06. Kita memikirkan hal yang sama!

400 60 0
                                    

Lisa POV

.
.
.

Remuk..

Tubuhku terasa remuk dan sakit.

Dengan perlahan aku membuka mataku yang terasa berat.

Tunggu..

Bukankah ini ruang kelasku?

Aku langsung terduduk begitu menyadari situasi yang ada. Ku lihat cahaya matahari mulai terbenam di ufuk barat bertanda malam akan segera tiba.

Brak

Pintu kelas yang di banting secara tiba-tiba membuatku terkejut.

"Lisa,kau tak apa-apa nak?"

Seru Ayahku sembari menghambur menatap keadaanku.

Aku terbelalak kaget,bagaimana Ayah bisa kemari?

"Aku tidak apa-apa,Otousan."

"Apanya yang tidak apa-apa? Lihatlah keadaanmu sangat memprihatinkan. Siapa yang melakukan ini? Apakah bocah Jeon itu? Beritahu Ayah,Nak."

"Iie otousan,ini bukan karena dia."

"Lalu siapa?"

"Ariba Yota anak dari Ariba Hashi karyawan dari Perusahaan Media Group,ia yang melakukannya bersama dengan teman-temannya."

"Nani? Baiklah ayo kita pulang,otousan akan mengurus mereka."

Dengan bantuan otousan aku turun dari meja yang ku duduki.

"Kau bisa berjalan?"

"Bisa otousan."

.
.
.

Aku mengganti pakaian seragamku dengan piyama tidur.

Ku ambil kotak P3K didalam lemari lalu mulai membukanya. Ku pandangi diriku di pantulan cermin kamarku.

Benar,aku sangat memprihatinkan.

Dalam diam aku membersihkan luka dan memarku. Setelah itu ku oleskan salep pada memarku dan obat merah pada lukaku.

Perih..

Ini sangat perih.. Aku tidak dapat menahannya lagi. Ku gigit bibir bawahku lalu beranjak menuju ranjang.

Ku gulingkan tubuhku diatas benda empuk persegi panjang itu.

Aku menutup mataku,meresapi rasa perih yang menembus kulit-kulitku.

Apa aku selemah itu?

"Kau benar-benar lemah Lisa-chan!"

Perkataan Jungkook sore tadi kembali terngiang-ngiang di kepalaku.

Ini benar-benar memalukan. Aku sudah 2 kali menampakan sisi lemahku padanya. Pertama saat aku berkelahi dengannya,aku pingsan. Kembali saat ini,saat aku berkelahi dengan orang-orang yang sudah kuanggap teman,aku pun pingsan.

Apa yang bisa kubanggakan?

Tunggu dulu..

Aku merasa ada sesuatu yang mengganjal.

Ketika aku pingsan saat berkelahi dengannya,siapa yang membawaku ke UKS? Dan tadi sore saat aku pingsan,siapa yang membawaku ke kelas?

Apakah dia yang membawaku?

Kalau untuk kejadian sore tadi aku yakin dia.

Tapi saat yang aku berkelahi dengannya di kelas,siapa yang membawaku? Apakah dia juga?
Tidak mungkin. Dia pasti tidak mempunyai tenaga untuk mengangkatku. Lalu siapa?

Aku harus mencari tahu orang itu dan berterimakasih padanya. Bagaimanapun ia sudah mengangkatku dan mengobati lukaku.

Ya aku harus berterimakasih pada orang itu jika aku tahu siapa dia.

Setelah beberapa menit larut dalam pikiranku,aku pun mulai tersadar dan tidak merasakan perih di lukaku. Bunyi ranjang yang berdecit menandakan aku bangkit dari benda empuk persegi panjang tersebut.

Aku melangkah menghampiri jendela kamarku yang menampakan keramaian kota Shibuya di malam hari.
Ya kamarku berada di lantai 4 tingkat terakhir rumahku.

Ku amati gemerlapnya lampu kota yang berkelap kelip indah. Jujur sebenarnya aku tidak ingin terlahir dari darah Yakuza.

Bukan karena apa-apa hanya saja menyandang nama Yakuza membuatku banyak mempunyai musuh.

Aku tidak suka itu tapi apa boleh buat..

Huhhh..

Aku hanya perlu menjalaninya saja.

Aku harap perang perebutan perbatasan Okinawa akhir bulan ini klan kami bisa menang.

Aku tidak ingin memalukan Ayahku,aku ingin membuktikan bahwa aku pantas menyandang marga Manoban.

Meskipun itu sulit,aku akan berusaha.

Aku janji.

***

Besok..

Besok adalah hari bersejarah dalam dunia yakuza.

Saat ini aku sedang bersama-sama dengan Ayah dan beberapa klan yakuza lain di ruangan rahasia.

"Jadi bagaimana Lisa, Apa kau setuju?"

"Hai otousan,aku akan memimpin pasukan dengan baik,otousan bisa me-ngan-dal-kanku." jawabku sedikit ragu.

Ayah mengangguk puas.

"Baiklah semuanya sudah sepakat,tidurlah terlebih dahulu karena besok kita harus bangun subuh-subuh."

"Hai!" anggukku.

Setelah kepergian Ayah,aku menghela nafasku panjang. aku tidak tahu apa aku bisa atau tidak,namun aku tidak ingin mengecewakan Ayah. Aku ingin membuktikan padanya bahwa aku mampu. Aku pantas menyandang nama Manoban.

Sedikit gontai aku memasuki kamarku. Ku baringkan tubuhku dalam diam,meresapi lembutnya pembaringanku. mataku menerawang memikirkan hari esok,jujur aku tak tahu harus berbuat apa. Aku memang dilatih menjadi yakuza sejak kecil namun dilihat darimana pun aku tidak memenuhi kriteria sebagai seorang yakuza. Aku sedikit khawatir akan hal itu,apa lagi jika ku ingat lawanku adalah Jungkook. Jeon Jungkook, dia bukan orang yang lemah. Aku sudah tahu kemampuannya, Apakah masih bisa aku mengalahkannya besok? Aku harap iya,batinku memohon.

***

Bersambung..

Chained To You! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang