kesebelas.

1.1K 144 16
                                    

Jungkook kini sudah berada di apartemennya, setelah berjalan berkilo-kilometer jauhnya. Ia tidak perduli, sakit kakinya tidak seberapa dengan sakit hati yang Ia rasakan saat ini.

Meskipun darah keluar banyak akibat cedera kakinya, Ia tidak perduli.

Tanpa melepas seluruh pakaiannya, Ia menyalakan shower air hangat pada bathtub. Sambil menunggunya terisi penuh, Ia menatap dirinya di cermin.

Wajah pucat nya nampak jelas di pantulan cermin, Ia menatap dalam kedalam kedua matanya sendiri.

Jungkook tidak menemukan sedikitpun kebahagiaan disana. Gelap dan kelabu, seperti petang yang bersiap menunggu hujan.

Jungkook menatap wajahnya, memikirkan bagaimana tidak bergunanya Ia untuk hidup. Saat semua bisa merasakan berbagai warna, Ia hanya bisa mengenal hitam dan putih.

Pikirannya saat ini tidak terjangkau, jauh berpikir tentang kematian dan kematian.

Ia memperhatikan jengkal jari-jari tangannya, jari-jari kakinya yang berdarah-darah di beberapa bagian akibat berjalan terlalu jauh.

Ia melirik ke arah bathtub yang sudah terisi penuh, lalu mematikan keran air.

Jungkook naik kedalamnya, merasakan bagaiamana menjalar nya rasa perih dari luka kakinya.

Perlahan, Jungkook menenggelamkan tubuhnya hingga leher. Kemudian memejamkan matanya dan mulai untuk membenamkan seluruh tubuh dan kepalanya kedalam air.

Segala memori semasa kecil, pahit, manis, terputar otomatis dikepalanya. Dimana saat Ia menangis ditengah keramaian saat ditinggalkan oleh Ayahnya seorang diri.
Saat dimana Ia diperlakukan kurang baik oleh teman-teman nya semasa di panti asuhan.
Saat dimana Ia dalam usia yang masih kecil tapi menginginkan kematian begitu besar. Hingga akhirnya malaikat-malaikat penolong datang untuk menyelamatkannya.

Lalu tentang segala kejadian pahit masa sekarang, semakin berputar di kepalanya. Seperti menghantam kepalanya dengan keras.

Seiring dengan semakin sesaknya dada Jungkook karena tidak bisa bernafas di dalam air.

Jungkook ingin mengalah pada semuanya, tidak ingin bertaruh hidup hanya untuk merasakan sakit.

Ia merasa bahwa hidupnya sudah cukup menyedihkan untuk Ia teruskan, tidak ada harapan lain yang membuat dirinya ingin bertahan.

Suara air tumpah dari bathtub terdengar begitu berisik seperti ombak besar yang terguncang, kaki Jungkook menendang-nendang permukaan air menahan sakit kepalanya yang berdengung. Ia berpegangan begitu kuat pada sisi kiri dan kanan agar bisa tetap terendam di dalamnya.

Hingga tiba-tiba saja sebuah wajah muncul di kepalanya, begitu besar, begitu jelas. Wajah itu tersenyum begitu hangat dan mengulurkan tangannya pada Jungkook. Suaranya seolah memanggil namanya dengan merdu.

Asupan oksigen semakin berkurang karena sulitnya bernafas, kesadarannya sudah diambang.
Tubuh Jungkook semakin bergetar, nyaris kejang. Namun, entah mendapatkan kekuatan dari mana.

Dengan sisa tenaga yang minim berhasil menaikan tubuhnya kembali ke udara.

Jungkook berhasil memuntahkan cairan yang Ia hirup lewat hidungnya.

Susah payah Ia membuat dirinya tetap sadar, lalu keluar dari bathtub dengan tubuhnya yang tengah menggigil.

Jika terlambat beberapa detik lagi, sangat dipastikan nyawanya tidak terselamatkan lagi.

"Taehyung, Kim Taehyung..." Satu nama itu lolos dari bibir Jungkook begitu saja sebelum akhirnya Ia terjatuh tidak sadarkan diri.

🌬🌬🌬



*OCCULTO*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang