingin dia mengerti.

Aku pikir, aku telah salah mengambil langkah. Oleh karena itu dengan sangat menyebalkannya ku jadikan ia pelayanku. Dengan begitu aku merasa lebih baik.

Bisakah seseorang menjelaskan semua bentuk kebingunganku ini.

Aku tetap terdiam dalam alam pikiranku guna mencari jawaban yang pas untuk menjawabnya di balik semua kebingungan ini.

"Apa kau menginginkannya?  Jika ya, Ayo..! Sepertinya bawahanku siap."

Dan pada akhirnya egoku lah yang bertindak.

"Meskipun kau jadikan aku pelayan, ku tegaskan sekali lagi.. Klanku tidak kalah,sampai mati pun aku takkan mengakuinya brengsek! Karena Aku.. masih disini!"

Perkataan Lisa ingin membuatku tertawa sekaligus mengasihaninya.

Aku tidak marah saat ia mengataiku brengsek.
Karena itu memang bagian dariku.

"Tidakkah kau merasa lucu dengan perkataanmu?  Lalu, Jika kau disini.. Apa semuanya akan berubah?  Dimana semua bawahanmu?  Mereka bahkan tidak datang untuk merebutmu kembali sebagai pemimpin mereka."

Aku tak bermaksud menohoknya saat mengatakun itu.. Hanya saja itu fakta dan realita yang ada.

"Apa yang kau inginkan? Kau membawaku disini dan menyulutku secara perlahan." Lisa berdesis.

Menyadari situasi yang mulai tak mengenakan..  Ah aku lupa, sejak kapan situasi kami mengenakan.

Api sudah terlanjur dinyalakan,aku mencoba menikmatinya.

"Menurutmu? Salahmu disitu. Perasaanmu sensitive,Mudah tersinggung. Cobalah mengendalikan itu dan aku akan mengakuinya. Kau menang!"

Lisa menatapku tak mengerti namun tak lama kemudian, meskipun samar seringai itu terbentuk.

......

Lisa POV

.

.

.

"Menurutmu? Salahmu disitu. Perasaanmu sensitive,Mudah tersinggung. Cobalah mengendalikan itu dan aku akan mengakuinya.,Kau menang!"

Jujur, pertama aku tak mengerti apa maksudnya. Emosiku hampir meledak..

Namun Perasaan?  Dia menyinggung itu.

Seketika kuingat perkataan Ayah.

Perasaan kunci terbesar kelemahan.

Mengendalikannya?  Berarti mempermainkan jika tidak ya berpura-pura.

Sedetik kemudian sudut-sudut bibirku berkedut menarik sebuah senyum ah tidak tepatnya seringai.

Perasaan?  Ayo kita lihat, apa dia juga bisa mengendalikannya.

Membuatnya marah? Takkan mempan, emosinya datar.

Namun Jatuh cinta?  Bukankah itu hal yang di hindari yakuza? 

Ayo kita gunakan perasaan itu.

Jungkook menatapku curiga.

"Apa Kau barusan menyeringai?"

Aku langsung menggeleng.

"Tidak. Terimakasih atas saranmu. Aku akan mengendalikannya dan ku pastikan kau akan mengakui." ujarku tersenyum cerah.

"Hm." gumam Jungkook acuh, lalu mengalihkan pandangannya.

Kelicikan dibalas kelicikan takkan berhasil.

Amarah dibalas amarah akan menghasilkan api yang besar.

Mungkin cinta dan kasih sayang bisa menjadi alternatif.

Alternatif yang akan membunuh dan membawa kemenangan.

'Buat temanmu dekat tetapi musuhmu lebih dekat!'

I got it!

.
.
.

TBC....

Chained To You! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang