Eighteen

339 74 58
                                    

Jaeyoung menghentikan mobilnya disebuah rumah besar, setelah itu dia turun dari mobil, dan membukakan pintu agar seungsik turun. Tetapi seungsik tetap diam dan tidak mau turun.

"Turun sik."
Ucap jaeyoung datar.

"Gamau, aku gamau."
Jawab seungsik sambil terus meremat sabuk pengamannya dengan kuat.

"AKU BILANG TURUN."
Teriak jaeyoung pada seungsik, dan teriakannya sukses membuat tubuh seungsik bergetar ketakutan.

"Ggak young, aaku gamau turun. Aku mau pulang."

Jaeyoung melepas paksa sabuk pengaman yang melingkar ditubuh seungsik, kemudian dia menarik tangan seungsik dengan kasar, hingga seungsik turun dari mobilnya.

BRAKK...
Jaeyoung menutup pintu mobilnya dengan kencang.

"Young lepas."
Ucap seungsik sambil mencoba melepaskan tangannya yang sedang ditarik jaeyoung.

"Jaeyoung lepas, tangan aku sakit."
Ucap seungsik lagi sambil memukul lengan jaeyoung dengan tangan sebelahnya.

"Shim jaeyoung, aku bilang lepas. Aku mau pulang."
Suara seungsik sudah mulai meninggi.

Jaeyoung menghentikan langkahnya, membuat langkah seungsik juga terhenti. Kemudian jaeyoung menatap tajam kearah seungsik, dan dia melepaskan cengkramannya pada tangan seungsik.

PLAKKK...
Jaeyoung menampar pipi sebelah kanan seungsik dengan kuat.

PLAKKK...
Giliran pipi sebelah kiri seungsik yang terkena tamparan jaeyoung, dan membuat sudut bibir seungsik terluka.

Jaeyoung mencengkram rahang seungsik dengan tangan kanannya, terlihat air mata sudah membasahi pipi seungsik.

"Sudah aku bilang, jangan membuatku marah kang seungsik."
Ucap jaeyoung sambil terus mencengkram rahang seungsik dengan tangannya.

"Aku bisa berbuat lebih kasar dari ini padamu, jika kamu terus melawan."
Lanjut jaeyoung, kemudian dia melepas cengkramannya dari rahang seungsik. Lalu dia kembali menarik tangan seungsik dengan kasar.

Ceklek...
Pintu rumah itu terbuka.

Jaeyoung menarik tangan seungsik memasuki rumah itu. Sesampainya diruang tamu, jaeyoung menghempaskan tangan seungsik dengan kasar, hingga tubuh seungsik terjatuh dilantai.

Jaeyoung mendekat kearah seungsik, kemudian dia meraih dagu seungsik dengan tangan kanannya.

"Selamat datang dirumah kita sayang."
Ucap jaeyoung sambil menunjukan smirknya.

Seungsik memalingkan wajahnya dari jaeyoung, membuat tangan jaeyoung terlepas dari dagunya. Dan hal itu membuat jaeyoung kembali meradang, dia kembali mencengkram rahang seungsik.

"Menurutlah padaku kang seungsik, jika kau masih ingin menghirup udara."
Ucap jaeyoung dengan penekanan.

"Kita akan bersenang-senang, setelah aku menghabisi kekasih bodohmu itu."
Ucap jaeyoung sambil terkekeh, dan ucapan jaeyoung barusan sukses membuat seungsik membelalakan matanya.

"Sseungwoo."
Gumam seungsik.

"Ya, han seungwoo. Aku akan menghabisinya dihadapanmu."

Jaeyoung melepaskan cengkramannya pada rahang seungsik, kemudian dia kembali menarik tangan seungsik, membuat seungsik terbangun dari lantai.

Jaeyoung menarik seungsik memasuki sebuah kamar, terdapat sebuah ranjang besar berukuran king size dengan sprei berwarna putih. Dan disisi dekat jendela terlihat sebuah sofa berwarna merah.

Phantom Of The Campus || [♧ Complete✅ ♧]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang